Ada yang tidak biasa!
Zhou Fu membatin curiga. Cahaya-cahaya yang berpasangan dari dalam reruntuhan itu, nyatanya sedang berbaris dengan amat rapi dan teratur. Cahaya itu berjajar dan saling berkedip bergantian. Itu adalah sepasang mata! Jelas itu adalah sepasang mata, tapi, tidak masuk akal juga jika mereka disebut sebagai sepasang mata!
Kening Zhou Fu berkerut selagi dia terus mengamati sorot-sorot mata tajam di balik reruntuhan kuno. Sebisa mungkin, ia tidak membuat gerakan yang tiba-tiba, sebab sifat naluriah binatang adalah merespon gerakan yang tiba-tiba. Itu pun jika benar bahwa yang sedang bersembunyi adalah makhluk atau binatang.
Logika Zhou Fu mengatakan, kalaupun berpasang-pasang cahaya itu adalah sepasang mata, maka kepala dari tiap-tiap makhluk tersebut tentunya juga besar karena mengikuti ukuran matanya yang berdiameter lima belas centimeter.
Lalu, bagaimana bisa sorot-sorot mata itu justru berjajar berdempetan, seolah mereka adalah makh
Tubuh Haku menggeliat di dalam air seperti sedang mempersiapkan diri sebelum bertarung. Kepalanya bergoyang ke kanan dan kiri begitu juga tubuh dan sirip ekornya. Sementara itu, dua pasang kaki Haku nampak sedang mencengkeram air beberapa kali, seolah sedang bersiap untuk mencabik siapa saja yang mengganggu tidur siangnya.Gerakan-gerakan kecil yang dilakukan Haku nyatanya berdampak cukup besar, bebatuan seukuran tubuh orang dewasa berhamburan ke berbagai arah akibat terkena gelombang air yang ditimbulkan dari pergerakan Haku. Untuk beberapa saat Zhou Fu terlihat menyesuaikan diri dengan keadaan air yang sebelumnya tenang kini menjadi bergelombang.Beberapa detik setelah Haku menggeliat, tubuhnya melesat ke arah Zhou Fu, membuat Zhou Fu mempercepat laju pergerakannya di dalam air menuju ke permukaan. Menurutnya, bertempur di kedalaman lautan sama dengan menyerahkan nyawa secara cuma-cuma. Dalam tiap-tiap kedalaman lautan memiliki tekanan berbeda-beda pada tubuh manusia
Haku masih menggeliat manja di tempatnya berada. Tubuhnya bergoyang pelan, kepalanya mengangguk-angguk dan seluruh mata di tubuhnya berkedip seirama. Ia seperti sedang memohon kepada Zhou Fu untuk mendatanginya dan memberinya sebuah usapan lembut di kepala.Sementara itu, Zhou Fu dan Shen Shen sedang memandangi makhluk tersebut dari jarak 20 meter jauhnya. Melihat tatapan Haku yang penuh harap, Shen Shen menyenggol-nyenggol lengan Zhou Fu untuk mengajaknya pergi menjauh saja. Bisa jadi, bisa jadi makhluk besar itu hanya berpura-pura saja, pikir Shen Shen.Zhou Fu menangkis tangan Shen Shen pelan, memintanya untuk bersembunyi jika ketakutan namun Shen Shen menggelengkan kepala. Nyatanya, bersembunyi dan jauh dari Zhou Fu rasanya lebih menakutkan bagi Shen Shen. Haku bukanlah satu-satunya makhluk yang mungkin mendiami laut Luzon. Setidaknya itu yang menghantui pikiran Shen Shen hingga perempuan itu enggan untuk jauh-jauh lagi dari Zhou Fu.‘Baiklah, tetap di
Bebarengan dengan terbukanya mulut patung kepala singa, Shen Shen mengguncang-guncang pundak Zhou Fu dengan keras. Zhou Fu yang sedang bersemangat mengawasi mulut patung singa, terpaksa menoleh ke arah Shen Shen seketika. Alis Zhou Fu berkerut bersamaan sewaktu melihat wajah Shen Shen yang menunjukkan ekspresi menahan sesuatu yang berat dan tertahan.“Sialan, begitu saja sudah tidak kuat!” Zhou Fu menggerutu dalam hati ketika mendapati wajah Shen Shen sudah menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen.Shen Shen tak tahu bagaimana ekspresi Zhou Fu sebab dua matanya sudah terpejam amat rapat, guna memperkuat pertahanan dirinya melawan desakan paru-paru yang membutuhkan asupan udara. Dadanya semakin terasa berat karena ditempa tekanan bawah laut yang mulai terasa.Sebenarnya, montipora purba juga memiliki efek menangkal rasa tertekan di dada ketika berada di kedalaman. Jika Shen Shen sudah menunjukkan gejala-gejala kehabisan udara, tentu saja efek montip
Siluet hitam seekor binatang raksasa mendekat ke arah kapal Guichuan yang bersandar di perairan dangkal. Shen Shen terlihat beberapa kali mendongakkan kepala ke atas untuk membuat air di pelupuk matanya tidak terjatuh. Rasanya tak sepadan sekali jika dia harus khawatir berlebihan kepada orang yang saat ini berteriak-teriak dengan lantang dan riang.Kapal Guichuan bergoyang-goyang seiring dengan mendekatnya Haku ke arah kapal. Membuat Shen Shen mencengkeram dengan erat balok kayu di tepian kapal. Ketika guncangan yang ditimbulkan dari raksasa Haku semakin kuat, Shen Shen berteriak sekencang mungkin pada Zhou Fu untuk memperingatkan.“Jangan terlalu bersemangat! Guncangan dari hewan peliharaan barumu itu bisa membalikkan kapal kau tahu!!!” Teriak Shen Shen keras.“Begitukah? Baiklah, Haku.... Pelankan gerakanmu…” Teriak Zhou Fu merespon peringatan dari Shen Shen, Haku yang menerima perintah dan isyarat dari Zhou Fu langsung berhenti
“Kitab Tujuh Kesatria Langit telah diambil dari tempatnya berada. Itu adalah kitab yang dimusnahkan dari sejarah demi kepentingan tertentu. Pada akhirnya daratan Luzon pun ditenggelamkan atas nama kebaikan bagi umat manusia. Orang-orang di masa kini hanya mengenal Luzon sebagai lautan diam yang memisah daratan Caihong dan Shamo. Lebih dari itu, daratan Luzon seperti sengaja dibuang dari sejarah. Kini kitab tersebut hilang dari persembunyiannya, kekacauan mungkin akan terjadi. Atas nama kebaikan, temukan Kitab Tujuh Kesatria Langit dan kubur sedalam-dalamnya dari kehidupan.”Itu adalah bait-bait tulisan yang ada di gulungan yang sedang dibaca Shen Shen. Di akhir pesan tersebut, tertulis tahun dibuatnya yaitu sekitar dua tahun sebelumnya, dan disebutkan juga jika pesan tersebut ditulis oleh perwakilan pasukan tujuh. Pasukan yang katanya memiliki tugas menjaga kitab kuno itu dari pendekar yang memiliki niat jahat. Markas pasukan tujuh berada di daratan Bingdao, dan s
Sebagaimana yang digambarkan dalam peta milik Feng Yaoshan, kapal Guichuan hanya tinggal melewati tiga pulau lagi untuk tiba di Maundo yaitu satu-satunya tempat yang harus dilewati untuk masuk ke Caihong. Andai saja kapal Guichuan tidak sedang mengalami krisis air minum, Zhou Fu sudah meminta awak kapal untuk berlayar langsung menuju Maundo. Sayangnya, seluruh penumpang yang menaiki kapal Guichuan sudah berpuasa minum air sejak lima hari sebelumnya.Untuk itu, Zhou Fu memerintahkan awak kapal agar mencari pulau terdekat guna mengisi persediaan air minum mereka. Pulau terdekat yang dituju adalah pulau Yimin, sebuah pulau yang menurut peta dari Feng Yaoshan merupakan pulau yang bersih dari sekutu Asosiasi Naga Perak.Pulau Yimin sendiri sebenarnya merupakan pulau terdekat ke dua setelah pulau Baisha. Hanya saja, pulau Baisha merupakan pulau yang dihuni oleh kelompok organisasi Kelelawar Merah. Mengingat Rao Guohoa masih hidup, Zhou Fu memilih untuk menghindari pulau Bais
Zhou Fu sudah memasuki wilayah pemukiman yang terbakar. Api melahap apa saja yang terjangkau olehnya. Rumah, binatang peliharaan, dan manusia seolah sedang beralih fungsi menjadi kayu bakar. Semuanya dilahap api tanpa permisi. Suasana di sana cukup buruk untuk digambarkan, terutama tentang anak-anak yang menjerit memohon pertolongan. Zhou Fu berusaha menulikan telinga karena jeritan anak-anak yang sedang meregang nyawa memang sangat menyayat hati dan telinga.Asap dari api yang membakar jasad-jasad warga di pemukiman itu terbawa angin, membuat seluruh bagian pulau Yimin seolah mengeluarkan aroma daging bakar. Kepulan asap yang tebal sepertinya menjadi penyebab utama warga Yimin gagal melarikan diri. Bagaimanapun, manusia biasa akan mengalami sesak napas yang hebat sekaligus perih di mata mana kala asap tebal memenuhi hidung dan tenggorokan mereka.Zhou Fu menarik napas dalam untuk bersiap-siap meneriakkan sesuatu,“Semua yang masih bernyawa, dengarkan aku
Sorot-sorot mata tajam mengamati tubuh Zhou Fu dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Para militer Shamo agaknya saling berbisik keheranan. Nyatanya, perawakan Zhou Fu tidak mirip dengan perawakan orang Bingdao yang notabene berkulit putih. Kulit Zhou Fu kuning langsat, jelas dia juga bukan berasal dari keturunan orang Shamo yang kebanyakan berkulit gelap.“Hei, anak muda, siapa kau dan perlu apa kau ke mari?” si pria kekar bertanya sembari menuding Zhou Fu menggunakan pedangnya yang berlumuran darah.“Jika kalian ingin mencari siapa orang yang membunuh dua belas pendekar Shamo, kalian saat ini sedang melihatnya!” Teriak Zhou Fu lantang, ‘setidaknya aku membunuh tiga diantara dua belas itu’, tambah Zhou Fu dalam hati.“Ha ha ha, anak ini sedang tidak waras kiranya. Dua belas pendekar kami adalah pendekar-pendekar pilihan. Jika kau bisa mengimbangi satu saja dari mereka, tentu kami akan lari terbirit-birit karenamu!&rdqu