Mendengar pengakuan dari seorang wanita yang tidak dikenal, tiba-tiba menghubunginya membuat hatinya semakin hancur bahwa Barnett telah bermain api di belakangnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa pernikahan yang belum sampai puluhan tahun harus mengalami yang tidak diinginkan.Namun, semua peristiwa itu tidak akan terjadi padanya, jikalau Tuhan tidak menghendakinya. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya meluber tanpa batas. Isak tangis memenuhi seluruh rumahnya yang luas.Kesendirian dalam rumah menjadi kesempatan untuk meluapkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Bahkan, ia teringat kejadian semalam saat Barnett memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang besar.Alexa mengira bahwa sikap manis itu selalu ada dalam dirinya, tetapi hanyalah sebuah harapan yang berkepanjangan. Perlakuan manis itu bisa digunakan untuk alasan bahwa dia telah menyentuhnya.Apakah hanya sekali menyentuh yang sangat nikmat bisa membuatnya mengandung anak darinya?Akhirnya, ia mendapatkan jawaba
Alexa tertawa keras saat mendengar kalimat yang meremehkannya. Tanpa banyak jawaban, aksi bela diri dilakukan olehnya. Ia berhasil menangkis tangan kekar lalu mengeluarkan jurus serangan yang membuat lawannya terjatuh di lantai sampai membuat karyawan wanita ketakutan.Alexa menginjak pelan tangannya. “Jangan pernah meremehkan wanita. Tenaga bisa keluar seribu kali lipat dari pria saat diremehkan dan telah memiliki ilmu bela diri.”Setelah berpesan kepada Kelvin yang memegang perut sambil meringis, ia membawa pergi rekan kerjanya dan menanyakan keadaannya. Setelah semuanya baik-baik saja, ia merapikan pakaian yang sedikit berantakan dan hendak memasuki ruangannya, tetapi permintaan mertua untuk memasuki ruangannya.“Alexa, ikut saya ke ruangan.”Alexa berputar balik dan mengikuti langkah mertuanya. Ia memperhatikan cara Reynard berjalan yang tertunduk dan memasukkan kedua tangan di kantong celana. Dia terlihat lelah, kecewa dan hal buruk sedang bersarang di dalam benaknya.Ia duduk di
“Kamu ada di rumahku.”“Hmm?” Alexa membangunkan tubuhnya perlahan sambil bersandar di kepala kursi.Alexa bingung dengan keberadaan saat ini. Apa yang telah kulakukan dan sampai di rumah Frank? Namun, ia menyadari bahwa kamar sebelumnya tidak terdapat poster band rock dan kasur berukuran besar.Ia menyebarkan pandangan ke berbagai sudut di kamarnya. Kamar yang luas memang seperti yang dilihat sebelumnya.“Ini kamarmu?” tanyanya untuk meyakinkan keberadaannya.“Iya, ini bukan di rumahku yang pernah kita kunjungi. Ini adalah rumahku yang kedua. Kemarin kita berada di Apartemen.”“Hmm.” Alexa mendesis sembari memegang keningnya.Sakit kepala masih terasa akibat banyaknya beban hidup. Dengan sigap, tangan kekar memegang lengannya. Dia membawa Alexa di rumah dan memanggil Dokter keluarga untuk memeriksanya saat bertemu dengannya di tengah jalan dalam keadaan pingsan.“Kamu belum sarapan tadi pagi?”“Sudah.”“Bohong, kalau sudah kamu tidak akan terlihat pucat seperti ini dan kantong mata k
“Pulanglah. Aku sangat lelah hari ini,” jawab Alexa yang tidak ingin membahas Barnett yang tiada kabar sama sekali.“Aku tidak akan pergi dari rumah ini kalau tidak memberitahu keberadaannnya.” Frank sedikit memaksanya sembari menatap lamat.Alexa hendak memasuki rumah dengan terpaksa berbalik badan lalu sedikit membungkukkan badan dan memegang kaca mobil yang masih terbuka.“Aku tidak tahu keberadaannya dan berhenti bertanya karena semua masalahku bukan masalahmu. Kamu hanya cukup mengetahui yang kamu tahu dan tidak perlu interfensi sampai dalam.” Alexa menjawab tegas seraya menatap tajam.Frank terdiam beribu bahasa saat ia memberikan peringatan untuknya. Frank tidak seharusnya iterfensi ke masalah apa pun yang dimilikinya. Walaupun dia adalah sahabatanya, tetapi dia termasuk orang luar.“Oke. Maaf kalau aku terlalu ikut campur dalam masalahmu.”Alexa hanya mengangguk dan menepuk sisi mobil perlahan sembari memperlihatkan senyuman kecutnya dan melambaikan tangan kepadanya. Ia masuk
Alexa memalingkan wajah dengan merapikan rambut lalu tersenyum pada Reynard yang mengernyitkan dahi saat Barnett tidak memujinya. Dia tidak akan pernah memujinya saat hati masih terisi wanita lain dan belum selesai dengan masa lalunya.Percuma saja dibantah sehingga Alexa terkekeh dan berpura-pura untuk baik-baik saja saat melihat mereka yang berbeda pendapat. Ia berdiri di antara mereka sambil memegang kedua tangannya.“Sudah jam istirahat, makan siang dulu, yuk.” Alexa tersenyum lebar.Alexa menarik kedua tangan tersebut, tetapi Barnett masih berdiri di tempat, seperti tidak ingin beranjak dan makan siang dengannya. Ia dan Reynard menoleh dan wajahnya pun masam sehingga ia berbalik badan lalu menggandeng lengannya dan membawa mereka pergi ke kantin.Pertama kali, ia berhasil membujuk suaminya untuk makan bersama di kantin. Reynard dan Barnett menunjuk makanan yang hendak dimakan olehnya lalu dibelikan. Alexa membawa makanan yang dipesan ke meja pendek yang cukup untuk berempat sehin
Mama mertua memegang dan mengelus pipi sembari tersenyum dan menatapnya dengan penuh rasa rindu. Dia terlihat sangat rindu dengannya sampai mengutus tangan kanan papanya hanya demi memanggil Alexa.“Mama sehat, Nak. Maaf, ya sudah membuatmu khawatir.”Alexa tersenyum lebar sambil memiringkan kepala dan menggeleng pelan. “Mama. Alexa rindu dan maaf baru bisa ke sini sekarang di saat diminta untuk datang ke rumah.”“Tidak apa, Nak. Mama juga tahu kalau kamu pasti sibuk sama kerjaan di kantor dan rumah. Ikut mama ke kamar khusus untuk Alexa.”Alexa tersenyum kembali ketika bersama lagi dengan mertuanya. Ia bersalaman dengan Papa mertua dan diantar oleh asisten rumah tangga dengan membawa tasnya.Alexa menyelipkan tangan ke tangan mama mertuanya untuk melangkah bersama menuju kamarnya. Dua menit menuju kamar dan ditakjubkan dengan desain interior kamar yang minimalis, modern dan serba warna cream membuat mata terasa segar.Tas diletakkan di sofa lalu ditinggalkan. Alexa duduk bersama di t
[Aku tunggu di rooftop.]Belum sempat membacanya, pop up notifikasi pesan dari Barnett pun muncul kembali. Dia tampak ingin sekali bicara dengannya. Namun, tidak menyampaikan detil permasalahan yang ingin dibicarakan olehnya.Ia memikirkan selama sepuluh detik di atas kasur untuk menemui Barnett atau tidak. Saat memutuskan untuk menemuinya, ia tersadar bahwa dirinya tidak memberitahu keberadaannya saat ini, tapi Barnett ada di sini.Ia mempercepat langkahnya menuju rooftop dengan pencahayaan lampu senter karena lampu ruang tamu telah dimatikan. Ia melihat Barnett sedang duduk santai di kursi bantal berbentuk bulat dan tinggi lalu berdiri tepat di sampingnya.“Apa yang kamu mau bicarakan denganku? Apakah itu penting?” tanyanya santai sembari memalingkan wajahnya.Barnett berdiri dalam hitungan detik saat mendengar pertanyannya. “Apa maksudmu bicara seperti itu?”“Sudah malam, aku gak mau merusak jam tidurku. Jadi, aku harap kamu buruan bicara sama aku dalam hitungan lima detik.”“Issh,
Bola mata terbelalak ketika mendengar pertanyaan Alexa yang mengetahui tujuan liburannya di luar pulau. Bahkan, dia memandanginya dengan heran dan terdengar tidak marah dengannya.“Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku liburan di luar pulau Jawa?”Alexa menoleh sambil tersenyum kecut. “Tidak penting. Aku tidak minta banyak sama kamu dan hanya ingin kamu menepati janjimu yang selalu terbuka atas hal apa pun.”Alexa memandangi suaminya yang terdiam sambil menelan ludah. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Namun, ekspresi yang ditampakkan sangat jelas bahwa dia sedang takut dan ada sesuatu yang disembunyikan.“Oke. Aku akan menepati janji.”“Bagus.”Tanpa terasa perjalanan mereka yang tidak ada kalimat romantis di dalam mobil, telah tiba di area parkiran mobil kantornya. Alexa turun terlebih dahulu tanpa menunggu Barnett dan tidak menoleh ke arahnya sama sekali.Apa pun yang terjadi padanya, ia yakin bahwa terbongkar dengan sendirinya. Alexa baru saja masuk dari pintu masuk, Deana me