Tinggal bersama Nicholas lagi.
Hal itu tidak pernah terbayangkan oleh Aleeta sebelumnya. Ia pikir, kisahnya dengan Nicholas sudah berakhir sejak pria itu mengusirnya, dan Aleeta memilih pergi untuk menjalani jalan cerita kehidupannya sendiri. Namun, sore tadi, ia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya untuk kembali tinggal di rumah yang dulu pernah ia tempati bersama dengan Nicholas—suaminya. Kini mereka sudah bersatu lagi. Menjadi satu keluarga yang utuh dan siap memulai jalan cerita yang baru. “Sayang.” Aleeta menoleh, menatap suaminya. Wanita itu tersenyum simpul ketika mengeja kata suami. Rasanya sudah lama sekali Aleeta tidak pernah menyebut Nicholas dengan kata suami. Dan rasanya bahagia sekali ketika akhirnya Aleeta bisa kembali menyebut Nicholas dengan kata suami. Suaminya. “Ada apa?” Tanya Aleeta pelan. Nicholas menariknya duduk“Ella, apa masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini?”Wanita yang tampak sibuk menatap layar komputernya itu langsung mendongak, dan menatap Nicholas yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya.“Tidak ada, Tuan. Kebetulan beberapa sudah ada yang saya kerjakan tadi,” jawab Ella yang tersenyum.“Lalu, apa yang sedang kamu kerjakan sekarang?” Tanya Nicholas sembari menunjuk komputer Ella.“Ah, ini saya hanya sedang memeriksa laporan dari beberapa klien saja, Tuan. Besok jika sudah selesai akan saya berikan langsung kepada Anda.”“Jadi sekarang sudah nggak ada pekerjaan lagi, kan?”Ella menggeleng. “Tidak ada, Tuan.”Nicholas langsung mendesah. “Aku kira, hari pertama berangkat bekerja aku akan langsung pulang sampai larut malam.”Ella yang mendengarnya pun terkekeh. “Tenang saja, Tuan. Beberapa ada yang bisa saya handle. Jadi Anda tida
Mobil yang di kendarai Lukas akhirnya berhenti di halaman kediaman Javier, setelah pria itu menempuh perjalanan hampir dua puluh menit lamanya. Sebenarnya Lukas bisa saja sampai lebih cepat. Tapi mengingat siapa yang saat ini sedang berada di mobil bersamanya. Membuat Lukas harus mengemudi dengan berhati-hati agar Noah maupun Aleeta tetap nyaman dan juga aman sampai tiba di tujuan.Saat mobil berhenti, Noah dengan tidak sabar ingin segera keluar dan bertemu dengan Javier maupun Karina.“Cepat buka pintunya, Ma. Aku sudah nggak sabar ingin bermain bersama Grandma!” Teriak Noah semangat.“Bermain atau meminta Grandma untuk membuatkanmu biskuit coklat, heuh?” Goda Aleeta sambil membuka pintu.Noah segera melompat turun dengan di bantu Lukas yang sudah lebih dulu keluar mobil.“Aku rasa dua-duanya,” jawab Noah yang tertawa.Bocah itu segera berlari menuju pintu dan memanggil-mangg
Lukas yang sedang berada di dalam kamar tampak serius menatap tiket pesawat yang ada di genggamannya. Tiket pesawat itu sudah Lukas beli sejak satu Minggu yang lalu. Dan di tiket dengan tujuan London itu tertulis jelas bahwa jam keberangkatannya pada hari besok pukul delapan pagi.Seharusnya, saat ini Lukas sudah harus bersiap-siap supaya besok saat tiba jam keberangkatannya ia tidak perlu repot dan bisa langsung segera berangkat. Tapi, entah kenapa Lukas justru merasa malas sekali ketika ingin mengemas barang-barangnya. Padahal ia sudah menyiapkan dua koper besar di dekat lemarinya sejak tadi.Lukas mendesah pelan. Ia meletakkan kembali tiket pesawat itu ke dalam laci nakas, kemudian berdiri seraya meraih kunci mobilnya.Pria itu berjalan keluar kamar.“Daddy, kamu mau kemana?” Noah bertanya saat melihat Lukas membawa kunci mobilnya.“Daddy ingin ke rumah Grandpa,” jawab Lukas yang tersenyum.
Waktu begitu cepat berlalu. Hari ini genap satu bulan Aleeta dan Nicholas kembali menjalani hidup sebagai pasangan suami istri. Mereka bahagia? Tentu saja. Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan pada hidup mereka dengan begitu baik.Dan hari ini juga kebetulan menjadi hari pertama Nicholas kembali bekerja di perusahaan Nordstrom yang sudah bertahun-tahun lamanya pria itu tinggalkan. “Apa sudah nggak ada yang tertinggal?” Aleeta bertanya saat membantu Nicholas menyiapkan barang-barang yang akan suaminya bawa bekerja.“Ada,” jawab Nicholas cepat.“Apa? Biar aku siapkan?”“Hatiku.”Aleeta mengernyit, menatap Nicholas yang tersenyum padanya. “Jangan bercanda, Nicho,” ujarnya menepuk dada Nicholas.Nicholas terkekeh. “Aku nggak bercanda,” sahut Nicholas serius. Pria itu lalu memeluk pinggang Aleeta. “Rasanya aku belum rela pergi bekerja hari ini.
“Jadi, bagaimana kabarmu?”Aleeta mengapit ponsel di antara bahu dan telinganya. Ia sedang mengobrol bersama Karina sejak setengah jam yang lalu.“Mama sudah bertanya hal itu sebanyak tiga kali sejak tadi.” Aleeta tertawa.Saat ini Aleeta tengah memasak di dapurnya bersama Mary. Ia ingin mengobati rasa rindunya karena sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah menyentuh dapurnya tersebut.“Kamu nggak lupa makan, kan?” Karina kembali bertanya.“Nggak, Ma. Tenang saja. Aku makan dengan banyak di sini. Apalagi …,” Aleeta menoleh pada Mary yang tengah mengupas kentang. “Mary selalu membuatkanku makanan yang enak-enak sekali,” ujarnya yang membuat Mary tersenyum sopan.“Bagaimana dengan Noah? Apa cucu Grandma yang satu itu juga makan dengan banyak?” “Tentu saja. Mama pasti akan terkejut karena mungkin bocah itu akan bertambah semakin berat ketika Mama menggendongnya n
“Aku senang Mama baik-baik saja.”Aleeta menatap Nicholas dengan tatapan berterima kasih. Berkat Nicholas akhirnya Aleeta bisa kembali melihat keadaan Ibunya yang sudah lama sekali tidak pernah ia temui.“Terima kasih telah menjaga Mama selama ini, Nicho,” imbuh Aleeta.“Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu sebagai salah satu bentuk penyesalanku.” Nicholas menatap Aleeta lekat. “Aku nggak ingin membuatmu khawatir tentang ibumu, jadi hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu. Setidaknya, kini dia hidup dengan lebih baik. Nggak pernah lagi datang ke klub untuk minum-minum. Dia juga mulai mempunyai beberapa teman yang baik di lingkungan tempat tinggalnya.”Aleeta tersenyum, memeluk leher Nicholas. “Terima kasih. Aku lega mendengar Mama baik-baik saja. Mungkin, suatu saat nanti aku akan menemuinya dan membawa Noah untuk berkenalan dengan Neneknya. Apakah boleh?” Aleeta menatap Nicholas.“Tentu saja. No