Share

Ch. 07 - Gunung Penjara

Cahaya tembus dari celah-celah kayu gubuk di saat matahari hampir naik ke atas kepala, Feng Guang terbangun dan mendapati luka-lukanya telah dibaluri oleh obat herbal yang masih basah. Dia berpikir pemuda itu sedang tidak di rumah, mengingat tidak ada suara siapa pun di sekitar.

Pikirannya berputar kembali pada banyak hal yang terjadi. Feng Guang sadar lukanya takkan sembuh dengan cepat, di samping itu dia belum memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia telah berhasil mencuri kitab dari tangan Klan Rong. Namun walaupun bisa keluar dari sini, Feng Guang yakin dirinya akan diburu oleh musuh.

Memikirkan banyak hal yang terjadi membuat perut Feng Guang berbunyi. Setelah jatuh dari dunia atas dan sekarat berhari-hari wajar saat ini perutnya lapar, Feng Guang baru berpikir untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan ketika menemukan daging bakar tergeletak persis di sebelahnya. Lan Xiaoyan meninggalkannya sebelum pergi.

"Setidaknya nasibku tidak terlalu buruk. Anak ini kelihatannya bisa dipercaya-"

Feng Guang terpaku dengan mulut terbuka hendak melahap daging saat sebuah batu segenggam tangan melaju menembus kayu reot di sampingnya. Batu itu mengenai peralatan masak serta menimbulkan bunyi gaduh. Dari balik lubang yang terbuka Feng Guang bisa melihat wajah tak bersalah Lan Xiaoyan.

"Wa-haa! Pak Tua, rupanya kau sudah bangun! Kebetulan sekali!"

Feng Guang menarik kembali kata-katanya barusan.

"Sebuah pepatah mengatakan berdekatan dengan orang bodoh akan memperpendek usia. Sial sekali nasibku."

Dibanding memikirkan rumahnya yang hampir roboh karena batu yang tak sengaja mengenai rumah, Lan Xiaoyan menarik dua ekor binatang yang tingginya hampir menyamai pohon. Feng Guang bangun dari tempatnya demi melihat apa yang sebenarnya dilakukan pemuda itu.

"Aku tadinya ingin mengambil obat-obatan dan tidak sengaja bertemu kawan-kawanku. Karena kita akan berteman baik, kalian harus berkenalan satu sama lain!" Dia menyeret dua binatang buas malang yang besarnya belasan kali lipat dari tubuhnya sambil tersenyum lebar ke arah Feng Guang yang kaget untuk kesekian kalinya.

Sebelum ini buaya, sekarang dua siluman yang jauh lebih kuat dari sekedar sluman rawa-rawa. Anak ini seperti monster. Jelas Feng Guang sampai tak bisa berkata-kata. Dua ekor binatang buas itu memiliki energi spiritual yang tiga kali lebih kuat dari siluman buaya karena tinggal puluhan tahun di Gunung Gui Shan yang memiliki jumlah qi besar. Keduanya pun patuh pada perintah Lan Xiaoyan.

Tanpa basa-basi Lan Xiaoyan memperkenalkan dua temannya pada Feng Guang.

"Ikan yang memiliki sirip hijau ini bernama Xiong," ucapnya menunjuk siluman buaya, "dan Jinglu yang mempunyai leher panjang." Feng Guang geleng-geleng kepala. Dia memberikan nama yang memiliki arti Beruang dan Jerapah kepada siluman buaya dan monyet. Sepertinya ada yang salah dengan mata Lan Xiaoyan.

"Benar-benar anak ini."

"Nah, Jinglu, Xiong. Kenalkan teman baruku, Pak Tua Feng." Dua siluman itu memalingkan muka. Sepertinya mereka terlalu lelah untuk sekedar berkenalan dengan Feng Guang.

Feng Guang menunjuk monyet bernama Jinglu dengan gusar.

"berhenti menamainya seperti jerapah. Dari hidungnya saja kelihatan dia adalah seekor monyet."

Bantahan Feng Guang membuat Lan Xiaoyan kepanasan, "Jangan mau kalah, Jinglu, tunjukkan leher panjang mu! Tunjukkan kau seekor jerapah sejati!”

"Hu-hu-haaa!" Monyet itu menjerit ketika Lan Xiaoyan memanjangkan lehernya dengan paksa. Si buaya pelan-pelan menepi, dia tahu dirinya akan disiksa selanjutnya.

"Omong-omong, tempat apa ini sebenarnya?"

Lan Xiaoyan, Jinglu dan Xiong menoleh.

Pemuda itu mencoba berpikir untuk jawaban yang tepat. "Tempat ini penjara!"

Jderrr!

Lan Xiaoyan menutup telinga kaget, begitu juga dengan dua siluman di sebelahnya. Fenomena tiba-tiba itu membuat Feng Guang menoleh ke atas dengan heran.

"Petir di siang bolong?"

"Bukan hal aneh. Tempat ini dijaga oleh sesuatu, ketika kau berpikiran untuk kabur maka kekacauan akan dimulai. Pembatas di antara dunia luar dengan gunung sangat kuat, aku sudah mencoba menghancurkannya tapi percuma. Kita akan terjebak di sini selamanya."

"Kekacauan? Pembatas?" Feng Guang memegang dagunya seraya berpikir. Tidak banyak kisah yang menceritakan tentang Gunung Gui Shan, yang kebanyakan orang tahu adalah bahwa gunung tersebut benar-benar nyata dan memakan korban jiwa. Namun memang benar seperti yang Lan Xiaoyan katakan, tidak ada tempat kabur dari gunung ini.

Lan Xiaoyan tampaknya sudah terbiasa tetapi Feng Guang tidak bisa menerima kenyataan ini. Di kesempatan hidupnya yang kedua dirinya terperangkap selamanya di Gunung Setan.

"Apakah kau akan pergi dari tempat ini, Pak Tua Feng?"

Feng Guang tidak langsung menjawab. Pemuda itu tidak tahu siapa jati dirinya yang sebenarnya. Andaikan dia memberitahu pun, Lan Xiaoyan tidak tahu apa pun tentang Tujuh Pilar Langit, Tanah Para Dewa dan konflik-konflik yang terjadi di luar sana serta seberapa penting Feng Guang kembali untuk menyelesaikan tugasnya. Hening tercipta sampai telinga Feng Guang mendengar suara samar dan putus asa dari pemuda itu.

"Suatu saat nanti aku juga ingin keluar, aku ingin bebas..." Pemuda itu menunduk murung. Feng Guang melihatnya kasihan.

"Dunia luar tidak seindah yang kau bayangkan, anak muda." Perkataannya seketika membuat wajah Lan Xiaoyan terangkat.

"Bagaimana Pak Tua Feng bisa mengatakan itu? Aku bisa menemukan apa yang tidak bisa kutemukan di gunung ini hanya dengan pergi ke dunia luar!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status