Ella perlahan membuka matanya, tapi semuanya nampak gelap. Ia harus berusaha berulang kali memicingkan kedua kelopak matanya untuk bisa melihat sekitarnya sedikit lebih jelas. Namun, sejauh ia memandang, lagi-lagi hanya hitam pekat. Hingga akhirnya ia merasa seseorang mendekapnya, sangat erat, hingga hampir membuatnya sesak napas. Ella berusaha berteriak ingin meminta pertolongan, tapi ada sebuah tangan yang membungkam mulutnya.
Ella masih terus meronta berusaha melepaskan diri, tapi tangan-tangan ini terlalu kuat dan Ella tidak memiliki cukup tenaga. Ini semua karena acara mendaki sialan yang menguras tenaganya, bahkan membuatnya tersesat dan mungkin akan berakhir mati dimangsa oleh suku pedalaman yang kanibal. Namun, sedetik kemudian pikiran Ella itu terhapuskan, karena sebuah ujung pistol mengarah tepat pada kepalanya. Jadi, bukan suku pedalaman, tapi Ella akan mati di tangan perampok bertopeng dan bersenjata?
Di saat rasa takut Ella perlahan berangsur menghilang
Ben menggeliat untuk merenggangkan sendi-sendinya. Sepelan mungkin ia bergerak, agar tidak membangunkan tidur lelap Ella. Hati-hati, Ben memindahkan tangan Ella yang memeluknya, lalu ia bergeser keluar dari selimut untuk melihat kondisi di luar. Pagi sudah tiba, tapi masih gerimis, mungkin ini akan menjadi kendala tim penyelamat turun ke lembah untuk menyelamatkan Ella. Semalam saja, Ben terleset permukaan licin yang membuatnya tergelincir dan berakhir di lembah ini. Dan entah ia harus bersyukur atau tidak dengan peristiwa itu, karena telah membuatnya menemukan Ella yang tergeletak tidak berdaya. Ben menghela napas, lalu kembali menghampiri Ella. Ia menyingkap selimut yang menutupi kaki Ella dan memeriksa pergelangan kakinya yang terkilir. Sepertinya bebat yang dibuatnya sedikit membantu agar tidak semakin membengkak. Ben meraih tasnya, lalu mencari handy talky. Sekali lagi ia berusaha menghubungi tim penyelamat, tapi sepertinya posisinya saat ini tidak menguntungan
Sudah lebih dari 15 jam sejak Ella dinyatakan hilang dan lebih dari 10 jam sejak Ben tiba-tiba saja tidak ada kabar, belum ada kabar dari keduanya. Kim terlihat terlihat cukup tenang, meski sesekali ia akan berteriak pada tim penyelamat melalui handy talky untuk lebih teliti dan cepat mencari calon suaminya. Sedangkan Grace tidak bisa menyembunyikan kepanikannya, sejak di menit pertama. Oleh karena itu, ia terus merengek dan memaksa siapa pun untuk mencari Ella. Seorang dari regu penyelamat baru saja kembali setelah menyusuri lereng. Ia kembali ke pos awal pendakian dan mengabarkan bahwa mereka belum menemukan Ella maupun Ben, dan pencarian harus dihentikan sementara waktu akibat cuaca. “Kalian gila! Ada orang hilang dan kalian berhenti mencari?” teriak Grace. “Hanya sementara, Nona. Cuaca sedang tidak mendukung, membuat medan menjadi licin. Kami tidak bisa mengambil resiko terjadi sesuatu pada anggota tim.” “Lalu bagaimana dengan sahabatku?!
“Semuanya kacau, Prince!” geram James. “Pihak kepolisian dan pelabuhan tidak mau lagi bekerja sama dengan kita! Mereka menginginkan bayaran yang lebih besar jika masih ingin bisnis kita yang satu itu tetap berjalan.”“Kita sudah tidak punya uang, James.”“Kau tidak perlu mengulangi kalimatmu itu ratusan kali! Aku sudah tahu! Dan semua itu berkat kecerobohanmu dan Nicholas Wells,” kesal James. “Pria itu muncul seperti jimat keberuntungan Wade yang membuat semua bisnisnya dalam semalam menjadi besar. Dia juga seperti kecoa yang sulit sekali dibunuh!”“Sulit dibunuh? Apa maksudmu?” tanya Prince.James menghela napas, lalu membuka laci meja kerjanya dan melemparkan sebuah map ke hadapan Prince. “Aku tidak mengerti, mengapa bakat dan kepandaian bisnis ayah dan kakekmu tidak menurun padamu. Armand dan Daniel Loshen adalah pebisnis handal di masanya, tapi kau? Bahkan dalam satu tahun k
Ben sudah tidak ada lagi di sisinya ketika Ella membuka mata. Lagi-lagi, ia ditinggal sendirian di dalam tempat berteduh ini. Ella mengambil tasnya untuk memeriksa ponsel—siapa tahu ada sinyal dan ia bisa meminta bantuan—yang ternyata baterainya sudah mati. Tentu saja, sudah dua malam ia terjebak di gua ini, makanan sudah menipis, kakinya sakit, dan tebing di sana terlalu tinggi untuk seorang Ben mendaki sambil menggendong Ella. “Cepat bereskan barangmu!” perintah Ben tiba-tiba. Ella menoleh dan menatapnya bingung. “Aku sudah berhasil menghubungi tim penyelamat. Mereka akan sampai di atas sana sekitar lima belas menit lagi. Ayo!” Ella menuruti ucapan Ben, ia mulai mengemasi barang-barangnya. Kemudian dengan tertatih, ia mengikuti Ben menuju tebing. Pria itu sama sekali tidak menawarkan bantuan, meski ia melihat Ella yang kesulitan untuk berjalan. Sungguh membuat Ella tidak habis pikir! Pria ini seperti memiliki kepribadian ganda, ia bisa sangat memuja
“Kau sudah tahu tentang diriku?” Ella mengangguk dengan mata yang menerawang jauh. “Ini,” ucapnya seraya mengambil lembaran foto yang ia bawa dari rumah Ben. “Aku tahu siapa ayahmu dari foto-foto di rumah Ben. Ayahmu—maksudku Arian, Max, dan Sam adalah teman. Mereka merencanakan perampokan malam itu.” Prince menatap lembar demi lembar foto yang diberikan Ella. Wajah-wajah yang sama, yang ia lihat di berkas yang diberikan James padanya. “Aku turut prihatin, Prince.” “Kenapa?” bingung Prince. “Maksudku, Arian juga menjadi penyebab kau kehilangan orang tuamu.” “Ya, ucapanmu benar. Tapi, kau dan aku, kita sebenarnya adalah korban dari kebiadaban orang dewasa.” Ella menghela napas. “Mendengarmu berteriak pada ibumu, membuatku sadar bahwa kau tidak jauh berbeda denganku. Kau terjebak dalam situasi ini dan kau ingin membuktikan pada keluarga Loshen seberapa pantas dirimu, tapi semuanya terlihat konyol, saat kebenaran tentang masa lalu kita terbongkar
Ella tidak peduli lagi dengan jarum speedometernya yang sudah menunjuk angka 100. Ia masih terus menekan pedal gas dalam-dalam untuk sampai di kantor James. Begitu gedung tahta keluarga Softucker itu terlihat, Ella mulai mengurangi kecepatannya dan berhenti tepat di depan lobi. Ia segera turun dan berjalan masuk, tapi dua orang penjaga lebih dulu menghadangnya. “Kalian tidak tahu siapa diriku?” Dua orang bertubuh besar itu saling menatap, lalu salah satunya menjawab, “Kami tahu siapa Nona. Namun, Tuan James Softucker sedan gada tamu dan berpesan untuk tidak diganggu.” “Jadi menurut kalian, aku adalah gangguan?” tanya Ella kesal. “Aku adalah Radella Softucker, anak dari Ernest Softucker, pemilik sah gedung ini! Bahkan aku bisa langsung memecat kalian!” Namun, dua pria itu tetap bergeming dan semakin membuat Ella kesal. “Di mana Lucas dan Dave?! Kalian harus belajar dari mereka!” “Dua pengawal Nona sudah tidak lagi bekerja di sini.” “Sej
Kedua mata Ella membelalak mendapati Ben sudah berdiri di depannya. Rahang pria itu mengeras dan matanya menatap tajam penuh amarah pada Ella, seolah siap melahap dirinya hingga tak bersisa. Entah bagaimana, pistol yang semula ada di tangan Ella, kini berpindah ke tangan Ben dan tanpa berpikir dua kali, pria itu langsung melemparkannya ke danau.“Apa pedulimu?” sungut Ella. “Kau urus saja tunanganmu.”Tanpa sepatah kata pun dan mengabaikan penolakan Ella, Ben menyeretnya menuju pondok. Ben membuka paksa pintu pondok dan menarik masuk Ella. Ia mendorong Ella menuju sofa, lalu menyusul dengan duduk di hadapan wanita itu. Tatapan nyalangnya berhasil membuat nyali Ella menciut.Semenit, lima menit, dan untuk menit-menit selanjutnya, tidak satu pun dari mereka mulai berbicara. Suasana menjadi semakin canggung dan membuat Ella tidak nyaman. Takut-takut, ia melirik Ben, lalu buru-buru membuang muka. Berada sedekat ini dengan orang yang kau cinta
“Kau baik-baik saja?” tanya Ella saat ia dan Prince sudah keluar dari penjara. “Kau yakin?” ulang Ella saat melihat Prince hanya mengangguk dalam diam. Pria itu jadi lebih pendiam dari sebelum mereka datang ke penjara pagi ini. Matanya bengkak—entah berapa lama ia menangis di dalam tadi, tapi Prince tetap berusaha menyakinkan Ella bahwa dirinya baik-baik saja. Ella tidak lagi bertanya, ia melajukan mobilnya menuju kedai Vernon. Hari ini, setelah dari penjara Blackford untuk mendapatkan pengakuan Arian, rencananya mereka akan bertemu dengan Ben di kedai. Begitu sampai, Prince dan Ella langsung turun dan masuk. Ella menyapa Peter sebentar sebelum akhirnya mengajak Prince menuju meja yang berada di pojok paling dalam. “Bagaimana?” tanya Ben tanpa basa-basi. “Apa kau sudah mendapatkan yang aku mau?” Ella menggeleng. “Aku tidak bisa tiba-tiba bertanya pada James di mana lokasi operasinya.” “Kalau begitu kau tidak berguna untukku dan lebih baik aku melakuka