Arc 1 selesai!
Arc yang berisi pengenalan dan latihan.Arc 2 dimulai!Ranah Akara telah dipromosikan, dari ranah Maskumambang 1 bulan energi menjadi ranah Mijil dua bulan energi. Kekuatan Akara yang sebelumnya condong ke arah energi dingin, kini energi apinya telah bangkit. Api miliknya juga bermutasi menjadi lebih panas dan yang paling mencolok adalah warnanya. Warna merah dan warna biru yang dipengaruhi oleh esensi dingin.Dimulai dengan konferensi penguasa dunia, lalu ada malapetaka yang membuat beberapa orang menghilang. Di arc ini Akara berpisah dengan Alice yang harus masuk ke akademi Amerta, sedangkan dirinya harus berkelana mencari esensi lain. Alice pergi, namun digantikan seseorang yang menemaninya. Akara juga mulai mengibarkan kiprahnya di dunia Alkemis dan Penempa. Debutnya jurus terkuat Akara yang menggemparkan karena keindahannya yang sangat mematikan.Arc ini diakhiri oleh pertempuran besar yang melibatkan binatang sihir tingkat NagBegitu sampai rumah, Akara langsung menuju ke lantai dua rumahnya. Semua orang sudah ada di sana termasuk adiknya. "Kakak!" seperti biasa, Alice langsung memeluk kakaknya. "Ayah, aku tadi di hutan bertemu.." Alice tiba-tiba melepaskan pelukannya dengan kasar hingga tubuh kakaknya terdorong. Ekspresi mukanya benar-benar menunjukkan bahwa dia begitu kesal."Kakak mandi dulu!" Alice sedikit berteriak sambil mendorong kakaknya menjauh."Cantik kok marah-marah." Mama Lia segera berdiri dan mendekati kedua anaknya."Aroma gadis itu menempel di tubuh kakak lagi!" jawab Alice dengan begitu kesal hingga terlihat ingin menangis."Ohh cantik kah Akara?" celetuk mama Rani yang masih duduk di samping ayah Al."Cantik," jawab Akara menanggapi godaan mama kandungnya dengan santai, namun membuat Alice terkejut dan tambah kesal."Tapi lebih cantik adek," imbuhnya sambil mengusap rambut adiknya. Seketika ekspresi Alice berubah 180 derajat, dari sangat kesal menjadi sangat bahagia."Cantik kalau sudah
Kobarannya hingga memancar keluar dari tungku dan mengarah pada mama Lia dan dirinya."Akara!" Mama Lia ikut terkejut, untung saja Akara sempat mengulurkan satu tangannya untuk membuat pelindung yang menghalau api."Ehh Akara… Mama Lia terkesan kamu melindungi mama, tapi pilmu akan gosong lho," ujar mama Lia sambil tertawa kecil. "Eh?" Baru saja Akara akan melepaskan pelindungnya, namun muncul asap putih di atas tungku pemurnian, sontak saja ia panik dan menstabilkan apinya. Akan tetapi, ada cairan merah menyala yang menetes di bawah tungku."Akara, tungkunya meleleh lho! Apimu memang mengecil, tapi malah membuat panasnya berkumpul pada satu titik saja," ujar mama Lia dengan santai, padahal anaknya sedang kesulitan mengendalikan api.Swoshh…Muncul hembusan api dari lubang tungku yang meleleh karena tekanan di dalam tungku yang begitu kuat. Seperti mesin roket, hembusan itu membuat tungku pemurnian terdorong ke atas dan melayang
"Ehh cantik, dengarkan dulu ayahmu," ujar mama Lia sambil tersenyum begitu lembut."Gak mau pokoknya gak mau!" rangkulan Alice pada leher Akara kini berpindah ke tubuhnya dan semakin erat."Tapi kakak kamu..""Gak!" teriaknya saat ayah Al ingin menjelaskan."Gara-gara papa, Alice gak bisa nikah sama kakak! Alice gak mau jadi anaknya papa!" lanjutnya membuat orangtuanya terkejut sekaligus tidak bisa berkata apa-apa. Akan tetapi, mama Serin tiba-tiba mendekati anaknya dan membisikkan sesuatu. "Beneran!?" seru Alice dengan bahagia, ekspresi wajahnya berubah 180 derajat."Tentu saja. Di akademi Amerta, kekuatan Alice pasti naik pesat. Memangnya Alice akan terus dilindungi oleh kakak? Tidak mau gantian melindungi kakakmu?" ujar mama Serin dengan begitu santai."Tapi kakak kenapa gak boleh ikut!?""Jenis latihan kakakmu tidak akan berkembang di akademi. Kak Akara harus mengumpulkan esensi surgawi untuk meningkat
Mereka kini melewati jembatan, menuju ke arah yang sama dengan dua gadis terbang tadi. Belasan meter dari mereka, ada seorang gadis bertopeng serigala yang sebelumnya mengintai Akara dan Lina. Ia mengamati mereka, namun langsung bersembunyi saat mama Violet menyadari keberadaannya."Kak lihat kak, air terjunnya indah sekali!" seru Alice dengan begitu riang, hal-hal ini sangatlah baru bagi mereka karena selama ini terisolasi di dalam hutan."Iya, ada gunung api juga," jawab Akara, namun dirinya seperti tidak fokus dan terus melihat ke sekeliling. "Papa! Alice mau jajan itu!" seru Alice sambil menodongkan tangannya untuk meminta uang pada ayahnya. Setelah diberi uang oleh ayahnya, ia langsung menarik tangan kakaknya ke arah penjual makanan yang ia inginkan."Ayo kak!" Ia langsung berlari, meninggalkan ayah dan mama Violet. Walau Akara menuruti kemauan adiknya, tapi ia terlihat begitu cemas dan selalu melihat ke sekeliling. Melihat tingkah laku Akara, ayah Al hanya tersenyum melihat keci
"Tenang saja, kakak akan segera menyusul adek juga kok," ujar Akara sambil mencubit pelan pipi lembut milik Alice.Bwushh…Tiba-tiba ada gelombang energi di atas langit kota yang bersumber dari istana Kaisar Amerta. Sontak seluruh pasang mata tertuju padanya dan bertanya-tanya akan apa yang sedang terjadi. "Apa yang terjadi dengan konferensi penguasa dunia?""Apa kota ini akan menjadi medan pertempuran!?" seru seseorang, membuat orang yang mendengarnya jadi ikut takut. Tidak lama berselang, jatuh salju putih dari langit. Kristal es tipis yang terbentuk akibat energi dingin Kaisar Gletser Abadi turun perlahan-lahan menghujani kota akademi kala itu."Salju!?" Para penduduk asli begitu terkejut dengan turunnya salju di daerah beriklim tropis."Pertama kalinya salju turun di kota akademi!""Indah sekali kak!" ujar Alice dengan riang, sedangkan kakaknya mengingat kembali pertarungan Lina dan Raja Marbun Bidara. Energi dingin
Viona berjalan mendekati Lisa, kemudian duduk di atas sandaran tangan pada kursi yang lebih mirip singgasana itu."Nona cantik, itu kursi milik Kaisar Naga Sejati lho," ujar Dante (Kaisar Nekro) acuh tak acuh."Lancang!" Fam (Kaisar Atla) tiba-tiba berdiri dan dengan begitu kesal mendatangi kedua gadis itu."Tidak peduli seberapa cantik kalian, tapi jangan lancang dengan tuan Regera!" lanjutnya."Bocah, sepertinya pak tua Max tidak mengajarimu sopan santun dengan benar," ujar Viona dengan nada mengancam."Pak tua Max!? Kalian memanggil kakekku pak tua Max!? Kakek Kaisar Dunia Atla yang paling kuat! Dia..""Lalu?.." ujar Viona merendahkannya, tatapannya begitu kosong dan sedikit memiringkan kepalanya."Lalu!? Lalu akan aku perlihatkan kekuatan kaisar Atla!" Fam menghentakkan energinya, membuat dirinya melayang di udara dan di sekitarnya ada kilatan listrik. Ren dan Danur terlihat kebingungan dan sekilas saling pandang, namun tidak ada yang bisa mereka lakukan.Duarr..Dengan satu kibasa
Rumah lelang keluarga Meranti, ibukota Kerajaan GlintSeorang pria tua dengan jenggot dan kumis putih panjang, keluar dari suatu ruangan dan mendekati meja resepsionis. Ia bernama Taji Meranti, kakek dari gadis bernama Kana."Kana, ayo ikut kakek!" serunya kepada seorang gadis yang tengah berdiri di meja resepsionis.Kana, ia kini telah menjadi gadis yang cantik, pipinya sedikit tembem, bibir tipis berwarna merah muda alami, mata bulatnya yang indah, juga berambut pendek di atas pundak. Aura tenang yang begitu teduh dan menghanyutkan terpancarkan darinya. Penampilan dengan senyuman lembutnya membuat semua laki-laki ingin melindunginya."Mau ke mana kek?" Ia langsung berlari kecil, hingga gaunnya yang merumbai berayun. Tubuh lembutnya yang berlemak, namun tak bisa dibilang gemuk karena pada tempat yang tepat, juga ikut berayun. Jika saja ada laki-laki muda di sana, mereka tidak akan bisa mengabaikan keindahan itu. Ia mendekati kakeknya dan meraih tangannya untuk dibantu berjalan, lalu p
Alice hanya mengangguk pelan, lalu mereka berteleport di tengah lapangan, tepat di depan rumah mereka. Segera Akara menunduk, mengambil satu butir kerikil dan ia lempar sekuat-kuatnya ke arah atas. Tyang..Batu mengenai kubah pelindung yang mengelilingi gunung itu. Kubah pelindung masih sepenuhnya utuh dan tidak ada kerusakan sama sekali."Tidak ada tanda-tanda pertempuran, apa ayah sialan itu kabur meninggalkanku lagi!? Pasti dia sengaja pergi setelah menyegel teleportasiku!" ujar Akara dengan begitu geram."Lalu bagaimana kak?" "Kita ke kota akademi lagi, cari informasi tentang kejadian ini," jawabnya sambil mengusap lembut kepala adiknya."Baik!" Alice langsung tersenyum lebar sambil sedikit mengangkat kepalanya dan mengusapkan sendiri kepalanya pada tangan kakaknya. Persis seperti anak kucing yang minta dielus-elus.…Begitu sampai di Kota Akademi, Akara langsung melihat ke arah istana Kaisar Amerta yang a