Serikat Pedang Kabut, Ibukota Kerajaan GlintSuatu kawasan yang berada di samping istana kerajaan Glint, memiliki halaman luas dengan banyak murid yang sedang berlatih bersama. Para siswa itu dengan mantap menghunuskan pedang sambil melangkahkan kaki kanan, lalu memutar tubuhnya dengan kaki kiri sebagai tumpuan. [Kepada seluruh warga Kekaisaran Amerta!]Mendengar suara pengumuman, mereka sontak berhenti dan menengok ke arah kota. Di atas kota sudah ada seperti hologram yang memvisualkan tubuh Ren.[Saya Ren, selaku Kepala divisi Keamanan, menetapkan Raja kerajaan Glint, Marbun Bidara sebagai pelaku kejahatan!]"Apa!?" Mereka langsung tercengang dan ternyata ada dua orang dari keluarga Beton di sana. Seorang pria bernama Yon Beton dan remaja seumuran Akara bernama Dam Beton. Keduanya bermasalah dengan Akara saat masih kecil...Rumah lelang keluarga Meranti di tengah kotaRumah lelang yang sangat besar dengan beberap
"Kenapa!? Apa yang terjadi!?""Itu api dari esensi api surgawi!" jawabnya sedikit berteriak."Bocah itu!? Dia hanya ranah Maskumambang 1 bulan energi 9 bintang!" teriak Opi karena panik, sekaligus tidak percaya."Benar, bocah itu. Esensi dengan energi yang begitu murni, sekaligus sangat mengerikan. Bisa langsung membunuh seketika master aura ranah Gambuh 6 bulan energi, atau binatang sihir tingkat naga satu pola," imbuhnya membuat Opi terbelalak dan ingin terbang menolong nonanya."Hentikan!" Salamander sontak memalangkan ekornya di depan Opi, namun ada hentakan energi yang mengejutkan keduanya."Dia akan dipromosikan naik ranah Mijil 2 bulan energi!?" ujar Opi, lalu ada ledakan energi yang membuat mereka harus semakin menjauh. Kini mereka berjarak sekitar 50 meter, dengan kobaran api biru yang membuat pepohonan menjadi bara."Apa yang terjadi!?" seru keduanya secara bersamaan saat melihat perubahan warna pada api biru.
Akara yang tadinya panik kini mengintip perlahan, ternyata ada benjolan juga di dahinya, pemuda itu malah tertawa melupakan kekesalannya. Akan tetapi, Lina segera meraih kedua pipinya.“Terima kasih telah menolongku. Lagi?” ujarnya membuka percakapan.“Terima kasih juga telah melukaiku. Lagi,” Ekspresi Lina langsung berubah kesal, namun kemudian menghela nafasnya untuk menenangkan diri.“Aku Lina, siapa namamu?” “Akara,” jawabnya dengan suara pelan, lalu melirik ke arah tubuh gadis telanjang yang duduk di pangkuannya. Ia langsung tersipu, seketika Lina menyadarinya dan malah tersenyum menggoda."Apa yang kamu lihat bocah?" Lina meraih dagu Akara dan menatapnya dengan sinis. Seperti laki-laki normal pada umumnya, Akara terpana dengan keindahan tubuh Lina hingga membuat adik kecilnya bangun dan menyentuh mulut bawah Lina yang merekah."Aghh!" Lina langsung saja mengejang seperti tersengat listrik dan melompat dari pangku
"Nona!" Opi yang begitu terkejut langsung panik, sedangkan Salamander langsung melesat ke arah Lina."Jangan!" Akara kini begitu panik dan menggedor-gedor pelindung yang mengurungnya. Akan tetapi, pemilik domain tidak menghiraukannya dan tetap fokus berenang ke arah mangsanya.Walau terlihat tak berdaya, Lina berusaha mengangkat kepalanya. Dengan susah payah, ia sedikit menggeser kepalanya hingga kini menghadap ke arah datangnya Salamander."Bocah itu memberikan obat perangsang padaku!""Ohh?" Mendengar ucapan Lina, Salamander segera mengurungkan niatnya untuk menyerang."Apa!?" sedangkan Opi langsung menatap Akara dengan begitu kesal, namun tetap terbang ke arah Lina."Nona, apa yang…"Brushhh…Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Opi dihantam ombak magma."Opi!?" Lina begitu panik, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Menggerakkan ujung jarinya saja kini sangatlah sulit baginya.Opi ter
Kini Salamander langsung tersungkur di tanah karena kehabisan energi."Domain selemah itu jangan kira bisa menahan kami," ujar Ren yang masih melayang di udara dengan tenang."Hahh!?" Akara langsung teleportasi menuju ke samping Salamander dan menyentuhnya.Ctak! Blash…Ren menjentikkan jarinya, membuat kubah penghalang yang cukup luas. Disaat yang bersamaan, hentakan energi keluar dari tubuh Akara. Anak ini gagal berteleportasi karena penghalang yang dibuat oleh Ren."Mau kabur ke mana?" ucap Ren membuat anak itu panik.Di sisi lain, guru Pricilia mengalirkan energinya untuk membantu Lina. Gadis itu masih dibaringkan di atas sayap Opi."Ini semua hanya salah paham!" Akara sedikit berteriak karena dirinya cukup panik dengan keadaannya."Kalau salah paham, kenapa masih melawan dan ingin kabur?" ujar Danur yang dari tadi hanya mengamati saja."Kalian tidak memberiku ruang untuk menjelaskan!" "Oh
Arc 1 selesai!Arc yang berisi pengenalan dan latihan.Arc 2 dimulai!Ranah Akara telah dipromosikan, dari ranah Maskumambang 1 bulan energi menjadi ranah Mijil dua bulan energi. Kekuatan Akara yang sebelumnya condong ke arah energi dingin, kini energi apinya telah bangkit. Api miliknya juga bermutasi menjadi lebih panas dan yang paling mencolok adalah warnanya. Warna merah dan warna biru yang dipengaruhi oleh esensi dingin.Dimulai dengan konferensi penguasa dunia, lalu ada malapetaka yang membuat beberapa orang menghilang. Di arc ini Akara berpisah dengan Alice yang harus masuk ke akademi Amerta, sedangkan dirinya harus berkelana mencari esensi lain. Alice pergi, namun digantikan seseorang yang menemaninya. Akara juga mulai mengibarkan kiprahnya di dunia Alkemis dan Penempa. Debutnya jurus terkuat Akara yang menggemparkan karena keindahannya yang sangat mematikan. Arc ini diakhiri oleh pertempuran besar yang melibatkan binatang sihir tingkat Nag
Begitu sampai rumah, Akara langsung menuju ke lantai dua rumahnya. Semua orang sudah ada di sana termasuk adiknya. "Kakak!" seperti biasa, Alice langsung memeluk kakaknya. "Ayah, aku tadi di hutan bertemu.." Alice tiba-tiba melepaskan pelukannya dengan kasar hingga tubuh kakaknya terdorong. Ekspresi mukanya benar-benar menunjukkan bahwa dia begitu kesal."Kakak mandi dulu!" Alice sedikit berteriak sambil mendorong kakaknya menjauh."Cantik kok marah-marah." Mama Lia segera berdiri dan mendekati kedua anaknya."Aroma gadis itu menempel di tubuh kakak lagi!" jawab Alice dengan begitu kesal hingga terlihat ingin menangis."Ohh cantik kah Akara?" celetuk mama Rani yang masih duduk di samping ayah Al."Cantik," jawab Akara menanggapi godaan mama kandungnya dengan santai, namun membuat Alice terkejut dan tambah kesal."Tapi lebih cantik adek," imbuhnya sambil mengusap rambut adiknya. Seketika ekspresi Alice berubah 180 derajat, dari sangat kesal menjadi sangat bahagia."Cantik kalau sudah
Kobarannya hingga memancar keluar dari tungku dan mengarah pada mama Lia dan dirinya."Akara!" Mama Lia ikut terkejut, untung saja Akara sempat mengulurkan satu tangannya untuk membuat pelindung yang menghalau api."Ehh Akara… Mama Lia terkesan kamu melindungi mama, tapi pilmu akan gosong lho," ujar mama Lia sambil tertawa kecil. "Eh?" Baru saja Akara akan melepaskan pelindungnya, namun muncul asap putih di atas tungku pemurnian, sontak saja ia panik dan menstabilkan apinya. Akan tetapi, ada cairan merah menyala yang menetes di bawah tungku."Akara, tungkunya meleleh lho! Apimu memang mengecil, tapi malah membuat panasnya berkumpul pada satu titik saja," ujar mama Lia dengan santai, padahal anaknya sedang kesulitan mengendalikan api.Swoshh…Muncul hembusan api dari lubang tungku yang meleleh karena tekanan di dalam tungku yang begitu kuat. Seperti mesin roket, hembusan itu membuat tungku pemurnian terdorong ke atas dan melayang