Pondok Willow, Kaili
"Paman Gu, aku sangat bahagia!" Nyonya Tua Feng menatap langit pagi hari yang bersih.Awan putih berarak-arak tertiup angin dan menyisakan langit biru yang cerah. Matahari pagi bersinar dan mulai terasa menyengat."Benar Nyonya, sinyal Pedang Es sudah cukup membuat kita memiliki harapan. Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long tidak akan membiarkan rakyatnya menderita." Paman Gu, pria tua yang sudah mengabdi di Pondok Willow sedari sebelum Lady Ming lahir itu tersenyum tipis."Nyonya Tua Feng!" Seorang pelayan berlari menuju tempat mereka."Aiyo ada apakah? Kenapa kau berlarian seperti itu?" Nyonya Tua Feng menatap gadis itu dengan heran."Ada utusan dari Kota Jiang dan Kota Xia. Mereka ingin bertemu Nyonya!" Gadis pelayan itu melapor dengan rentetan kata-kata yang sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal."Aiyo hanya ada tamu dan kau berlarian seperti telah melihat hantu." Nyonya Tua Feng terkekeh dan menepuk bahu gadis itu."Istirahatlah! Setelah itu bantu Nyonya Hu untuk menyiapkan kamar-kamar. Sepertinya kita akan kedatangan banyak tamu. Aku akan menemui kedua utusan itu." Nyonya Tua Feng memberikan perintah sebelum meninggalkan tempat itu dan menuju aula utama.Kedua utusan dari Kota Jiang dan Xia segera berdiri dan membungkukkan tubuhnya saat Nyonya Tua Feng datang."Silakan!" Nyonya Tua Feng mempersilakan mereka untuk duduk."Nyonya Tua Feng, saya rasa Anda telah melihat sinyal Pedang Es beberapa waktu yang lalu." Utusan dari Kota Jiang berbicara terlebih dahulu."Nyonya Tua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Utusan dari Kota Xia menimpali."Sebaiknya kita bersiap-siap saja. Jika Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long memang masih hidup, aku yakin dia akan melakukan sesuatu. Kemungkinan besar akan terjadi perang besar lagi." Nyonya Tua Feng berbicara dengan hati-hati.Ini bukan perkara mudah karena tidak ada seseorang yang dapat dikatakan menjadi pimpinan saat ini. Sekali pun mereka melihat sinyal Pedang Es tetapi belum ada instruksi dari istana."Biasanya dalam keadaan seperti ini Perdana Menteri Ming akan memerintahkan kami untuk menjaga perbatasan dan menjaga stok pangan dan obat-obatan." Utusan Kota Xia mendesah pelan."Kita lakukan saja seperti itu. Seperti saat ada Beliau. Bukankah panen kali ini tidak terlalu bagus di beberapa tempat?" Nyonya Tua Feng bertanya kepada keduanya."Benar tetapi di Utara dan Barat, panen sangat bagus. Kita bisa saling bertukar komoditas untuk menjaga ketersediaan pangan dan obat. Nyonya Tua katakan pada kami bahan-bahan apa saja yang kau butuhkan untuk obat-obatan." Utusan dari Jiang bertanya pada Nyonya Tua Feng.Pondok Willow selalu menjadi pusat persediaan obat-obatan sedari masa kaisar-kaisar sebelumnya. Tidak ada yang meragukan kemampuan Klan Ming dalam meracik obat.Sayangnya tidak semua bahan untuk obat-obatan tersedia karena itu kota-kota lain biasanya mengirimkan bahan-bahan yang ada di kota mereka."Aku akan siapkan daftarnya. Kalian juga harus menyiapkan daftar obat-obatan dan juga bahan makanan yang kalian butuhkan. Panen di Pondok Willow sudah selesai dan kami memiliki cukup banyak bahan makanan setelah membagikannya pada penduduk desa." Nyonya Tua Feng tersenyum getir.Rasanya belum lama mereka menikmati kedamaian. Di masa pemerintahan Kaisar Ao Yu Shi, ayah dari Ao Yu Long, kondisi mereka belum se-stabil di masa pemerintahan Kaisar Ao Yu Long.Ancaman dari luar seperti Tanah Bebas, Negeri Utara dan Dataran Tengah selalu mengintai mereka setiap saat. Perang tidak dapat terhindarkan. Namun perang terberat adalah di Gurun Barat, saat menghadapi suku Xiaong Nu.Perang-perang itu menghabiskan dana dan sumber daya lainnya. Pangan dan obat-obatan dan yang paling ditakutkan adalah generasi muda. Banyak pemuda yang harus turut mengangkat senjata dan akhirnya menjadi korban perang."Aku tidak ingin kita kehilangan para pemuda lagi, Paman! Apapun yang terjadi perang harus dihentikan! Cukup sudah aku melihat darah generasi muda Kaili mengalir di medan perang dan menjadi tumbal atas tahtaku!" Itu kata-kata yang diucapkan Ao Yu Long saat hendak bernegosiasi dengan Zhao Lu Yang, Xie Jing Cuan dan Rong Xia Guo."Masih banyak yang bisa dilakukan para generasi muda kita selain berperang. Mereka bisa tetap menjadi prajurit, sarjana, tabib, pejabat, petani, nelayan ataupun pedagang. Semua itu adalah pengabdian mereka terhadap negara." Ao Yu Long terlihat sangat muram saat mengatakan itu semua.Selama pemerintahannya, Kaili memang berkembang pesat. Dari sebuah negeri yang selalu berperang perlahan-lahan menjadi negeri yang kuat dan damai. Pertanian yang bagus, perdagangan dan hubungan antar negara yang luas dan pengetahuan yang berkembang pesat.Sayangnya itu hanya sebentar saja. Pemberontakan Ibu Suri mengakhiri masa-masa damai dan mengembalikan Kaili pada masa suram yang telah terlewat.Nyonya Tua Feng dan kedua utusan dari Jiang dan Xia adalah saksi hidup kedua masa itu. Mereka sudah tua dan lelah menghadapi peperangan yang tiada henti. Mereka juga sempat menikmati kedamaian meski sekejap."Baiklah Nyonya Tua, Jiang sangat membutuhkan persediaan gandum. Panen kami benar-benar gagal kali ini. Untuk musim gugur tahun ini kami benar-benar hanya bisa mengandalkan umbi-umbian untuk mengganjal perut kami." Utusan Kota Jiang setengah mengeluhkan kondisi kotanya."Xia memiliki gandum meski sedikit. Aku rasa cukup untuk bertahan hingga musim dingin. Tetapi kami kekurangan arang dan jerami." Kini utusan dari Xia mengungkapkan kondisi kotanya."Baiklah! Aku akan meminta orang-orang kami menyiapkan gandum dan jerami serta obat-obatan. Aku harap kalian menghubungi kota-kota sekitar untuk saling membantu." Nyonya Tua Feng menghela napas seakan-akan memiliki beban berat di dadanya."Jiang memiliki arang berlimpah! Aku akan menyiapkan untuk Xia. Jangan sampai kalian kedinginan di musim dingin nanti. Kita akan hadapi bersama-sama seperti yang selalu dikatakan oleh Tuan Ming." Utusan Jiang menepuk bahu rekannya."Aiyo aku merindukan Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long dan Perdana Menteri Ming. Juga Jenderal Duan dan pasukannya. Semoga mereka bisa secepatnya kembali ke Kaili." Utusan dari Xia tersenyum tipis.Cukup lama mereka bertiga berbincang-bincang menyusun rencana untuk menghadapi musim dingin dan juga peperangan yang rasanya siap meletus kapan saja."Nyonya Tua! Ada surat dari Jenderal Duan!" Kali ini seorang pelayan laki-laki berlari memasuki aula utama dengan sebuah gulungan surat di tangannya.Nyonya Tua Feng mengambil gulungan surat itu dan membacanya. Dia membaca dengan seksama, perlahan-lahan air mukanya berubah berseri-seri."Jenderal Duan dan pasukannya akan kembali ke ibukota! Untuk sementara waktu Beliau akan mengisi kekosongan pemerintahan di Kaili! Sedangkan Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long sekarang tengah menuju Pegunungan Selatan untuk menyembuhkan lukanya akibat racun Lotus Biru yang merusak dentiannya." Nyonya Feng memberitahukan isi surat tersebut pada kedua utusan dari Jiang dan Xia.Seketika desahan lega terdengar di aula utama itu. Mereka sungguh merasa lega, setidaknya ada seorang pemimpin yang akan mengayomi kehidupan mereka. Harapan baru untuk negeri mereka yang telah cukup lama terpuruk.Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi