"Bodoh, kenapa sayur ini asin sekali!"
Pyarr-
Tiba-tiba Sandra membanting semangkuk kuah sayur yang baru saja dimasak Bening ke lantai hingga hancur.
"Maaf Bu tapi tadi-"
"Diam! Makanan seperti itu yang ingin kau berikan padaku, Hah!"
"Tapi tadi Bening sudah mencicipinya dan rasanya sudah enak Bu!"
"Kau ini bisa sekali membantahku. Kau pikir lidahku yang bermasalah, begitu?! Katakan!" Sandra pun berdiri dan menarik rambut Bening dengan begitu kuat hingga gadis itu merintih kesakitan.
"Ampun Bu, maafkan Bening. Sakit Bu, tolong lepas!"
"Lepas kau bilang. Rasakan ini!" Sandra semakin mengeratkan genggaman tangannya di rambut Bening. Hingga gadis itu merasa rambutnya akan lepas dari kulit kepala.
"Aww, sakit Bu. Ampun!" Rintihan kesakitan Bening sama sekali tidak membuat Sandra merasa iba.
"Makanya kalo kerja
Di rumah Bening.Malam harinya Bening duduk di atas kasur setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Rasa lelah begitu ia rasakan saat ini. Tadi ia pulang agak sore karena harus menyelesaikan target jumlah cabai yang harus dipetiknya.Apalagi tadi waktunya sempat tersita dengan kedatangan anak Pak lurah yang mengajaknya untuk berbicara. Bening senyum-senyum sendiri mengingat pembicaraannya dengan Galih di saung beberapa jam yang lalu.'Bening, Mas Galih cinta sama kamu. Sebenarnya perasaan ini sudah lama Mas rasakan, tapi baru sekarang Mas berani mengungkapkannya. Mas Galih tidak butuh jawaban sekarang. Bening bisa memikirkan nya dulu.'Itu lah kata-kata yang diucapkan anak Pak lurah tadi kepada Bening. Kata-kata yang selalu terngiang-ngiang di telinganya hingga membuat hatinya berbunga-bunga.Terdengar suara derit pintu terbuka yang menandakan ada orang datang. 'Mungkin pria itu,' pikir Bening. Tidak mungkin itu Ibunya karena mal
"Bening, kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi, kenapa kau keluar malam-malam begini?" tanya seseorang yang tadi ditabrak oleh gadis itu.Mereka adalah warga yang kebetulan lewat untuk melakukan ronda keliling. Setelah hujan deras biasanya aliran air akan tersumbat. Jadi warga bergantian untuk memeriksanya.Melihat kondisi Bening yang berantakan dengan baju robek di bagian atas dan luka lebam di pipinya. Membuat mereka yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada gadis itu."Tolong saya, Pak. Mereka ingin melecehkan saya. Saya takut!" isak Bening."Siapa mereka dan di mana mereka sekarang?!" tanya salah satu warga."Di-di rumah saya, hiks hiks." Bening tak kuasa melanjutkan ucapannya."Mari bapak-bapak kita periksa ke sana!" ajak salah satu warga kemudian diikuti oleh warga yang lainnya."Iya, ayo kita ke sana. Kejadian seperti ini tidak bisa dibiarkan!"Lokasi rumah Bening dengan tempat ia bertemu bapak-bapak tadi t
Sandra yang kecewa dengan anak dan suaminya langsung kembali ke rumah setelah suaminya dibawa ke kantor polisi. Ia tidak berminat untuk menemui atau pun menemani suami dan anaknya yang kini sedang berada di kantor polisi.Walaupun Sandra tadi sempat melihat wajah memelas sang putri sebelum masuk ke dalam mobil Pak lurah. Namun, ia terlanjur mengeraskan hati untuk putri kandungnya itu.Dan untuk suaminya, Sandra berencana akan segera mengurus surat perceraian mereka. Walaupun usia pernikahan mereka masih seumur jagung.Jam di dinding sudah menunjuk angka 3 dini hari saat pintu rumah dibuka seseorang."Assalamualaikum Bu."Brukk ... brukk ... brukk!Baru beberapa langkah Bening menginjakkan kaki di ruang tamu. Ia dibuat terkejut saat semua baju dan barang-barang pribadinya dilempar keluar. Dan Sandra adalah pelakunya."Ada apa ini, Bu. Kenapa Ibu mengeluarkan baju dan barang-barang, Bening?""Sudah puas kau membuatku malu,
"Kakak kenapa?" Bening mengarahkan pandangannya kepada seorang anak laki-laki di depannya."Tas kakak diambil orang," jawabnya lemas."Kakak baru ya di kota ini, nama kakak siapa?""Bening, nama kamu?""Oh kak Bening nama ku Adi, Kak. Hidup di kota besar seperti ini tidak mudah Kak. Banyak orang jahat di sekitar kita. Siapa yang kuat dia yang menang, kalo nggak gitu nggak makan. Hidup ini keras Kak," ucap Adi dengan sok tahu-nya."Iya kakak mengerti, kamu tinggal di mana, Di?""Di sana di bawah jembatan itu," jawab Adi sembari menunjuk fly over yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini."Apa kamu juga bekerja seperti anak-anak itu?" tanya Bening sembari menunjuk ke arah lampu merah di mana ada banyak anak kecil yang mengamen di sana."Ngamen maksud Kakak?""Emm iya!""Iya Kak aku juga pengamen sama seperti mereka, itu pekerjaan kita sehari-hari.""Kalian tidak sekolah?""Hahahahaha ...!"
Kelopak mata Bening mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya ruangan yang tampak menyilaukan. Ekor matanya menyapu setiap sudut ruangan yang didominasi warna putih. Bening mencium bau obat yang sangat menyengat khas rumah sakit."Kamu sudah sadar?" Suara lembut seorang wanita mengalihkan perhatian Bening untuk segera menolehnya.Seketika kedua mata Bening dimanjakan dengan pemandangan indah di depannya. Karena saat ini ada wanita cantik bertubuh seksi duduk di sebelah ranjang tempatnya berbaring."Asstt ... aww ...!" ringis Bening merasakan sakit di kepalanya saat akan bergerak."Kamu jangan bergerak dulu. Saya panggilkan Dokter sebentar." Wanita cantik itu segera beranjak berdiri menuju pintu untuk keluar memanggil dokter, hingga dentuman suara heels yang dipakainya terdengar nyaring saat bersentuhan dengan lantai rumah sakit.Beberapa saat kemudian seorang dokter datang dengan ditemani dua
Ekor mata Bening menyusuri setiap sudut kamar mewah yang akan menjadi tempat berteduhnya saat ini. Decak kekaguman tak pernah surut ia rasakan hingga tak bisa membuatnya berhenti untuk tersenyum.Sungguh Bening tak pernah menyangka akan mendapatkan sebuah kejutan indah dari Tuhan karena dipertemukan dengan seorang wanita berhati malaikat seperti Mami Juwita, dengan memberinya tempat berteduh seindah ini. Tak pernah terpikir oleh Bening sebelumnya bahkan dalam mimpi sekalipun.Kamar cantik yang di dominasi warna soft purple itu dilengkapi dengan sebuah ranjang besar berukuran queen size dengan tirai transparan di setiap sisinya, sungguh cantik sekali.Fasilitas pendukung seperti meja rias, lemari besar bahkan sofa juga terlihat cantik dengan model dan warna yang senada.Gadis itu berlari karena tidak sabar ingin segera merasakan kenyaman yang disajikan tilam empuk itu untuk memanjakan punggungnya, hingga me
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit akhirnya Mami Juwita selesai juga mendandani gadis itu. Bening terperanga melihat pantulan sesosok bayangan di dalam cermin itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.'Cantik sekali, apa benar itu aku?' batinnya berucap. Bukan bermaksud menyanjung atau memuji diri sendiri tapi itulah yang terlihat saat ini. Bahkan Bening tidak bisa mengenali dirinya sendiri.Padahal itu hanya riasan simple dan natural. Apa karena selama ini ia tidak pernah berdandan, sehingga sekali berdandan akan terlihat berbeda.Saat ini Bening tengah memakai gaun selutut model sabrina berwarna maroon pemberian Mami Juwita tadi. Rambutnya disanggul ke atas meninggalkan sedikit anak rambut ya dibiarkan menjuntai, hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Lengkap dengan riasan simpel agar tetap memperlihatkan sisi polos gadis itu."Menakjubkan Sayang. Lihatlah kamu benar-benar sangat cantik!" puji Mami Juwita sembari menangkup wajah cantik g
Sementara itu di sebuah kamar presidential suite yang masih terletak di hotel yang sama dengan hotel di mana Bening berada saat ini telah terjadi kesepakatan yang melibatkan salah satu keluarga orang yang paling berpengaruh di Negeri ini.Seorang wanita tengah duduk dengan anggun di atas sofa dengan ditemani seorang asisten pribadinya. Dia adalah Nyonya Diana istri dari salah satu konglomerat Negeri ini."Bagaimana dengan pesanan ku, apa kau sudah menyediakannya?" tanya wanita anggun itu sembari menggoyangkan gelas yang ada di tangannya."Sesuai dengan permintaan anda Nyonya," jawab seseorang yang masih berdiri di hadapan wanita sosialita itu."Sudah kau pastikan dia sesuai dengan apa yang aku inginkan? Karena aku tidak mau memilih orang yang salah," ucap wanita itu kemudian menyesap wine yang telah dituangkan oleh seorang pelayan hotel. "Karena aku tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun," lanjut wa