"Ini makananmu!"
Grace membanting nampan berisi makanan yang dipegangnya ke lantai dengan cukup keras.
"Sebenarnya Nyonya Diana ingin kau mati membusuk di dalam gudang ini. Tapi karena tugasmu belum selesai Nyonya Diana merubah keputusannya. Jadi nikmati saja kebaikan hati Nyonya besar kita tanpa harus membuat kekacauan lagi. Atau kau akan benar-benar mati di tanganku!" ancam Grace kemudian.
Brakk-
Pintu pun kembali di kunci dari luar meninggalkan Bening yang masih terduduk bersimpuh di lantai.
Karena sudah sangat kelaparan Bening pun segera memakan makanan yang dibawa oleh perempuan tomboy tadi. Meskipun saat ini mereka hanya memberinya makanan sederhana ia sudah sangat bersyukur.
Lagi pula Bening juga sudah terbiasa dengan menu sederhana ala kampungnya. Bahkan dulu ia juga pernah merasakan makan hanya dengan garam karena kesulitan ekonomi yang menghimpit keluarganya.
Setelah menyelesaikan makannya Bening pun melihat kemb
Bening tampak mengerjapkan matanya pelan mencoba untuk menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Ia memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Tangannya tak sengaja menyentuh kain basah yang menempel di keningnya. Apakah dia sedang demam saat ini?"Di mana aku sekarang?" lirihnya saat menyadari ia sudah terbaring diatas ranjang yang sangat familiar untuknya.Ya, saat ini gadis itu telah berada di dalam kamar milik sang suami. Ingatannya kembali pada kejadian beberapa waktu lalu saat Arga menyiksanya dengan mencelupkan kepalanya ke dalam air kolam renang hingga ia kesulitan untuk bernafas. Tapi setelah itu Bening tidak ingat apa-apa lagi.Ekor matanya berusaha menyapu keadaan sekitar untuk menemukan seseorang yang dapat membantunya mengambilkan air minum karena tenggorokannya terasa kering. Namun tidak satupun orang yang bisa ia temukan di sana karena saat ini ia sedang sendirian.Karena sudah tidak bisa menahan rasa haus, gadis itu pun berusaha mengumpu
Arga kembali meneguk minuman beralkohol di hadapannya entah untuk yang keberapa kalinya. Karena di depannya kini sudah ada begitu banyak berserakan botol kosong."Tambah minumannya!" teriaknya kencang membuat bartender yang sedang bertugas merasa kelimpungan.Bagaimana tidak, Arga adalah member platinum di bar ini jadi kenyamanan-nya sudah pasti menjadi prioritas. Pun dengan statusnya sebagai pewaris tunggal salah satu konglomerat negeri ini.Para pelayan bar pun segera meletakkan dan menata minuman yang diminta Arga tadi ke atas meja."Silahkan Tuan muda!" ucap para pelayan sopan sebelum meninggalkan pria setengah mabuk itu."Dasar perempuan brengsek!" umpatnya."Kenapa hatiku bergejolak saat melihatmu kesakitan dan terluka seperti itu? Kenapa aku tidak merasa senang saat melihatmu menderita? Seharusnya bukan seperti itu kan konsepnya! Mungkin ada yang salah dengan diriku. Tapi Arga tidak pernah salah!" racaunya.Di tengah separuh ke
Tubuh Bening terasa remuk redam setelah apa yang dilakukan sang suami kepadanya tadi malam. Rasanya ia tidak sanggup hanya untuk sekedar berjalan. Namun dorongan hasrat ingin buang air kecil membuatnya memaksakan diri untuk turun dari ranjang walaupun dengan tertatih.Perlahan Bening menyingkirkan lengan tangan sang suami yang berada di atas perutnya. Ia lakukan itu dengan sangat pelan dan penuh kesabaran agar tidak membangunkan pria itu dari tidur lelapnya."Aww ... sstttt ...!" Bening merasakan ngilu di bagian bawah tubuhnya.'Pria itu benar-benar seperti kuda jantan liar. Tubuhku sampai remuk seperti ini,' gerutu Bening dalam hati.Gadis itu melilitkan selimut di tubuhnya sebelum beranjak dari ranjang. Ia berjalan tertatih menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi Bening melemparkan selimut yang membalut tubuhnya ke atas lantai begitu saja.Ia kemudian mengisi bathtub dengan air hangat dan juga menuangkan sabun aroma terapi ke dalamnya. Se
"Bening ...!" teriak Arga panik saat tidak bisa melihat tubuh sang istri di permukaan air.Arga pun langsung meloncat ke dalam air untuk menyelamatkan istrinya. Saat ini ia tidak bisa berfikir apa-apa. Nalurinya hanya ingin segera membawa sang istri keluar dari air.Dalam sekejap Arga pun sudah berhasil membawa tubuh Bening kepermukaan air dan menyeretnya ketepian. Karena kemampuan Arga dalam hal berenang sudah tidak dapat diragukan lagi."Bening bangun ...!" Arga menepuk pelan pipi gadis yang masih erat memejamkan matanya.Arga pun berusaha memberikan pertolongan pertama kepada Bening dengan memeriksa pernafasannya terlebih dahulu. Kemudian memberikan CPR dengan cara meletakkan tangan di tengah-tengah dada dan melakukan penekanan. Karena melihat Bening yang tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Itu ia lakukan berulang kali. Hingga-Uhuk ... uhuk ...!Bening pun tersadar dari pingsan dengan me
Tepat pukul 00.00 wib. Bening menggeliat dalam tidurnya. Keringat bercucuran membasahi kening dan rambutnya.Di dalam tidurnya Bening melihat gelombang air yang sangat besar datang menggulung tubuh kecilnya.Hanya gelap dan sesak yang bisa ia rasakan saat itu. Hingga menimbulkan ketakutan yang teramat sangat di hatinya.Ia berteriak dan menjerit memanggil nama sang Ibu agar segera datang menolongnya. Namun, wanita yang telah melahirkannya itu masih tetap bergeming di tempatnya dengan tatapan datar tanpa berniat menolong Bening yang hampir mati kehabisan nafas karena tenggelam."Tolong ... tolong! Tolong Bening Ibu. Bening akan tenggelam. Tolong ... tolong!""Bening bangun ... Bening! Apa yang terjadi padamu. Bangun Bening ...!" Arga menepuk keras pipi gadis yang terus berteriak histeris dalam tidurnya itu.Karena Bening tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif menggigit telingah gadis itu agar segera sadar dari mimpi buruknya.
"Tuan muda yang di mata orang-orang begitu angkuh, sombong dan arogan adalah pahlawan di hati kami. Tuan muda yang mereka anggap berhati dingin dan kejam itu ternyata adalah sosok pria dengan penuh kehangatan. Apakah anda tahu berapa banyak nyawa yang sudah beliau selamatkan. Berapa manusia yang telah berhasil beliau berikan kehidupan baru. Jawabannya tidak ada yang tahu karena Tuan muda tidak pernah menunjukkannya kepada siapapun. Bahkan di depan keluarganya sendiri," ungkap Sari panjang lebar.Bening terpaku mendengar pengakuan Sari kepadanya. Apakah itu benar? Tetapi Sari juga tidak mungkin berbohong kepadanya 'kan. Apakah cerita tentang pria itu memang sengaja dilebih-lebihkan mengingat Sari adalah seorang pengabdi di rumah ini. Ah, itu juga tidak mungkin. Karena menjilat bukan termasuk sifat gadis itu."Tolong lanjutkan ceritamu Sari. Jangan membuatku penasaran!" tanya Bening."Jawabannya ada di panti asuhan KASIH BUNDA, rumah singgah KITA BISA, dan klinik
Kelegaan luar biasa dirasakan Bening setelah meluapkan isi hatinya kepada sang suami dan juga dokter Fahmi beberapa saat yang lalu. Walaupun suaminya itu sering tersulut emosi sepanjang ia bercerita tadi. Setelah membuat janji untuk pertemuan mereka selanjutnya. Di sinilah Bening berada sekarang-"Kita akan ke mana?" tanya Bening saat mobil yang dikemudikan Arga melesat kencang membela kepadatan jalanan Ibu kota."Aku ada urusan sebentar. Jika mengantarmu pulang dulu maka akan memakan banyak waktu lebih lama lagi. Jadi kau ikut saja!" jawab Arga tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari depan. "Dan jangan banyak bertanya!" imbuhnya.Bening yang mendapat ultimatum seperti itu hanya bisa mencebikkan bibirnya atas sikap berlebihan suaminya itu. Masa' bertanya saja tidak boleh? Begitu pikirnya."Baiklah-baiklah aku tidak akan bertanya lagi. Aku akan tidur saja kalau begitu!" Gadis itu berusaha mencari pos
Langit sudah tampak gelap saat Arga berhasil memarkirkan mobilnya di depan halaman sebuah villa yang berada di atas bukit."Turunlah!""Ini rumah siapa?" tanya Bening saat melihat bangunan megah di depannya."Salah satu villa milik keluargaku!" jawab Arga sembari melepas sabuk pengaman di tubuhnya."Tapi kenapa kita kemari?""Ada yang ingin aku kerjakan di sini. Sudah jangan cerewet. Ayo cepat turun!""Iya, tapi aku tidak bisa membuka ini!" ucap Bening sembari menujuk sabuk pengaman yang masih melilit tubuh mungilnya."Dasar kampungan!" Arga pun membantu Bening membuka sabuk pengamannya."Hey Tuan muda, sudah berapa kali kau mengataiku dalam seharian ini. Iya memang aku kampungan karena aku berasal dari kampung. Wajar aku tidak bisa membukanya karena aku tidak pernah memiliki mobil semewah ini sebelumnya!" ujar Bening tak terima.