Share

Ch. 09 - Harapan untuk Bebas

Esok paginya, Lan Xiaoyan belum kembali membuat Feng Guang cemas mengingat hutan ini memiliki banyak siluman yang bisa kapan saja membunuhnya. Feng Guang akhirnya memutuskan mencari Lan Xiaoyan di saat hujan gerimis turun. Dia tidak memiliki petunjuk ke mana anak itu pergi, ditambah lagi Gunung Gui Shan cukup luas dan dia belum mengingat jalan.

Jubah merah yang dikenakannya mulai basah. Feng Guang berjalan cukup lama, semakin dalam ke hutan rimba sampai dia mulai tidak yakin masih mengingat jalan kembali. Walaupun langit di atas gelap, nyatanya saat ini sudah memasuki tengah hari. Feng Guang sedikit ganjil kalau mengingat fenomena aneh di Gunung Gui Shan. Sekat antara dunia luar dan gunung tampaknya dibuat oleh manusia.

Seingatnya dulu memang masih ada beberapa pendekar hebat yang bisa membuat segel sebesar ini, tapi untuk masa sekarang orang seperti itu hanya bisa dihitung dengan jari, pendekar Tujuh Pilar Langit belum tentu dapat membuatnya.

Feng Guang menyeberangi sungai dangkal dengan arus yang mulai tak terkendali, secepat mungkin bergegas ke satu tempat yang diyakininya adalah penghujung Gunung Gui Shan. Namun seperti perkiraannya, tempat itu berakhir dengan sekat abu-abu yang tidak memiliki ujung. Di saat laki-laki itu mengamati sekitarnya, dia melihat Lan Xiaoyan sedang mencoba menghancurkan dinding pelindung Gunung Gui Shan dengan kedua tangannya. Lelaki itu tak langsung menghampirinya melainkan melihat sekat pelindung yang mengeluarkan petir ketika disentuh dan melukai kedua tangan anak itu.

Feng Guang termenung untuk beberapa saat. Jika Lan Xiaoyan melakukannya sejak kemarin dia sudah pasti mati oleh petir tersebut.

Lelaki berjubah merah itu melihat Lan Xiaoyan termundur, namun pemuda itu maju sekali lagi dan mendorong tanpa menyerah. Lan Xiaoyan yang keras kepala memaksa menghancurkan pelindung dan berteriak, ”Keluarkan aku dari sini!” Suara itu terdengar marah dan putus asa di saat yang bersamaan.

Lalu lagi-lagi terdengar suara petir yang menyambar. Cuaca menjadi lebih buruk dari yang pernah Feng Guang lihat.

"Aku ingin bebas seperti Dewa Matahari!" Suara itu seakan-akan menggema menentang langit.

Feng Guang tertegun, bagaimana Lan Xiaoyan bisa mengetahui sosok Dewa Matahari? Sosok itu telah tiada sejak ratusan tahun lamanya di masa lalu dan hanya segelintir orang yang masih mengingat julukannya. Sekarang pertama kali dia melihat seorang anak kecil masih menyebutnya dengan gelar yang membuat laki-laki itu begitu dihormati.

Tanpa menunggu dia segera mendekati Lan Xiaoyan, sembari menatap sekat tinggi di hadapan mereka dan berujar pelan, "Maaf soal omonganku kemarin."

Pemuda itu sedikit menoleh. "Pak Tua Feng, kau datang kemari hanya untuk menyuruhku menyimpan nyawa di gunung ini? Aku tidak akan pernah mengabulkannya, seumur hidupku!"

"Jika kau memang keras kepala ingin keluar, aku mungkin bisa membawamu bersamaku."

Lan Xiaoyan tertegun, tapi dia masih belum percaya sepenuhnya pada Feng Guang. Tak ada respon dari Lan Xiaoyan, lelaki itu kembali bertanya sembari menghadapkan wajahnya ke arah pemuda tersebut.

"Dengan begitu kau akan memaafkanku?"

"Bukankah katamu aku masih belum cukup kuat untuk pergi ke luar?"

"Jika kau menjadi muridku, kau akan kulatih untuk menjadi kuat."

Feng Guang mengerutkan dahinya, bagaimana bisa dia menawarkan pilihan yang tak pernah diucapkannya pada sembarang orang. Di perguruan lamanya banyak anak muda yang berebut ingin menjadi muridnya, termasuk salah satu Tujuh Pilar Langit, Mo Xiaohan namun Feng Guang selalu menolak, dia hanya pernah menjadi guru di suatu perguruan namun tidak pernah mengangkat seorang murid secara khusus.

Feng Guang penasaran dengan respon anak itu dan langsung menangkap wajah berkerut keberatan.

"Pak Tua Feng, kau datang ke sini rupanya untuk itu? Aku tidak mau."

Feng Guang pikir petir-petir di atas menyambar hatinya yang sekarang terasa perih.

Siapa orang bodoh di dunia ini yang menolak untuk menjadi muridnya?

Lan Xiaoyan yang masih mencoba menghancurkan sekat baru menyadari aura murung dari Feng Guang, dia menaikkan sebelah alisnya. "Apakah tidak ada cara lain untuk keluar dari sini?"

Mendengar pertanyaan anak itu, Feng Guang yang belum sembuh dari sakit hati mencoba menjawab.

"Jika sekat ini dibuat oleh manusia pasti memiliki kelemahan."

Lan Xiaoyan terperangah. Detik selanjutnya Feng Guang kembali berucap dengan terganggu.

"Sebelum itu lepaskan tanganmu dari sekat itu, kau bisa mati kering."

Lan Xiaoyan melakukan seperti permintaan Feng Guang. Feng Guang menatap kedua tangan Lan Xiaoyan dan tanah di bawah kakinya yang penuh darah.

Dia menebak Lan Xiaoyan sudah melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun, luka bakar di kedua tangannya dan darah yang mengering selama bertahun-tahun di atas rumput adalah bukti dia ingin keluar dari sana. Ini menjadi masuk akal mengapa tangan anak itu penuh luka. Feng Guang sebenarnya cukup kasihan dengan anak itu.

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status