Share

6. Bertemu Seung.

Myung menggendong tubuh Seung dan membawanya ke kamar utama. Tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menegur putranya. Myung mendudukan putranya di sofa panjang yang berada di dalam kamarnya. Di tatapannya Seung dengan intens anak laki-laki yang sangat ia sayangi walau mereka kerap bertengkar dan berbeda pendapat. Namun Seung adalah putra semata wayangnya.

"Apa seperti ini sifat laki-laki? Seung, untuk terakhir Ayah katakan, jangan lagi kamu bersikap seperti ini. Apa kamu paham?" Myung menulusuri wajah putranya, melihat bibir sang putra yang mewarisi bibir ibunya.

"Ayah, sudah aku katakan cari Bibi. Aku tidak mau pengasuh yang lain!" Permintaan yang sulit untuk Myung kabulkan, putranya yang menginginkan wanita yang telah menolongnya. Dan pertemuan kedua di restoran, yang baru di sadari putranya saat berada di dalam perjalanan menuju hotel dimana saat itu tengah mengadakan pertemuan dengan klien.

"Bibi yang mana, kamu maksud Seung? Ayah tidak mengerti, apa kamu bisa memperlihatkan foto Bibi yang kamu maksudkan?"

"Bibi yang berada di kota J. Dia bekerja di restoran, aku bertemu dengannya disana Ayah. Dan Bibi itu yang menolongku saat menyebrang, ayah cari Bibi!" Myung hanya memijat pelipisnya. Untuk kesekian kalinya Myung di sibukkan dengan permintaan sang putra yang tidak masuk akal.

"Cukup Seung! Ayah sudah bersabar menghadapi sikap konyol mu. Berhenti menyebut Bibi paham!!"

"Seung benci Ayah!"

"Seung!" Myung hanya menghela napas panjang melihat kemarahan putra tercintanya.

"Myung, kenapa Seung menangis?" Tanya A Yong, yang tiba-tiba ada di dalam kamar Myung.

"A Young! untuk apa kamu masuk kedalam kamar ku? Sebaiknya kamu keluar." Myung yang tidak suka kamar pribadinya di masuki oleh orang lain terlebih dia seorang wanita. Tanpa memedulikan siapa A Young, Myung membentak dengan suara dingin.

"Aku, hanya ingin tahu kenapa Seung menangis. Hanya itu Myung. Kenapa kamu membentak ku?"

"Tidak apa-apa, biarkan dia sendiri. Sebaiknya kamu keluar dari kamarku." Myung menyadari jika A Young tidak bergeser dari posisinya. Bergegas Myung berjalan keluar dari kamarnya.

"Myung, aku belum selesai bicara dengan mu!" A Young berlari mengejar Myung yang berjalan di depannya.

"Yong Jin ikut denganku!!"

"Aaarrggghhh, menyebalkan!!" gerutu A Yong, untuk kesekian kali. Dirinya harus bersabar menghadapi sikap dua pria berbeda generasi.

'Jika bukan karena hartamu. Aku tidak sudi mengemis seperti ini myung.'

"Myung, tunggu aku!!" A Young berlari keluar dari Mansion mewah milik Myung.

"Ada apa Myung? Kenapa Seung sampai menangis, seperti itu?" Yong Jin asisten pribadi sekaligus sahabat Myung. Berusaha untuk menanyakan kejadian yang menimpa tuan mudanya.

"Dia ingin bertemu dengan wanita itu. Wanita yang dia temui di restoran di kota J. Bagaimana dengan penyelidikannya, apa kamu berhasil?"

"Wanita itu sudah tidak bekerja disana. Untuk identitas tidak ada, bahkan manajer restoran tidak tahu tempat tinggalnya." Myung menyandarkan tubuhnya, bagaimana dirinya mencari wanita yang menolong putranya. Sedangkan dirinya tidak tahu identitasnya.

"Apa kamu tidak menemukan, identitas lainnya?" tanya Myung.

"Aera, ya Aera. Hanya namanya yang bisa aku dapatkan Myung." Mengingat nama Aera, Yong Jin harus menulis di sebuah buku. Nama indah namun sulit untuk di ingat Yong Jin mengingat saat meminta salah satu karyawan restoran untuk menyebutkan nama wanita yang keluar dari restoran.

'Wanita seperti apa dirimu? Sampai Putraku menginginkan dirimu menjadi pengasuhnya.' ucap Myung dalam hati.

"Seung maukah kau ikut dengan Bibi, jalan-jalan?" Ajak A yong.

"Tidak, aku bisa pergi sendiri!!" tolak Seung.

"Paman Sam, antarkan Aku ke taman!!" Tanpa

memperdulikan A Young, yang berusaha untuk merayunya. Dengan cepat Seung menaiki mobil dan pergi.

"Anak itu benar-benar menyebalkan. Kenapa sih mereka memiliki sifat yang menyebalkan!!" Geram A Young pergi menemui Myung.

"Myung, antarkan aku ke studio. Hari ini ada pemotretan," A Young duduk di samping Myung.

Pembicaraan terhenti saat A Young duduk di samping Myung.

"Yong Jin, ke studio."

"Baik tuan, Myung."

"Myung, bagaimana lagi aku mendekati putramu. Dia sangat sulit untuk aku, kendalikan." A Young, menceritakan bagaimana kesulitan dirinya untuk mendekati Seung. Anak yang selama ini menjadi kunci hubungan A Young dengan Myung.

"Kenapa tidak mengikutinya ke taman? Bukankah itu waktu yang tepat, untuk menjadi sahabatnya?" Myung, menoleh kearah Wanita yang berambut merah dengan riasan yang tebal.

"Aku, pasti di usir olehnya. Apakah kamu ingin mempermalukan aku di depan umum, Myung?" A Young merebahkan kepalanya di bahu Myung.

"Sudahlah, aku tidak bisa mengantarmu ke studio. Aku menyuruh orang untuk mengantarmu. Dia menunggu disana," tanpa menoleh ke arah A Young, Myung menunjuk kearah mobil mewah di depannya.

"Myung, kamu tega. Memperlakukan aku seperti ini!" A Young keluar dari mobil Myung, saat Yong Jin membuka pintu mobil untuknya.

"Dia sama seperti putranya. Sama-sama menyebalkan!!" Myung kembali menatap laptopnya dan memperhatikan putranya yang berada di taman.

****

Di tempat lain Aera berkeliling mencari pekerjaan namun tidak mendapatkan, lelah berjalan Aera berhenti di sebuah taman yang berada di tengah pusat kota. Saat sedang berjalan tiba-tiba seorang anak kecil menabraknya sehingga anak itu terjatuh.

Bug !!

"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Aera khawatir.

"Tidak apa-apa Bib ... " Seung merasa mengenali suara wanita yang di tabrakannya. Dengan cepat mengangkat kepalanya. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya.

"Bibi!!" Seru Seung berdiri dan memeluk Aera dengan erat. Aera dengan cepat membalas pelukan Seung.

"Seung? apakah ini benar-benar kamu?" Aera tidak percaya bertemu dengan anak kecil yang menabraknya di restoran. Dan anak yang ditolongnya saat menyebrang jalan.

"Benar Bibi, aku Seung." Seung mempererat pelukannya, membuat Aera tersenyum.

"Apa yang kamu lakukan disini? Dimana ibu dan ayahmu? Bagaimana jika ada orang jahat dan menculik mu?" Aera melepas pelukan dan mendudukkan Seung di kursi taman, beberapa pertanyaan Aera ajukan pada Seung. Aera mencari keberadaan orang tua Seung. Namun tidak mendapati siapapun di taman. Hanya berapa orang yang sedang tengah bersantai bersama keluarga.

"Seung jawab pertanyaan Bibi. Apa yang kamu lakukan disini?"

"Aku hanya ingin jalan-jalan saja bibi. Aku kesini bersama sopir,"

"Dimana orang tuamu Seung?" Aera kembali menanyakan orang tuan Seung. Yang membiarkan putranya yang masih kecil berada di taman seorang diri.

"Mereka ada di rumah," Aera terkejut mendengar perkataan Seung.

"Bibi, apa yang di lakukan Bibi disini?"

"Bibi hanya jalan-jalan disini Seung." Jawab Aera.

"Bibi, maukah Bibi menjadi pengasuhku?" Aera mendengar permintaan Seung hanya bisa melongo. Permintaan seorang anak kecil yang tidak di ketahui siapa orang tuanya.

"Mau ya Bibi. Aku hanya ingin Bibi yang menjadi pengasuhku." Rengek Seung.

Aera berfikir bagaimana bisa menuruti kemauan Seung, sedangkan orang tua Seung saja Aera tidak mengenalnya. Dan tujuan dirinya berada di kota S hanya untuk mencari keluarga Hyun agar bisa bertemu dengan putranya. Bukan untuk menjadi pengasuh anak yang baru berapa kali bertemu dengannya.

"Bibi ikutlah denganku," Seung menggoyangkan tubuh Aera yang masih terdiam.

"Seung itu tidak mungkin. Bagaimana dengan orang tuamu nanti?"

"Orang tuaku tidak akan marah bibi, ayolah Bibi.." Aera tidak tega melihat rengekan Seung.

"Baiklah ayo, Bibi antar kamu kerumah. Dimana mobilnya?"

Seorang lelaki berlari dengan tergesa-gesa, sesampainya di depan Aera laki-laki berseragam hitam memandang tajam padanya.

"Apa yang kamu lakukan pada tuan muda?" Tanya pria yang bertubuh besar.

"Saya tidak melakukan apa-apa, kami tidak sengaja bertabrakan." Sahut Aera.

"Bohong! kamu mau menipu kami hah?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status