Home / Rumah Tangga / Penjara Dendam Suami Konglomerat / Tidak Ada Jalan Keluar Untuk Aleeta

Share

Tidak Ada Jalan Keluar Untuk Aleeta

Author: SweetWater
last update Last Updated: 2025-01-24 13:10:00

Aleeta menyadari hari mulai beranjak pagi ketika ia melihat siluet cahaya menembus jendela kamarnya. Sepanjang malam ia terus terjaga. Duduk meringkuk di atas tempat tidur. Pikirannya kosong dan juga terasa buntu. Ia masih belum mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

Semalam setelah Nicholas mengatakan soal pernikahan, pria itu langsung membawanya ke sebuah apartemen yang saat ini ia tempati. Ia sudah berusaha memberontak tapi pria itu sama sekali tidak peduli.

“Menikah denganmu.”

Itu adalah kata-kata gila yang pernah Aleeta dengarkan. Bagaimana bisa Nicholas berkata seperti itu pada dirinya?

“Kamu sudah gila, ya?!” Teriak Aleeta ke hadapan Nicholas.

Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya.

“Berani sekali mulut kotormu itu menyebutku gila.” Nicholas berujar sinis.

Aleeta mendesah. “Lalu apa?! Kenapa tiba-tiba kamu mengajakku untuk menikah? Bukankah itu yang namanya gila? Dengar, Nicho. Aku nggak akan p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Mual Yang Berkelanjutan

    Sudah tiga hari ini Aleeta terus saja merasakan mual setiap kali ia bangun dari tidur. Tidak hanya itu. Bahkan setiap kali Aleeta selesai muntah, Aleeta pasti akan merasa lemas, dan pusing seperti yang pernah ia rasakan beberapa waktu yang lalu. Tentu saja hal itu membuat Nicholas panik dan khawatir. Tetapi setiap kali Nicholas hendak membawa Aleeta pergi ke dokter, wanita itu pasti akan menolaknya. “Kita ke dokter, ya,” bujuk Nicholas yang saat ini sedang duduk di sebelah Aleeta. Aleeta yang sedang duduk di atas tempat tidur itu langsung menggeleng. “Nggak, Nicho. Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku nggak mau pergi ke dokter. Kenapa kamu nggak mengerti juga?” Aleeta menatap sebal pada Nicholas. “Tapi kamu sakit, Aleeta.” “Aku yang lebih tahu keadaan diriku sendiri. Dan aku merasa, aku sedang nggak sakit.” “Aleeta, kamu—“ “Jangan pernah paksa aku lagi untuk pergi ke

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Mual Di Pagi Hari

    Aleeta terbangun saat merasakan mual yang tiba-tiba saja terasa mengaduk perutnya. Awalnya Aleeta ingin mengabaikan rasa mual tersebut. Namun, semakin lama mual itu semakin terasa mendesak dan naik ke tenggorokannya. Ia pun segera beranjak duduk seraya membekap mulut. Aneh. Tidak biasanya Aleeta merasa mual di pagi hari seperti ini. Apa jangan-jangan mual itu karena efek obat yang sedang ia konsumsi? Saat Aleeta sedang sibuk menerka-nerka tiba-tiba saja mual itu datang lagi. Kali ini Aleeta sudah tidak bisa menahannya. Ia segera turun dari atas tempat tidur, kemudian berlari cepat menuju kamar mandi. Begitu sampai di depan toilet, Aleeta pun langsung menumpahkan semua isi perutnya di sana. “Hooeeek!” Aleeta tidak hanya muntah sekali. Tetapi berkali-kali hingga rasanya tubuhnya menjadi lemas dan mulutnya terasa begitu pahit. Sementara itu, Nicholas yang masih terlelap ti

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Selena Melihat Nicholas Bersama Seorang Wanita

    Saat ini Nicholas sedang membantu Aleeta untuk mengemas barang-barangnya. Karena malam ini juga Aleeta sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. “Apa sudah semuanya?” Tanya Nicholas memastikan. Aleeta yang sedang duduk di hadapannya hanya bisa mengangguk pelan. “Sudah,” jawabnya singkat. Nicholas menatap Aleeta lekat. Ada sesuatu yang terasa menusuk dadanya setiap kali Aleeta bersikap seperti itu. Nicholas merindukan Aleeta yang seperti biasanya. Ia merindukan perhatian Aleeta, senyum Aleeta dan semuanya tentang Aleeta. Tapi, Nicholas juga cukup sadar dengan apa yang sedang terjadi di antara mereka. Jadi Nicholas juga tidak bisa berharap lebih. Tapi meskipun begitu. Ia tidak akan menyerah. Ia akan tetap berusaha membuat Aleeta percaya padanya, agar istrinya itu bisa kembali lagi seperti biasanya. Saat Nicholas hendak memindahkan tas Aleeta ke atas meja. Tiba-tiba saja ia mendengar ponselnya berdering. Ia s

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Peringatan Yang Kesekian Kalinya

    “Apa yang sedang kalian lakukan?!” Baik Aleeta maupun Lukas langsung sama-sama menjauhkan diri saat mendengar suara Nicholas yang menggelegar di dalam kamar perawatan Aleeta. “N-Nicho …,” Aleeta tertegun menatap kedatangan Nicholas. Memangnya pukul berapa sekarang? Kenapa Nicholas bisa berada di sini? Bukankah pria itu sedang ada meeting penting hari ini? Aleeta bertanya-tanya dalam hati. Sementara itu, Nicholas langsung melangkah mendekati Aleeta dan Lukas. Tidak. Lebih tepatnya mendekat ke arah Lukas. Tanpa mengatakan apapun, Nicholas langsung meraih kerah kemeja yang di kenakan Lukas, lalu menariknya berdiri hingga menjauhi ranjang tempat tidur Aleeta. “Apa yang kamu lakukan?!” Bentak Nicholas marah. Sedangkan Lukas hanya menanggapinya dengan tersenyum santai. “Pelankan suaramu, Nich. Kamu ingat kan kalau kita sedang berada di—“ “Jangan banyak bicar

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Rasa Takut Dan Kekhawatiran Aleeta

    “Kamu benar-benar nggak mau bercerita padaku, Luke?” Tanya Aleeta saat Lukas datang untuk menggantikan Karina. Kebetulan hari ini Karina sedang ada urusan. Sedangkan Nicholas juga ada meeting penting yang tidak bisa pria itu tinggalkan. Maka dari itu tidak ada pilihan lain selain menyuruh Lukas untuk menemani Aleeta. Apalagi hari ini adalah hari terakhir Aleeta di rumah sakit. Jadi harus tetap ada orang lain yang mendampingi Aleeta. “Cerita soal apa?” Lukas balik bertanya. Aleeta memutar bola mata. “Luka di wajahmu itu. Kamu belum mengatakan darimana kamu mendapatkan luka itu?” Sejak kemarin memang Lukas tidak pernah mau mengaku darimana pria itu mendapatkan luka memar di wajahnya. Bahkan meskipun Karina mendesaknya, dan menuduh Lukas mendapatkan luka itu dari hasil berkelahi dengan Nicholas pun, tetap saja Lukas tidak ingin mengakuinya. Dan hal itu tentu saja membuat Aleeta turut merasa p

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Hanya Sebagai Bentuk Tanggung Jawab

    “Sudah Selesai?” Nicholas masih terpaku pada sosok yang kini sedang berdiri di hadapannya. Pria itu mengumpat dalam hati. Apa yang harus Nicholas lakukan sekarang? “Aku kira kamu sudah nggak ingin menemuinya lagi.” Nicholas mengeram saat mendengar nada penuh cibiran tersebut. Ia tidak boleh membuat keributan di sini. Apalagi kalau sampai Selena mengetahuinya. Nicholas harus segera mencari tempat lain. “Ikut aku!” “Kemana? Padahal aku rasa di sini tempat yang bagus.” Nicholas langsung mengumpat kesal. “Luke, jangan memancing emosiku! Sekarang juga ikut aku!” Nicholas langsung menarik tangan Lukas untuk menjauhi kamar perawatan Selena. Ia membawa Lukas berjalan menuju ke arah halaman belakang rumah sakit. Karena hanya di sanalah satu-satunya tempat yang cukup sepi untuk Nicholas gunakan berbicara dengan Lukas. Atau lebih tepatnya beradu mulut dengan Luka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status