Home / Pendekar / Penguasa Tujuh Benua / Ch. 08 - Mengukur Kekuatan

Share

Ch. 08 - Mengukur Kekuatan

Author: Fii
last update Last Updated: 2024-01-05 21:34:59

Angin badai mulai menerpa rumah gubuk, Lan Xiaoyan membuang napas sejenak dan kembali murung, dua Siluman di sebelahnya juga menampakkan ekspresi yang sama sehingga membuat Feng Guang mengerutkan dahi. Dia menggeleng kecil.

"Kau hanya bisa keluar dari tempat ini ketika kau sudah cukup kuat."

"Aku sudah sangat kuat!" seru Lan Xiaoyan tiba-tiba berdiri di atas kepala buaya bersemangat. "Aku latihan keras setiap hari seperti yang diajarkan di buku ini, aku sudah mempersiapkan diriku untuk petualangan yang hebat!" Dia merentangkan kedua tangan antusias, berharap Feng Guang mengerti petualangan yang sangat diimpikannya.

Feng Guang mengerutkan dahinya sekali lagi, dia melihat buku di tangan Lan Xiaoyan, sebuah buku kultivator manual lama, bagi pendekar muda mungkin mereka tidak akan tahu menahu soal buku itu. Namun pendekar berusia 100 tahun lebih tahu buku legendaris itu cukup terkenal di masanya. Sekarang semuanya terjelaskan. Lan Xiaoyan mendapatkan banyak peralatan kultivasi dari mayat kultivator yang tewas di gunung. Dia juga mempelajari ilmu bela diri secara otodidak.

Setelah hidup begitu lama, Feng Guang merasa jika Lan Xiaoyan keluar dia hanya akan menyesal, seberapa besar pun keinginan anak itu untuk keluar dari sana.

"Kekuatan seperti itu saja tidak cukup, Xiaoyan," ucapnya memberikan pengertian.

Lan Xiaoyan yang tadi begitu percaya diri meleyot. Dia berjongkok di bawah pohon dengan murung.

"Rupanya aku masih jauh untuk lepas dari sini..."

"Tapi karena kau sudah menolongku, aku akan sedikit membantumu berlatih. Tapi sebelum itu tunjukkan padaku sudah sampai mana kekuatanmu," ujar Feng Guang. "Dengan begitu aku tidak berhutang budi padamu."

Lan Xiaoyan perlahan-lahan melebarkan senyumnya sambil bersorak. "Tentu saja, Pak Tua Feng!"

*

Tampaknya hujan deras akan turun sebentar lagi, angin badai terus berhembus menerbangkan jubah merah Feng Guang yang kini berdiri di hamparan rumput luas. Tempat yang cocok untuk dijadikan arena berlatih. Lelaki itu melemparkan sebuah ranting kayu ke arah Lan Xiaoyan yang menangkapnya kebingungan.

"Kita awali dengan gerakan dasar. Tunjukkan gerakan-gerakan yang sudah kau kuasai dan jadikan itu sebagai serangan untuk menjatuhkan lawanmu."

Lan Xiaoyan mengangguk.

Lagi-lagi mata Feng Guang terkunci pada goresan-goresan di kedua tangan Lan Xiaoyan, lelaki itu berpikir jika Lan Xiaoyan menghabiskan seluruh waktunya untuk berlatih tidak mungkin lukanya akan separah itu. Dia rasa sekarang bukan saatnya mempermasalahkan hal itu dan segera fokus untuk latihan Lan Xiaoyan.

"Serang aku dengan seluruh kemampuanmu."

Meskipun saat ini kondisi Feng Guang sedang buruk dan dia tidak dapat bergerak banyak, Feng Guang masih bisa menghindari serangan-serangan kecil dari Lan Xiaoyan.

Sebelum melakukan serangan Lan Xiaoyan menarik napas sedalam mungkin, dia terlihat gugup dan berusaha menutupinya sebisa mungkin. Bagi Lan Xiaoyan ini pertama kalinya manusia lain melihat hasil latihannya.

Dalam waktu yang cepat Lan Xiaoyan melepaskan gerakan tebasan ke samping, dia tertegun melihat Feng Guang tiba-tiba berpindah sangat cepat. Tak mau kalah, Lan Xiaoyan terus menyerang tetapi sebelum dirinya melepaskan serangan orang itu selalu berpindah seperti angin.

"Kau pasti kebingungan," ucap Feng Guang yang kini berada persis di belakang Lan Xiaoyan.

"Ilmu bela diri yang kau pelajari selama ini hanyalah gerakan paling dasar, masih ada tingkatan demi tingkatan yang bisa memperkuat dan membuatmu unggul dari lawan. Jurus, pil, racun, teknik, pusaka dan masih banyak lagi..."

Feng Guang berkata singkat, "Sekarang giliranku mengetes ketahanan tubuhmu."

Dalam sekejap mata tangan Feng Guang sudah berada di depan dada Lan Xiaoyan, pemuda itu terpaku sejenak melihat tangan Feng Guang tidak menyentuhnya sama sekali. Lan Xiaoyan terbelalak ketika angin berkekuatan besar keluar dari telapak tangan Feng Guang dan mementalkannya jauh menghantam bebatuan. Lan Xiaoyan batuk darah, luka itu memang tidak serius tetapi cukup menyakitkan. Dia bangun susah payah dengan bahu naik-turun.

"Apa itu barusan?" gumam Lan Xiaoyan masih belum pulih dari kekagetannya.

"Maaf soal itu," kata Feng Guang setelahnya. Dia lupa memberitahu pada Lan Xiaoyan untuk bersiap, meski begitu anak itu tidak memprotesnya.

"Kau bisa berdiri dalam tiga detik setelah terkena pukulanku. Itu cukup mengagumkan." Lelaki itu tersenyum, seperti dugaannya Lan Xiaoyan memiliki potensi yang besar untuk menjadi kultivator. Dia seperti menemukan satu berlian yang tersembunyi di dalam jurang neraka.

"Sekarang aku akan menyerangmu berkali-kali, jika kau tidak menangkis maka pukulan yang kau terima barusan akan kau dapatkan berkali-kali setelah ini."

Lan Xiaoyan sedikit merendahkan tubuhnya, memasang posisi bertahan dan bersiap menangkis serangan. Tapi Feng Guang bergerak secepat angin dan menyerang di titik buta. Suara angin badai menyembunyikan pergerakan Feng Guang, satu demi satu serangan lelaki itu berhasil mengenai perut, hidung, betis dan pelipis Lan Xiaoyan.

Hidung Lan Xiaoyan mengeluarkan darah. Pemuda itu berkali-kali mengembalikan keseimbangan kedua kakinya, akan tetapi ketika serangan Feng Guang lainnya datang dia kembali ambruk. Lan Xiaoyan mencoba fokus membaca serangan tetapi semua itu sangat mustahil.

Feng Guang berada di level yang sangat jauh di atas Lan Xiaoyan. Pemuda itu berkali-kali terjatuh. Beberapa bagian tubuhnya terluka, ketika Lan Xiaoyan berhasil memperbaiki kuda-kudanya dan berdiri tegap, tiba-tiba saja Feng Guang berada tepat di hadapannya. Pemuda itu menahan napas.

"Kau ingin berpetualang? Itu artinya kau akan bertemu musuh-musuh yang kuat. Musuhmu dilatih di tempat yang jauh lebih berbahaya dari gunung ini.."

Feng Guang berbalik badan menjauh sambil berkata tegas, "Dengan kekuatan seperti itu, sebelum kau melangkah tiga meter kau pasti akan tewas. Di balik pelindung Gunung Gui Shan dunia berjalan kejam. Pembantaian, wabah, perbudakan dan peperangan akan membuatmu mati dalam tiga langkah."

"Maksud Pak Tua Feng aku harus dikurung selamanya di tempat ini?!" Tiba-tiba saja Lan Xiaoyan menaikkan intonasinya. Kedua tangannya terkepal marah. Dia tidak terima jika Feng Guang mengatakan dirinya tak pantas mendapatkan kebebasan.

"Seandainya aku tidak memiliki urusan di dunia luar, aku akan selamanya tinggal di sini dengan tenang."

Lan Xiaoyan menyatukan gigi-giginya, tidak percaya Feng Guang berkata demikian. Ketika Feng Guang menoleh ke belakang, dia melihat anak itu pergi ke arah lain menerobos angin badai.

Sampai hingga malam hari, Feng Guang yang menunggu Lan Xiaoyan tidak melihat anak itu kembali ke rumah. Tampaknya dia telah membuat anak itu kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 113 - Sesudah Perang

    "Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 112 - Sebuah Awal Baru untuk Rouhan

    Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 111 - Menyatukan Kekuatan

    Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 110 - Menang atau Mati

    Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 109 - Kita akan Bertemu Lagi

    "Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 108 - Kekuatan yang Asing

    Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 107 - Menebus Dosa

    Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 106 - Aku Berjanji akan Memperbaikinya

    Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 105 - Terima Kasih telah Menerimaku sebagai Manusia

    Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status