Mama mertua menggeleng pelan dengan netra berbinar dan menatap semua orang yang ada di sekitarnya. Dia terlihat tidak percaya dengan kelakuan anak sulung yang memiliki trauma terhadap seorang perempuan karena memiliki rasa cinta yang besar kepadanya.“Tidak mungkin, bagaimana dia melakukan itu. Sedangkan, dia pernah tersakiti oleh perempuan dan hampir melakukan hal yang mematikan?”Mama mertua tetap menolak dengan kenyataan yang disampaikan oleh Alexa dan Helena berdasarkan masa lalu Barnett. Tidak ada salah saat memiliki pemikiran seperti itu. Namun, semua itu bisa saja terjadi.Alexa menelan air saliva sembari meneteskan air mata saat melihat respons mama mertuanya. Ia berharap tidak terjadi sesuatu kepadanya karena ingat dengan penyakit serius yang dideritanya.Alexa pindah duduk di samping lalu memegang tangannya. “Dia memang memiliki masa lalu yang kelam, tapi tidak ada yang bisa dipungkiri bahwa Barnett bisa menyakiti perempuan dan memiliki hubungan dengan perempuan lain. Papa s
Alexa mengangguk pelan sembari memainkan jemari dan tanpa terasa air mata ikut mengalir di pipi. Tidak bisa menyembunyikan butiran air bening yang saatnya mengalir di pipi dari kesedihan hidup yang pahit dan menyakitkan.“Kenapa? Apakah Barnett tidak ingin memperjuangkan rumah tangganya?”“Tidak ada yang menunjukkan sikap dia untuk memperjuangkan rumah tangga, Bu. Alexa lelah berjuang dan berpura-pura untuk baik-baik saja.”Helaan napas panjang keluar dari mulut Ibu dan Ayah. Mereka terlihat kecewa dengan keputusan yang diambil olehnya hingga membuatnya terdiam selama lima menit.Ibu pernah menasihati bahwa teruslah berjuang dan berusaha untuk membuat suami yang dingin dan tidak perhatian kepada istri. Namun, ibu juga pernah mengatakan bahwa ketika seorang pria sudah menjadi status suami lalu memukul istri dan anaknya, itu sudah tidak pantas dipertahankan dan boleh mengambil jalan keluar untuk pisah.Keputusan yang diambil oleh Alexa tidak salah. Walaupun perpisahan sangat tidak dianj
Alexa menoleh dengan mata yang sembab dan mengernyitkan dahi saat Frank melarang untuk memukuli dirinya sendiri. Ia melepaskan tangan Frank perlahan lalu bersandar di kursi panjang dan memandangi bunga berwarna putih di seberangnya.“Mama meninggal karena aku.”“Gak Alexa.”“Iya. Mama meninggal karena aku yang memberitahu bahwa ak—”“Kenapa?” tanya Frank bingung.Alexa memejamkan mata sekilas ketika hampir kelepasan untuk mengatakan hubungan rumah tangganya dengan Barnett. Ia mengembuskan napas secara kasar sambil berdecak dan menyeka air mata.“Intinya adalah semua karena aku.”“Karena kamu memberitahu tentang hubungan rumah tanggamu yang gak bisa dipertahankan lagi?”Alexa menoleh secepat kilat. “Ba-bagaimana kamu tahu itu?”“Kamu pernah ke cerita aku kalau sudah gak bisa dipertahankan lagi, tapi kamu belum memutuskan akhirnya seperti apa.”Alexa menghela napas panjang lega ketika Frank tidak mengetahui kabar perpisahannya. Butiran air bening masih membasahi pipi secara terus meneru
“Kamu jangan cegah dia, Alexa!” geram Reynard dengan menoleh ke arahnya.Alexa melepaskan tangan ibu secara perlahan dan mendekati Barnett dan Deana. Barnett dan Deana berbalik badan dengan tatapan yang bingung. Alexa masih menatap mereka dengan kediaman selama lima menit.“Kamu tidak perlu menjadi jagoan untuk keluarga kami, Alexa karena kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan dari keluarga kakakku!” tukas adik ipar Reynard.“Aku gak perlu menjadi jagoan untuk keluarga Papa karena orang baik pasti akan terbuka dengan sendirinya untuk mata dan hati, seperti situasi saat ini yang di mana tidak pernah kuduga bahwa anak sulung dari keluarga konglomerat diusir dan tidak diakui anak lagi oleh ayahnya. Semua aset dibalikkan kembali atas dua nama seorang wanita yang selama ini dianggap sepele dan remeh olehnya.”Barnett tersenyum miring sambil bertepuk tangan dan menatap nanar ke arahnya. “Wah, hebat kamu, ya. Kamu pasti meracuni pikiran Mama dan Papa selama ini sampai Papa berani memb
“Oke. Aku akan membuktikannya. Tunggu saja tanggal mainnya,” jawab Alexa santai sambil menatap tajam lalu melirik Deana yang tampak memperhatikan kami.“Oke.”Barnett berbalik badan menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah lalu kembali lagi kepadanya. Sontak, ia menaikkan kedua bahu dan mengendalikan perasaan terhadapnya.“Apa lagi?”“Kamu sudah menghancurkan keluargaku dan hidupku,” kata Barnett sambil melayangkan jari telunjuk kepadanya.Alexa tersenyum miring. “Yang menghancurkan keluarga dan hidupmu adalah kamu sendiri bukan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan hubungan rumah tangga, tapi kamu mengacaukannya sampai Mama meninggal. Berubahlah sebelum menyesal lagi di kemudian hari,” balas Alexa lalu menutup pintu rumah.Napas naik turun cepat ketika tatapan mereka bertemu dan jarak pandang yang hanya berjarak dua sentimeter. Mata yang membuatnya salah tingkah dan jantung berdebar itu hadir kembali setelah tidak pernah melakukan hal itu.Ia pergi ke k
Reynard terus melangkah dan memasuki sebuah ruangan yang sangat luas telah dipenuhi ratusan orang dengan pakaian formal. Mereka bertepuk tangan saat Alexa memasuki ruangan bersama papa mertuanya.Sontak, Alexa menaikkan kedua pundak, mata berbinar, bibir sedikit terbuka dengan garisan panjang yang terlukis. Ia bingung dengan mereka yang menyambutnya sangat meriah hingga membuatnya mengangguk dan sedikit membungkukkan badan kepada mereka. Alexa mengikuti langkah Reynard lalu mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan.Reynard mengambil microfon di meja dan beramah tamah kepada karyawannya. Ia ingin melihat antusias mereka ketika menyambut kedatangan Alexa.“Oke, tes, tes. Selamat pagi menjelang siang, teman-teman.”“Pagi, Pak.” Seluruh karyawan menjawab serentak.“Nah, semangat sekali kalian. Sudah sarapan atau sudah cair gajinya?”“Dua-duanya, Pak.”“Pantesan, jadi energi buat kalian, ya.”“Iya, dong, Pak.”“Oke. Saya gak akan basa-basi di depan sini karena … kaki sud
Alexa menggeleng pelan. “Gak. Aku hanya kurang istirahat aja akhir-akhir ini setelah mengurus semua perpisahanku dengan Barnett dan Mama mertua meninggal.”Jemari menyeka rambut yang ada di kening sambil memejamkan mata dan menarik napas perlahan. Sekujur tubuhnya sangat pegal dan seperti ada yang menarik semua ototnya. Kepala yang sedari tadi baik-baik saja, seperti tertimpa beban dua puluh kilogram.“Sungguh, kamu gak apa? Akhir-akhir ini kuperhatikan sering banget mau jatuh pingsan, pola makan tetap teratur, kan?”“Masih sama. Ak—”Ucapan Alexa terhenti ketika rasa dalam perut terdorong ke kerongkongan, hingga membuatnya terbangun dari rebahan dan bergegas menuju kamar mandi. Ia menutup kamar mandi lalu memuntahkan semua makanan dan minuman dalam perut dengan menekan suaranya.“Alexa, Kamu kenapa? Asam lambungmu kambuh?” tanya Frank panik.Alexa tidak menjawab dan masih sibuk mengeluarkan isi perut hingga perutnya benar-benar kosong sampai tenggorokan panas dan hidung berair. Ia me
“Dia gak tau.”“Kenapa?”“Karena Alexa tidak ingin siapa pun tahu,” jawab Dokter Christian Alex secepat kilat.Frank menoleh ke arahnya sambil menatap lamat. Apa pun alasan Alexa tidak masalah untuknya karena telah mengetahui kabar bahagia ini.Alexa dan Frank kembali ke rumah setelah mendapatkan resep dari Dokter Christian Alex. Frank mengambil minum untuk Alexa lalu duduk di sampingnya.Alexa menerima dan meminum air mineral. Frank memerhatikannya dengan serius.“Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah aku terlihat seperti zombie?” tanya Alexa yang meletakkan gelas di meja.“Tidak apa. Aku heran sama kamu.”“Hmm? Kenapa?”“Bagaimana kamu bisa sekuat ini? apakah saat kamu pisah dengan Barnett, kamu sudah dalam keadaan mengandung anaknya? Kenapa tidak memberitahu orang tuamu?”Alexa pergi dari sofa dan lebih memilih untuk menuju kamar. Ia menaiki anak tangga secara perlahan sambil berpegangan pada gagang kayu. Frank memegang dan menuntunnya perlahan sampai rebahan di kasur.“Kamu tidak p