“Aku mau pulang tadi.”Alexa menjawab dengan sedikit gugup dan leher menegang sembari memalingkan pandangan ke arah jalanan.“Kirain mau bersembunyi karena ada Barnett.”“Gak!”Sontak, Frank menoleh sekilas ke arahnya dengan melebarkan bola mata dan menaikkan kedua alis. Dia pun tersenyum lebar ketika melihat Alexa yang berusaha menyembunyikan ekspresi malunya yang takut ketahuan hendak bersembunyi dari Barnett.Sepanjang perjalanan pulang ke Apartemen-nya hanya membisu dengan menarik dan mengembuskan napas perlahan. Mobil sport milik Frank berhenti di depan lobi. Dia memegang dan menggerakkan pundaknya perlahan lalu memberikan kode arah pintu masuk apartemen.Alexa menoleh ke pandangannya. “Ah sudah sampai ternyata. Terima kasih banyak.”“Sama-sama.”“Aku pulang dulu.”“Istirahat, ya. Jangan lupa ambil makanan di resepsionis di tas berwarna hitam.”Alexa keluar dari mobil sambil sedikit membungkukkan badan dan mengangguk pelan disertai dengan senyuman lebar. Ia memahami yang disampai
“Dia tidak menggangguku, tapi aku ….”“Kepikiran Barnett? Kapan kami kembali ke Jakarta?”“Iya. Kapan kamu kembali ke Jakarta?”“Aku kembali ke Jakarta setelah kamu melahirkan,” jawab Frank santai tanpa beban.Alexa reflek menoleh dengan mengangkat kedua pundak bahwa dia akan kembali ke Jakarta sampai melahirkan. Bagaimana bisa dia melakukan itu? Sedangkan, pekerjaan tidak bisa ditinggal? Apakah hidupnya sudah tidak berarti lagi sampai harus berkorban?“Kamu jangan khawatir, kerjaanku bisa diatasi dan sudah ada yang bertanggung jawab di sana.”“Kenapa?” tanya Alexa menunduk dengan memerhatikan jemari yang digenggam.“Apanya yang kenapa?”“Kenapa kamu mementingkan urusan orang lain dari pada kepentinganmu?” tanya Alexa lirih yang merasa tidak enak dengannya.Mobil Frank berhenti lalu dia melepas sabuk pengaman. Alexa mengalihkan pandangan ke arahnya dengan tatapan sendu, seakan ingin tahu jawabannya.“Pergi periksa dulu, aku menjawab setelah kamu periksa kandungan.”“Janji?”Frank meng
“Ada Frank, Bu. Frank ada proyek di sini dan Alexa bersamanya sekarang.”“Alhamdulillah.”“Ayah bisa bicara sama dia?” tanya Ayah Alexa yang terdengar serius.“Bisa,” jawab Alexa seraya menoleh ke arah Frank yang fokus menyetir sambil tersenyum karena mendengar Alexa berbicara dengan orang tuanya.Alexa menekan pengeras suara yang bisa mendengar pembicaraan Frank dengan ayahnya. Ia memberikan handphone kepadanya lalu diambil oleh Frank.“Assalamualaikum, Ayah dan Ibu.”“Waalaikumsalam. Bagaimana kabarmu, Nak?”“Baik, Ayah. Bagaimana kabar Ayah?”“Baik juga. Baiklah, saya tidak ingin berbasa-basi pada langsung intinya saja. Saya ingin kamu menjaga anak saya dari apa pun dan siapa pun yang bisa membahayakan dia. Buat dia tertawa dan jangan sampai ada air mata yang menetes di pipinya sampai kapanpun. Lalu, jaga dia saat persalinan dan temani dia persalinan karena saya tidak bisa datang ke sana karena ada pekerjaan yang mendadak.”“Iya, Ayah. Saya sedang menjalani yang Ayah sampaikan. Jad
“Terima kasih sudah jujur tentang perasaanmu kepadaku dan baik kepadaku. Tapi, maaf banget sebelumnya, aku tidak bisa menerima perasaanmu karena keadaanku begini dan pasti tidak dapat persetujuan dari orang tuamu, apalagi usia kita sama dan kamu masih single ditambah belum pernah menikah. Jadi, aku memikirkan kebaikan kita berdua dan memutuskan tidak bisa hidup bersama karena banyak faktor.”“Aku sudah mendapatkan persetujuan dari orang tua karena usiaku sudah matang dan bisa dikatakan mapan. Aku bisa menyayangi anak yang bukan dari darahku dan tidak akan membeda-bedakannya. Aku janji, aku ak—”“Sayang.” Suara berat hadir di antara pembicaraannya dengan Andika.Alexa reflek menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah kanan. Bola mata membulat ketika melihat keberadaan Frank yang sudah berdiri di belakang kanannya dengan penampilan keren.“Siapa kamu?!” tanya Andika dengan intonasi penekanan sambil berdiri dan mendelik.Frank mengulurkan tangannya kepada Andika. “Kenalin, aku adalah
“Kenapa kamu terlihat tidak senang di hari bahagia kita ini, Barnett?” tanya wanita berpakaian pengantin modern sembari memeluk pria dari belakang.Pria mengenakan setelan jas hitam melepas, mengibaskan tangan kasar dan mendorongnya dengan mata yang menaruh kebencian pada wanita itu.“Alexa, ingat ini! Pernikahan kita hanya sebatas perjodohan tidak lebih!”“Kenapa memangnya kalau sebatas perjodohan?”“Biasanya tidak bertahan lama.”“Tidak bertahan lama tergantung pribadi terhadap pasangan. Ada juga menikah dengan pilihan sendiri, tapi berpisah juga.”“Jangan sok tahu!” bantah Barnett menatap tajam.Alexa menggambarkan pernikahan yang tidak langgeng. Namun, diacuhkan olehnya dengan melepas jas hitam lalu tiduran di sofa. Alexa memandangi suaminya yang tidur di sofa dengan alis bertautan.“Kamu tidak mau melakukan hubungan suami istri?”Barnett membuka mata dengan kedua alis yang menyeringai seraya mengamatinya dari atas hingga bawah lalu tersenyum miring dan duduk.“Ngaca dulu sana!”“
“Siapa yang menelponmu semalam?”“Kenapa kamu tanya itu? Bukankah kamu tidak sudi denganku?” Alexa membalikkan pertanyaan untuk Barnett dengan ketus.Barnett menutup koper kasar sampai bunyi lalu meletakkannya di lantai dan menghampirinya. Ia melirik sepatu fantovel mengkilap sudah berada di sampingnya lalu berbalik badan sambil menarik pegangan koper.“Aku tidak sudi denganmu kalau kamu menyentuhku!”“Terus kamu tanya buat apa? Pertanyaan itu artinya kamu peduli denganku?”“Tidak, jangan besar kepala! Aku berhak tahu siapa pun yang berhubungan denganmu.”Alexa menghela napas panjang saat teringat kejadian semalam yang menghina dan mengataiku sesuka hatinya.“Jika itu maumu maka aku juga harus tahu siapa pun yang berhubungan denganmu.”“Oke.” Barnett memenuhi permintaannya.“Dia adalah sahabatku sejak kecil, namanya Frank Halton,” jawab Alexa sambil menarik koper lalu keluar dari kamar.Alexa bersiap-siap untuk keluar lebih dulu dari Barnett, tiba-tiba masuk kembali seraya menarik kop
“Tidak, tapi cara menjawabmu seperti ragu dan bisa dikatakan ke dalam artinya tidak ada niat untuk menjaga, mengasihi dan menyayanginya.”“Terserah Mama kalau seperti itu. Mama tidak tahu apa yang kurasakan dan menilai seenaknya,” jawab Barnett malas.“Oke, Mama minta maaf kalau salah. Mama dan Papa pulang dulu, kalian berangkat kerja dan kopernya biar dibawa Mama dan Papa.”“Terima kasih, hati-hati, Ma.”Orang tua Barnett meninggalkan hotel sambil membawa koper. Alexa dan Barnett mematung dan hening dalam kamar yang memilukan. Ia tidak setuju dengan jawaban yang disampaikan oleh suaminya yang hanya penyampaian palsu belaka.“Kamu seharusnya tidak mengatakan itu. Katakan sejujurnya pada Mama, jangan membohongi diri sendiri dan banyak orang dengan penyampaian yang tidak sesuai dengan kenyataan,” ucap Alexa yang memecahkan keheningan dalam kamar.“Aku tidak ingin statusku dicabut oleh Papa sehingga terpaksa berbohong dan terjebak dalam kepalsuan.”“Jika kamu berbohong dampaknya sangat b
“Iya. Dia itu Sekretaris pribadiku. Jadi, kalau aku sibuk dan lembur, otomatis itu dia juga ikut lembur,” balas Barnett meninggi.“Sekretaris pribadi bertugas di kantor dan hanya untuk perintahmu, kan? bukan untuk menemanimu? Sedangkan, Sekretaris pribadi memiliki ruangan sendiri, bukan di sini. Jadi, Deana bisa keluar dari ruangan ini, kan? kamu bisa keluar dari ruangan ini, Bu Deana Florence?” cerocos Alexa yang memperjuangkan haknya sebagai istri.Deana melirik Barnett yang terdiam sambil bersandar di kepala kursi lalu beberes semua berkas penting dari hasil rapat bulanan dengan ekspresi yang kesal terhadapnya. Alexa tidak tahu yang akan dikerjakan olehnya hingga suaminya meminta untuk pulang terlebih dahulu. Namun, ia menggunakan kekuasaan sebagai istri CEO untuk mengusir Sekretaris pribadinya.“Saya pulang dulu, Bu, Pak,” pamit Deana kesal.“Silakan. Kamu seharusnya pulang lebih dulu,” balas Alexa yang sengaja membuat hatinya semakin panas.Alexa sangat kesal dengan Deana. Entah