Beranda / Pendekar / Penguasa Tujuh Benua / Ch. 07 - Gunung Penjara

Share

Ch. 07 - Gunung Penjara

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 20:57:08

Cahaya tembus dari celah-celah kayu gubuk di saat matahari hampir naik ke atas kepala, Feng Guang terbangun dan mendapati luka-lukanya telah dibaluri oleh obat herbal yang masih basah. Dia berpikir pemuda itu sedang tidak di rumah, mengingat tidak ada suara siapa pun di sekitar.

Pikirannya berputar kembali pada banyak hal yang terjadi. Feng Guang sadar lukanya takkan sembuh dengan cepat, di samping itu dia belum memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia telah berhasil mencuri kitab dari tangan Klan Rong. Namun walaupun bisa keluar dari sini, Feng Guang yakin dirinya akan diburu oleh musuh.

Memikirkan banyak hal yang terjadi membuat perut Feng Guang berbunyi. Setelah jatuh dari dunia atas dan sekarat berhari-hari wajar saat ini perutnya lapar, Feng Guang baru berpikir untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan ketika menemukan daging bakar tergeletak persis di sebelahnya. Lan Xiaoyan meninggalkannya sebelum pergi.

"Setidaknya nasibku tidak terlalu buruk. Anak ini kelihatannya bisa dipercaya-"

Feng Guang terpaku dengan mulut terbuka hendak melahap daging saat sebuah batu segenggam tangan melaju menembus kayu reot di sampingnya. Batu itu mengenai peralatan masak serta menimbulkan bunyi gaduh. Dari balik lubang yang terbuka Feng Guang bisa melihat wajah tak bersalah Lan Xiaoyan.

"Wa-haa! Pak Tua, rupanya kau sudah bangun! Kebetulan sekali!"

Feng Guang menarik kembali kata-katanya barusan.

"Sebuah pepatah mengatakan berdekatan dengan orang bodoh akan memperpendek usia. Sial sekali nasibku."

Dibanding memikirkan rumahnya yang hampir roboh karena batu yang tak sengaja mengenai rumah, Lan Xiaoyan menarik dua ekor binatang yang tingginya hampir menyamai pohon. Feng Guang bangun dari tempatnya demi melihat apa yang sebenarnya dilakukan pemuda itu.

"Aku tadinya ingin mengambil obat-obatan dan tidak sengaja bertemu kawan-kawanku. Karena kita akan berteman baik, kalian harus berkenalan satu sama lain!" Dia menyeret dua binatang buas malang yang besarnya belasan kali lipat dari tubuhnya sambil tersenyum lebar ke arah Feng Guang yang kaget untuk kesekian kalinya.

Sebelum ini buaya, sekarang dua siluman yang jauh lebih kuat dari sekedar sluman rawa-rawa. Anak ini seperti monster. Jelas Feng Guang sampai tak bisa berkata-kata. Dua ekor binatang buas itu memiliki energi spiritual yang tiga kali lebih kuat dari siluman buaya karena tinggal puluhan tahun di Gunung Gui Shan yang memiliki jumlah qi besar. Keduanya pun patuh pada perintah Lan Xiaoyan.

Tanpa basa-basi Lan Xiaoyan memperkenalkan dua temannya pada Feng Guang.

"Ikan yang memiliki sirip hijau ini bernama Xiong," ucapnya menunjuk siluman buaya, "dan Jinglu yang mempunyai leher panjang." Feng Guang geleng-geleng kepala. Dia memberikan nama yang memiliki arti Beruang dan Jerapah kepada siluman buaya dan monyet. Sepertinya ada yang salah dengan mata Lan Xiaoyan.

"Benar-benar anak ini."

"Nah, Jinglu, Xiong. Kenalkan teman baruku, Pak Tua Feng." Dua siluman itu memalingkan muka. Sepertinya mereka terlalu lelah untuk sekedar berkenalan dengan Feng Guang.

Feng Guang menunjuk monyet bernama Jinglu dengan gusar.

"berhenti menamainya seperti jerapah. Dari hidungnya saja kelihatan dia adalah seekor monyet."

Bantahan Feng Guang membuat Lan Xiaoyan kepanasan, "Jangan mau kalah, Jinglu, tunjukkan leher panjang mu! Tunjukkan kau seekor jerapah sejati!ā€

"Hu-hu-haaa!" Monyet itu menjerit ketika Lan Xiaoyan memanjangkan lehernya dengan paksa. Si buaya pelan-pelan menepi, dia tahu dirinya akan disiksa selanjutnya.

"Omong-omong, tempat apa ini sebenarnya?"

Lan Xiaoyan, Jinglu dan Xiong menoleh.

Pemuda itu mencoba berpikir untuk jawaban yang tepat. "Tempat ini penjara!"

Jderrr!

Lan Xiaoyan menutup telinga kaget, begitu juga dengan dua siluman di sebelahnya. Fenomena tiba-tiba itu membuat Feng Guang menoleh ke atas dengan heran.

"Petir di siang bolong?"

"Bukan hal aneh. Tempat ini dijaga oleh sesuatu, ketika kau berpikiran untuk kabur maka kekacauan akan dimulai. Pembatas di antara dunia luar dengan gunung sangat kuat, aku sudah mencoba menghancurkannya tapi percuma. Kita akan terjebak di sini selamanya."

"Kekacauan? Pembatas?" Feng Guang memegang dagunya seraya berpikir. Tidak banyak kisah yang menceritakan tentang Gunung Gui Shan, yang kebanyakan orang tahu adalah bahwa gunung tersebut benar-benar nyata dan memakan korban jiwa. Namun memang benar seperti yang Lan Xiaoyan katakan, tidak ada tempat kabur dari gunung ini.

Lan Xiaoyan tampaknya sudah terbiasa tetapi Feng Guang tidak bisa menerima kenyataan ini. Di kesempatan hidupnya yang kedua dirinya terperangkap selamanya di Gunung Setan.

"Apakah kau akan pergi dari tempat ini, Pak Tua Feng?"

Feng Guang tidak langsung menjawab. Pemuda itu tidak tahu siapa jati dirinya yang sebenarnya. Andaikan dia memberitahu pun, Lan Xiaoyan tidak tahu apa pun tentang Tujuh Pilar Langit, Tanah Para Dewa dan konflik-konflik yang terjadi di luar sana serta seberapa penting Feng Guang kembali untuk menyelesaikan tugasnya. Hening tercipta sampai telinga Feng Guang mendengar suara samar dan putus asa dari pemuda itu.

"Suatu saat nanti aku juga ingin keluar, aku ingin bebas..." Pemuda itu menunduk murung. Feng Guang melihatnya kasihan.

"Dunia luar tidak seindah yang kau bayangkan, anak muda." Perkataannya seketika membuat wajah Lan Xiaoyan terangkat.

"Bagaimana Pak Tua Feng bisa mengatakan itu? Aku bisa menemukan apa yang tidak bisa kutemukan di gunung ini hanya dengan pergi ke dunia luar!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 113 - Sesudah Perang

    "Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 112 - Sebuah Awal Baru untuk Rouhan

    Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 111 - Menyatukan Kekuatan

    Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 110 - Menang atau Mati

    Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 109 - Kita akan Bertemu Lagi

    "Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 108 - Kekuatan yang Asing

    Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 107 - Menebus Dosa

    Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 106 - Aku Berjanji akan Memperbaikinya

    Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan

  • Penguasa Tujuh Benua Ā Ā Ā Ch. 105 - Terima Kasih telah Menerimaku sebagai Manusia

    Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status