Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit akhirnya Mami Juwita selesai juga mendandani gadis itu. Bening terperanga melihat pantulan sesosok bayangan di dalam cermin itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.
'Cantik sekali, apa benar itu aku?' batinnya berucap. Bukan bermaksud menyanjung atau memuji diri sendiri tapi itulah yang terlihat saat ini. Bahkan Bening tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Padahal itu hanya riasan simple dan natural. Apa karena selama ini ia tidak pernah berdandan, sehingga sekali berdandan akan terlihat berbeda.
Saat ini Bening tengah memakai gaun selutut model sabrina berwarna maroon pemberian Mami Juwita tadi. Rambutnya disanggul ke atas meninggalkan sedikit anak rambut ya dibiarkan menjuntai, hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Lengkap dengan riasan simpel agar tetap memperlihatkan sisi polos gadis itu.
"Menakjubkan Sayang. Lihatlah kamu benar-benar sangat cantik!" puji Mami Juwita sembari menangkup wajah cantik g
Sementara itu di sebuah kamar presidential suite yang masih terletak di hotel yang sama dengan hotel di mana Bening berada saat ini telah terjadi kesepakatan yang melibatkan salah satu keluarga orang yang paling berpengaruh di Negeri ini.Seorang wanita tengah duduk dengan anggun di atas sofa dengan ditemani seorang asisten pribadinya. Dia adalah Nyonya Diana istri dari salah satu konglomerat Negeri ini."Bagaimana dengan pesanan ku, apa kau sudah menyediakannya?" tanya wanita anggun itu sembari menggoyangkan gelas yang ada di tangannya."Sesuai dengan permintaan anda Nyonya," jawab seseorang yang masih berdiri di hadapan wanita sosialita itu."Sudah kau pastikan dia sesuai dengan apa yang aku inginkan? Karena aku tidak mau memilih orang yang salah," ucap wanita itu kemudian menyesap wine yang telah dituangkan oleh seorang pelayan hotel. "Karena aku tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun," lanjut wa
Bening masih menangis di pelukan Lastri saat ia telah mengakhiri cerita tentang kejadian beberapa waktu lalu yang membuatnya bisa terdampar di tempat asing ini."Sudahlah Bening jangan menangis lagi. Kau gadis yang sangat kuat tentunya. Sehingga Tuhan menitipkan ujian ini kepadamu!" ucap Lastri menguatkan gadis itu.'Berat sekali ujian hidup yang harus kau jalani, Nak. Kau benar-benar gadis yang luar biasa!' imbuh Lastri dalam hati."Bolehkah Bening berhenti dari semua ini, Bu? Bening capek, Bening lelah, Bening hiks-""Ssstttt, sudah-sudah jangan menangis lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang kau tumpahkan. Berjanjilah mulai saat ini kau tidak akan pernah menangis lagi. Kau harus jadi gadis yang kuat agar tidak ada lagi orang yang mampu menindasmu. Kalau bukan dirimu sendiri yang berjuang siapa lagi yang akan menolongmu, Bening?!" Lastri menangkup wajah sendu gadis itu dengan kedua tangannya.
"Sampai kapan kau akan melakukan hal bodoh itu, Arga!" Suara bariton Tuan Jordan menggelegar di penjuru ruangan.Suasana tampak mencekam di salah satu ruangan gedung milik Ramiro group. Dua orang pria dewasa berbeda generasi kini saling bertatap nyalang. Tidak ada satu pun yang mau mengalah di antara mereka berdua. Ego yang tinggi membuat Ayah dan anak itu selalu bersikap layaknya musuh. Bagai api dalam sekam, perang dingin antara dua manusia dengan ikatan darah yang sama itu pun tidak dapat dielakkan."Sampai aku bosan. Dan anda menyesal telah memiliki anak sepertiku," jawab Arga santai."Apakah begitu caramu berbicara dengan orang tua. Di mana sopan santunmu itu?!" hardik Tuan Jordan."Orang tua? Sejak kapan kau menganggapku anak? Bukankah selama ini aku hanyalah boneka mu saja!" Pemuda itu tersenyum miris.Plakk-Satu tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu, sehingga membuat wajahnya berpaling akibat kerasnya tamparan yang ia dapatkan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit. Akhirnya mobil yang dikendarai Raka sampai di parkiran sebuah apartemen."Ga, bangun kita sudah sampai. Ayo turun!" Raka menepuk-nepuk pipi sahabatnya itu."Apaan sih loe. Ganggu tidur gue aja." Pemuda itu meracau kembali karena merasa tidurnya terusik."Bangun! Kita pindah ke dalam, loe bisa lanjutin tidur di sana entar. Ayo gue bantu loe jalan." Raka sudah membuka pintu mobil sebelah Arga. Ia menarik pemuda itu agar mau beranjak dari mobil."Udah gue bilang, nggak usah ganggu gue, Rak!"Arga masih tak bergeming dari posisinya saat ini sehingga membuat Raka berdecak sebal."Cih, nyusain banget sih loe!" ujarnya kemudian menarik pemuda mabuk tersebut secara paksa.Pemuda bernama Raka Atmaja itu nampak kesulitan saat memapah tubuh besar sahabatnya. Terang saja, karena kondisi fisik Arga yang tinggi besar dan berotot. Hasil dari dia berolah raga setiap hari. Karena sebelum berangk
Setelah kepergian Raka, pemuda itu termenung memikirkan setiap kata yang keluar dari bibir sahabat sekaligus asistennya tadi. Ia nampak menghela nafas dalam sebelum beranjak berdiri menuju kamar tamu, yang biasa ia tempati jika sedang menginap di apartemen milik sahabatnya ini.Langkah kakinya membawa pemuda itu untuk memasuki kamar mandi. Ia butuh air dingin untuk menjernihkan pikirannya saat ini.Tak menunggu waktu lama. Pemuda tampan nan gagah itu pun telah berdiri di bawah shower yang menggantung tinggi di atasnya. Derasnya air mengucur membasahi seluruh tubuhnya dari atas rambut hingga ujung kaki.Cukup lama pemuda itu mengguyur kepalanya di bawah shower. Ia ingin mengenyahkan segala beban pikiran yang mengendap di otaknya. Mungkin kata-kata Raka tadi ada benarnya. Haruskah dia membuka hati dan pikirannya yang selama ini membeku, seperti yang dikatakan sahabatnya tadi.Bugghh-P
Arga mengendarai super car miliknya menembus pekatnya malam dengan kecepatan di atas rata-rata.Telpon dari sahabat sekaligus asistennya Raka, membuat pemuda itu mau tidak mau harus pergi ke tempat di mana Raka berada saat ini.Citttt....Suara decit ban yang bergeser dengan aspal begitu terdengar jelas di indera pendengaran karena pedal rem diinjak dengan begitu kuat.Langkah panjangnya setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit tempat di mana pria yang begitu dihormatinya telah dirawat saat ini."Ga, loe datang juga akhirnya!" Suara Raka menggema di depan sebuah ruang ICU. Terlihat ada beberapa orang di situ termasuk sang Mommy yang kelihatannya juga baru tiba."Gimana kondisi Opa?" tanya Arga dengan seraut wajah yang terlihat panik."Masih ditangani dokter di dalam," jawab pemuda yang selama ini menjadi orang kepercayaannya itu.Sed
"Arga apa kau serius dengan ucapanmu itu. Kau tidak sedang becanda 'kan?!""Arga serius Opa. Arga ingin menikah. Bukankah ini juga kemauan Opa dan Papi sejak lama?!""Iya tapi mengapa mendadak sekali. Apa sebenarnya yang sedang kau rencanakan?" Pria tua itu memicingkan mata curiga.Kali ini Raka setuju dengan dugaan Tuan sepuhnya. Pasti ada yang direncanakan oleh sahabat sekaligus bosnya itu. Bagaimana bisa dengan tiba-tiba Arga mengubah prinsip hidupnya yaitu MENIKAH, satu kata yang dulu membuat pemuda itu begitu alergi. Bukankah itu hal yang sangat aneh? Jadi sudah sepantasnya mereka merasa curiga.Apapun alasannya Raka akan mencari tahu nanti. Apakah semua ini ada hubungannya dengan gadis yang pernah menjadi topik pembicaraan Ibu dan anak itu tadi malam? Entah lah semuanya masih tampak abu-abu di benak Raka."Cih! Merencanakan sesuatu apa? Yang benar saja. Terserah Opa mau percaya
"Sudah kau temukan di mana putra ku berada saat ini?" tanya perempuan cantik dengan memakai bikini karena ia baru saja keluar dari kolam renang."Tuan muda menginap di Hotel XX dengan seorang wanita, Nyonya." Sang asisten bernama Grace menjawab sembari menuangkan minuman ke dalam gelas yang berada di tangan wanita cantik itu."Pantas saja, sejak semalam dia selalu mengabaikan panggilan ku. Dengan jalang mana lagi dia berkencan saat ini?" tanya sang majikan sembari merebahkan dirinya di atas kursi santai bermaterial busa."Dengan wanita malam yang ditemukan Tuan muda di club," jawab Grace."Kebiasaan buruk anak itu harus segera dihentikan. Atau akan berimbas kepada masa depannya. Karena ancaman orang tua itu tidak lah main-main. Anak bodoh itu akan kehilangan semua harta warisannya jika terus begini. Grace bagaimana dengan gadis itu?" Wanita bernama Nyonya Diana itu tampak menahan kesal."S