IMELDA SURYADI, itu nama yang dengan bangga diberikan Mama padaku, Sakinah yang ikonik dengan perlawanan dan sepak terjangnya mengguncang institusi tempat papaku bekerja. Aku tumbuh dalam Lika liku drama keluarga karena poligami papa. kehidupan kami mulai bahagia setelah Papa menemukan kesadarannya dan kembali pada keluarga. saat pria yang pernah berhasil menyelamatkan papa menyatakan cinta, aku terbuai oleh kata-kata penuh makna dan janji bahwa dia akan menjaga dan memberiku kehidupan bahagia. Dia ya kayak yang mapan tapi aku yang masih muda tak menyadari hari aku sedang terlibat dalam apa, kupikir aku hanya sedang jatuh cinta dan ingin jadi istri yang berbakti, ternyata, aku masuk dalam lingkaran kehidupan mafia dan kriminal. tadinya aku tak ingin terlibat dengan semua kegiatan illegal suamiku, tapi beberapa hal membuatku mulai berontak, terutama saat ibu mertua hendak menjodohkan suamiku dengan wanita lain, demi kesepakatan bisnis dan keuntungan besar. Ibu mertua bilang aku tidak perlu mengkhawatirkan Bendi, karena ini hanya tentang persatuan dua keluarga yang ingin mendapatkan pengaruh lebih besar, Cinta suami hanya untukku. Tentu saja aku tak percaya, aku berontak dan kabur, sementara suami temperamenku mencari diri ini seakan sedang memburu binatang liar. Untunglah, dalam keadaan putus asa dan takukt, seseorang datang dan memberiku perlindungan. Dia adalah Roni sahabat suamiku. mereka adalah sahabat dekat sejak kecil. Demi menyelamatkanku Roni rela disakiti dan diancam oleh Mas Bendi, dia juga banyak mengalami pengancaman dan luka demi aku.
Lihat lebih banyakCerbung ini adalah season kedua dari cerbung Karma: kupermalukan di Akad nikahnya, dengan tokoh utama Sakinah dan Letkol Suryadi.
Setelah pernikahan Imelda berlangsung mewah dan semarak dalam usia 19 tahun dia kemudian harus menjalani sebuah episode baru yang penuh tantangan dan emosi. Akankah Imelda bertahan dan seperti apa lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, apakah hidupnya akan lebih bahagia dari Sakinah atau malah penuh drama? bagaimana dia akan bertahan? Akankah Imelda sekuat Ibunya? Atau malah, menyerah. Ikuti terus ya, 🌹🌹 Jangan lupa, Like, komen dan share ya Kak ❤️ 2 . Selepas acara, pernikahan bahagia yang megah, ketika ketika tamu-tamu berangsur berpamitan dan meninggalkan aula pernikahan, aku dan Bendi kemudian mengobrol berdua sembari menunggu giliran sisa anggota keluarga yang belum bergabung dan berfoto bersama kami. "Kamu kenapa, Mas?" "Wah, kamu manggil aku Mas?" "Iya, bukankah, seorang istri harus menghormati suaminya?" Raut wajah suamiku amat ceria mendengar jawaban seperti itu. Dia menggenggam tanganku dan tertawa kecil tapi aku masih heran kenapa ia terluka di hari pernikahan. "Kenapa wajahmu bisa selebam itu, aku tidak percaya bahwa seseorang yang punya banyak anak buah bisa dipukul seperti itu, apa orang yang menyerangmu cukup banyak?" Aku berbisik tentang lebam di wajahnya. "Iya, lumayan," jawabnya santai. "Siapa?" "Tidak usah tahu, dan tidak perlu membesarkan rasa penasaran karena itu tidak berguna sama sekali." "Baiklah, tapi aku tetap akan bertanya beberapa saat lagi," jawabku sambil mengalihkan diri pada beberapa tamu yang datang untuk mengucapkan selamat dan pamit. * Mobil Merci hitam meluncur dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota menuju hotel di mana kita akan menghabiskan malam pertama. Sesampainya di depan lobby hotel supir turun dan membukakan pintu untuk kami berdua lantas mempersilahkan kami untuk masuk dan dikawal oleh empat orang dari mobil yang berbeda. Sewaktu memasuki lift aku bertanya padanya, "Apa kita akan menghabiskan waktu bersama dengan keadaan dijaga?" "Ya, tentu saja." "Kenapa, kamu merasa tidak aman Mas?" "Bukan aku yang kukhawatirkan, tapi keselamatan kamu." "Apa kamu sudah menduga, apa yang akan terjadi padaku? Apakah bersuamikan seorang Bendi adalah hal yang akan mengancam hidupku?" Tiba-tiba pertanyaanku membuat dia menatap dengan seksama lalu mendekat dan merangkul bahuku. "Akan kulakukan hal yang terbaik untuk melindungi keselamatanmu." "Bagaimana jika suatu hari aku hamil lalu seseorang datang menyerang dan mengancam keselamatan kita, apa yang harus aku lakukan?" "Aku punya ratusan anak buah yang akan melindungimu sampai mempertaruhkan nyawa mereka, jadi kau tidak perlu khawatir." * Pintu kamar suite room hotel terbuka, aku dipersilahkan masuk dan pemandangan yang memanjakan mata langsung menyambut di dalam sana. Ranjang yang ditata sedemikian rupa dengan taburan kelopak bunga mawar aneka warna, lilin-lilin dengan nyala temaram pemandangan kota yang megah dan indah serta nuansa romantis yang diciptakan membuatku bahagia. "Aku pikir kita akan bermalam di rumah?" "Malam yang istimewa harus dihabiskan di tempat yang istimewa," jawabnya sembari memeluk pinggangku dan mendaratkan kecupan di bahu yang terasa begitu hangat langsung di kulitku karena model kebaya yang kukenakan adalah model off shoulder. "Mas ... Aku merasa gugup dengan apa yang akan terjadi malam nanti," bisikku membalikkan badan, lalu memeluknya. "Tenang saja, aku bukan tipe orang yang akan terburu-buru sekarang duduklah di sini dan aku akan membantu melepas hiasan kepala mu," ujarnya dengan penuh kelembutan. "Apakah seorang mafia bisa melepas siger kepala?" "Ya, ampun, sebagai orang yang kerap menyamar aku dituntut untuk bisa menjadi apa saja, tukang masak, tukang cuci, tukang rias tukang bangunan, bahkan pria kaleng kaleng degan rok mini di jalanan?" Jawabnya sambil mendudukkanku dan mencoba mencabut satu persatu kembang goyang yang menghiasi sanggulku. "Oh, ya, apa Mas Bendi pernah melakukan itu?" "Tentu." "Aku ingin tanya, seberapa orang yang sudah kau bunuh?" "Aku tidak membunuh, aku hanya memberi mereka pelajaran agar tidak melakukan kesalahan yang sama mencoba mempermainkan dan bersikap tidak profesional dalam pekerjaan dan bisnis," jawabnya dengan tatapan tegas. "Aku percaya, meski kau jahat bagi sebagian orang tapi aku yakin kau masih punya sisi terbaik dalam dirimu?" "Ya, manusia punya sisi iblis dan malaikat didalam diri mereka, Aku ingin dengan kedatanganmu aku lebih mendominasikan sisi malaikatku." "Terima kasih telah berjuang untuk memilihku dan sampai berada di titik ini," balasku pelan. "Sama sama, Sayang," balasnya yang perlahan mendekatkan wajah, aku gugup, debaran jantungku berlomba, tak tau harus bagaimana di momen canggung ini, bahkan mengintip sudah sampai di mana dia, aku tak bisa. Kutunggu kecupan itu mendarat di bibirku sementara napas ini tertahan di dalam sana. "Apa kau gugup?" godanya sambil mengulum senyum. "Astaga kau bertanya, Mas." "Aku pikir tidak jadi karena kasihan padamu yang masih gugup lagipula ini masih siang, kau pasti tidak siap," cibirnya sambil beralih ke meja di mana minuman dan makanan kecil disajikan. "Dasar mengesalkan," rutukku. Pria itu membuka kancing beskap yang dia kenakan lantas meletakkannya di atas ranjang, membuka kain jarik yang jadi bawahan, dan kaus yang dia kenakan. Jantungku rasanya makin tak karuan melihat bentuk tubuhnya yang atletis dengan perut sixpack, sebuah tato elang tergambar di punggungnya dan memberikan kesan sangar sekaligus tegas. Dia berjalan membiarkanku yang ternganga menatap dan dia meraih handuk lalu berangsur ke kamar mandi. * Pukul, sembilan malam, aku sudah menunggu di ranjang, dengan piyama Hello Kitty memainkan ponselku, berharap ia segera bergabung denganku di ranjang. Namun, sejak petang tadi ia sibuk dengan laptop dan ponselnya. Setiap aku bertanya ia hanya diam, dan menjawab sekenanya saja, seolah sengaja membuatku kesal, dan menguji kesabaranku. Akhirnya kuputuskan untuk tidur saja tanpa banyak bertanya, kumatikan lampu dan ponsel lalu menarik selimut dengan hati kesal. Pukul dua belas malam aku terbangun dan sadar bahwa lengan kekarnya melingkar di perutku, dia sudah tidur dengan dengkuran halus yang yang bisa kurasakan aliran napasnya di belakang leherku. Ah, apakah dia tidak seantusias aku malam ini? Entahlah, mungkin lelah. Aku tak tahu."Apa kau rindu padaku?" tanyaku mesra, di telinganya. Aku sengaja menggoda untuk membangkitkan hasrat dan kerinduan yang selama ini terpendam dan tertunda oleh banyaknya masalah yang timbul.a"Iya, sangat, kita sudah lama tidak merengguk madu asmara." dia membalas sambil sedikit menggigit cuping telinga ini. ada rasa geli dan sedikit gairah yang kemudian menjalar di seluruh tubuhku hingga membuat aku tak sanggup menahan diri.Kebetulan keadaanku sebagai wanita yang sedang hamil memicu hormon untuk lebih berhasrat akan kegiatan intim antara suami dan istri. Kulingkarkan tangan di lehernya lalu menatap matanya dengan manja, perlahan ia dekatkan wajah hingga bibir kami saling berpagutan dengan lembut, penuh Irama kasih sayang dan rindu yang mendalam."Aku juga merindukan pelukan dan kecupan bibirmu," jawabku semakin mendaratkan rasa manis itu di bibirnya "Kalau begitu apa yang kau tunggu?" tanyanya tertawa kecil. Diangkatnya tubuh ini ke ranjang, lalu perlahan kami saling berciuman, ber
Melihatku yang tiba tiba muncul dari pekatnya asap tentu membuat Roni sangat terkejut sekaligus lemas, dia yang tadinya tegang langsung melungsur terduduk di aspal dengan wajah sangat terguncang."Sayang, kamu kenapa?" tanyaku sambil tersenyum."Kupikir kau ditabrak dan terjadi hal yang tak kuinginkan," jawabnya dengan suara gemetar."Aku baik baik saja," jawabku tertawa. Kuambil botol air dari dalam mobil lalu meneguknya."Kita tak bisa lanjutkan perjalanan dengan keadaan seperti ini," balas Roni sambil melirik ban mobil. Dari kejauhan terdengar riuh klakson yang terhalang oleh puing dan rongsokan mobil yang melintang karena meledak di jalan."Jika kita tak segera pergi, maka polisi akan datang dan menangkap kita." mau tak mau aku dan dia harus mengais kembali sisa kekuatan dan keberanian dari rasa syok barusan. Aku tak bisa menyebut diri pemberani karena apa yang kulakukan sebenarnya adalah desakan dan keterpaksaan, aku harus menyelamatkan diri dengan cara apapun, sebisa yang kutahu
Dengan mengendarai mobil merah klasik kesayangan Papa, kami berkendara seratus kilometer menuju barat daya, tempat dermaga antar pulau berada. Selagi suamiku menyetir, kubuka jendela, membiarkan angin laut meniupkan wajah kami dengan embusannya. Kukeluarkan tangan sambil menikmati terpaaan sejuk yang membelai kulitku.Dari kiri suamiku melirik, dia mengulum senyum sambil menggeleng pelan menyaksikan betapa kekanakannya aku. mungkin berbagai dugaan dalam dirinya terbesit tentang aku yang tak bisa ia duga."Sudah sejak lama, sudah sejak aku menikah dengan Bendi, tak kutemukan bahagia atau tenang. Setiap momen dalam hidupku penuh luka dan pertengkaran, aku sangat menderita," ucapku."Harusnya kau bahagia denganku setelah lepas dari bui, lepas dari Erika dan segala yang berkaitan dengan mafia itu.""Hidup itu tak ada serunya tanpa membuat keonaran," balasku sambil tertawa tipis."Dan bodohnya ... aku mengikutinya membuat keributan. Apa boleh buat, aku sangat tersihir oleh cinta dan semu
Tok ... Tok.Aku dan Roni berdiri dengan napas tertahan di depan rumah Mama, menunggu pemilik rumah keluar dan bukakan pintu untuk kami. kulirik jam tangan yang sudah pecah kacanya tapi masih bisa menunjukkan waktu. Jam sepuluh pagi. Kupandangi pantulan diriku dari balik kaca jendela, berantakan dengan wajah berjelaga oleh debu dan bekas berjibaku dengan para penjahat itu."Ma ... Mama ...." Panggilku. Sengaja kami tinggalkan mobil di ujung jalan agar mama tidak perlu menyaksikan kendaraan penyok penuh bekas tembakan itu. Jika beliau melihat maka akan timbul banyak pertanyaan dan kehebohan."Siapa?""Aku Ma," jawabku.Suara engsel pintu Mama berderit pelan, dari balik pintu kulihat wajah wanita tersayangku yang berkharisma dan tegas. beberapa saat kami saling menatap hingga akhirnya mama paham apa yang terjadi."Melihat penampilanmu kau pasti sudah membuat banyak kerusakan," gumamnya."Boleh masuk?""Dengan catatan kau tidak akan membahayakan kami," ujar Mama mengangkat alis sebelah.
Setelah melaju beberapa km akhirnya aku dan suami bisa bernafas lega dan bisa mengendurkan sabuk pengaman kami."Yang tadi hampir saja membuat kita mati," ucapnya."Ya, kurasa kau benar," jawabku sambil meringis memegang lengan."Kau berdarah, kau harus dirawat di klinik terdekat.""Tidak itu akan jadi masalah," jawabku."Pasti sekarang Pendi sudah kabur dan polisi akan mendatangi villa itu untuk memeriksa kakatuaan apa saja yang telah terjadi. bisa ku tebak Bagaimana reaksi Kakak ketika diberitahu bahwa bila kesayangannya yang telah berumur ratusan tahun kini hancur berkeping-keping.""Ya, tempat itu sangat antik aku rasa kakek akan sangat murka."Aku menggumam sambil mengikat rambutku yang berantakan."... kita yang beritahu atau polisi?""Sebaiknya kita.""Apakah ponselmu bersamamu?" tanyaku."Iya, masih padaku.""Sial, ponselku terjatuh.""Kalau terjatuh dalam rumah, kita mungkin masih menemukannya.""Untuk sementara aku belum ingin ke sana, Bendi akan mengawasi kita dalam beberap
Dengan perlahan, aku merayap di antara pepohonan, berusaha tidak terlihat oleh para pria jahat yang sedang mengincarku dan mengepung vila Roni.aku berlari menuju sebuah mobil, menghujam tangki bensi dengan sebuah obeng tajam lalu membiarkan bensinnnya mengalir, kulakukan hal itu pada dua mobil lain hingga tiba tiba aku ketahuan oleh seorang wanita, anak buah Bendi yang terkenal bengis tanpa ampun dan licik, dia Oxana."Nyonya, apa yang anda lakukan di kolong mobil bos kami?" agak terkejut diri ini tapi aku berusaha untuk segera bersurut mundur menghindarinya.Tiba tiba dia layangkan tendangan ke bahuku, kakinya mendarat hingga terasa nyaris mematahkan tulang bahuku. "akh ..." satu tendangan sekali lagi, namun sigap kutangkap betisnya, aku siap menusukkan obeng ke tulang kering wanita berkepang panjang dan berkulit hitam itu. namun ia melompat salto dan nyaris saja permukaan sepatunya mengenai wajahku. aku bangkit, Kembali menerima serangan tinju dan pukulan, kuimbangi dengan coba m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen