Share

Bab 188: Dalam Pelukan Gelap

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-13 11:17:50

Mahira menoleh cepat ke arah sumber suara yang membuat bulu kuduknya berdiri. Asap tipis menyelimuti langit-langit rumah hantu, dan dari balik kabut itu, muncul sosok mengerikan dengan leher miring dan mata kosong yang menggantung di udara.

Bayangan itu belum ada beberapa detik lalu, tapi kini mengambang tepat di jalur tempat Kirana barusan melintas.

“Timing-nya kok pas banget sih…” gumam Mahira, mendecak pelan, campuran heran dan kesal. Hantu gantung itu seperti tahu kapan harus muncul untuk menorehkan teror paling efektif.

Seketika, mereka bertiga—Mahira, Bayu, dan Aidan—bergegas mengejar Kirana yang tadi menjerit dan lari terbirit-birit.

Langkah mereka memantul di lantai kayu yang berderit, menyusuri lorong-lorong sempit yang dipenuhi tirai sobek, aroma lembab, dan suara-suara lirih yang dibuat menyerupai bisikan arwah.

Namun setelah dua tikungan tajam, jejak Kirana lenyap begitu saja, seolah ditelan dinding gelap.

Bayu berhenti, napasnya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 190: Janji yang Retak

    Ia berhenti sejenak. Suaranya berubah—lebih padat, lebih berat, seolah setiap kata membawa beban yang sudah lama dipendam.“Memang,” ucapnya akhirnya. “Aku sempat bicara pada kepala TK waktu tahu Aidan dan Bayu satu sekolah dengan Ellie. Tapi setelah kejadian itu—yang, kau tahu, cukup menghebohkan—aku janji pada diriku sendiri nggak akan campur tangan lagi. Demi Ellie.”Raka menunduk sejenak, jemarinya mengepal di sisi sofa seolah menahan sesuatu yang nyaris meledak.“Tapi semua ini... berawal dari Zelina. Dia lihat Aidan dan Bayu di halaman sekolah waktu nganterin Ellie pagi-pagi. Dan, seperti yang bisa kau tebak, dia langsung menemui kepala sekolah, minta mereka dikeluarkan. Aku baru tahu kejadian itu setelah kamu datang ke rumah.”Kirana tertawa pelan. Tapi tidak ada kehangatan di sana, hanya nada getir yang menggantung di udara seperti kabut dingin.Senyum sinis menyelip di sudut bibirnya, dan matanya—yang biasa lembut saat menatap anak-anaknya

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 189: Wajah di Antara Kabut

    Udara dingin Bandung malam itu menyelusup masuk lewat sela-sela jaket tipis Kirana, namun bukan hawa dingin yang membuat tubuhnya menggigil.Di tengah koridor sempit yang remang di sisi bangunan tua, ia bisa merasakan setiap detak jantungnya seperti genderang kecil yang memukul dadanya dari dalam.Tubuhnya masih gemetar, lututnya nyaris tak kuat menopang langkah.Tiba-tiba, sebuah suara yang tak asing mengalun, pelan namun dalam, seperti embun yang jatuh di atas kaca:“Kalau kamu sebegitu takutnya... kenapa datang ke sini?”Kirana membeku.Ia mengenali suara itu secepat indera penciumannya menangkap aroma yang menampar kenangan—aroma kayu manis dan hujan, aroma yang tak mungkin salah.Ia mendongak perlahan, seperti sedang berusaha menolak keyakinannya sendiri, dan mendapati sosok itu berdiri tak jauh di depannya.Raka.Wajah itu. Tatapan itu.Ada kecemasan di matanya, tapi juga keteguhan—campuran emosi yang memban

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 188: Dalam Pelukan Gelap

    Mahira menoleh cepat ke arah sumber suara yang membuat bulu kuduknya berdiri. Asap tipis menyelimuti langit-langit rumah hantu, dan dari balik kabut itu, muncul sosok mengerikan dengan leher miring dan mata kosong yang menggantung di udara.Bayangan itu belum ada beberapa detik lalu, tapi kini mengambang tepat di jalur tempat Kirana barusan melintas.“Timing-nya kok pas banget sih…” gumam Mahira, mendecak pelan, campuran heran dan kesal. Hantu gantung itu seperti tahu kapan harus muncul untuk menorehkan teror paling efektif.Seketika, mereka bertiga—Mahira, Bayu, dan Aidan—bergegas mengejar Kirana yang tadi menjerit dan lari terbirit-birit.Langkah mereka memantul di lantai kayu yang berderit, menyusuri lorong-lorong sempit yang dipenuhi tirai sobek, aroma lembab, dan suara-suara lirih yang dibuat menyerupai bisikan arwah.Namun setelah dua tikungan tajam, jejak Kirana lenyap begitu saja, seolah ditelan dinding gelap.Bayu berhenti, napasnya

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 187: Genggaman yang Terlepas

    Aidan menyeringai, nada suaranya seperti sengaja diatur agar terdengar ringan namun menusuk, “Masa Ibu takut? Nanti kami nggak bisa lihat Ibu jadi panutan kalau Ibu segitu pemalunya…”Kirana memandangi ketiga anaknya dengan alis sedikit terangkat. Sejenak ia diam—tatapan matanya seolah sedang menimbang antara harga diri dan ketakutan.Napasnya mengembus pelan, nyaris tak terdengar. Lalu, dengan gerakan lambat tapi pasti, ia mengangguk. “Ya sudah… Ibu ikut.”Senyuman licik Aidan dan Bayu langsung mekar. Mahira menggenggam tangan ibunya, menggiringnya seperti seorang pemandu berpengalaman.Mereka bertiga menuntun Kirana ke arah bangunan yang dari luar sudah tampak menantang: rumah hantu itu berdiri sunyi, dihiasi lampu-lampu kuning pudar dan suara angin buatan yang mendesir dari sela-sela jendela pecah.Dari kejauhan, Raka berdiri bersandar pada tiang bambu dengan mata yang tak pernah lepas dari keluarga kecil itu.Wajahnya serius, seperti men

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 186: Rumah Hantu

    Sementara itu, keresahan di dada Raka belum juga reda. Percakapan dengan Jaka barusan hanya menegaskan satu hal—waktu mereka semakin sempit.Elina tak bisa terus dibiarkan menunggu dalam diam. Kirana harus tahu. Harus.Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan nyaris putus asa. Jemarinya berulang kali menyentuh ikon panggilan, tapi jawaban yang datang tetap sama—hampa."Tidak dijawab." Kalimat itu berkali-kali menari di layar, seperti sindiran dingin yang menusuk ke dada.Wajah Raka mengeras. Rahangnya mengatup, matanya gelap. Ia sempat berharap, sekecil apa pun, bahwa Kirana mungkin masih menyisakan empati.Tapi harapan itu menguap seperti embun di tengah terik siang. Kirana—atau lebih tepatnya Elina—telah memblokirnya.Bukan sekadar penolakan, tapi seolah-olah ia benar-benar tak ingin ada jejak Raka lagi dalam hidupnya.“Gimana?” Jaka bertanya pelan. Wajahnya penuh kehati-hatian, tapi tatapan mata Raka sudah menjawab sebelum kata-ka

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 185: Cahaya di Antara Kabut

    Tanpa keraguan, Kirana mengangguk pelan. “Boleh. Nanti Ibu atur jadwal lesnya setelah kalian cukup istirahat, ya.”Bayu, yang sedari tadi duduk bersandar di dekat ibunya, langsung menengadah dan menggamit lengannya dengan manja.“Tapi boleh nggak Ibu juga ambil cuti sebentar?” tanyanya, mata bulatnya memohon penuh harap. “Kita udah lama banget nggak jalan-jalan bareng. Yuk ajak kami main! Kita pengen banget ke Taman Semesta. Bibi Mahira bilang tempatnya seru banget, Bu!”Nada suaranya seperti angin kecil yang mengetuk-ngetuk pintu hati Kirana, mengajak masuk ke ruang-ruang yang sudah lama ditinggalkannya—tempat di mana tawa dan kebersamaan bukan hanya kenangan, tapi kenyataan yang hidup.Kirana sempat terdiam. Ia mengembuskan napas, lalu memandangi wajah dua anaknya yang kini duduk bersebelahan, menatapnya penuh harap.Di balik binar mata itu, Kirana bisa membaca lebih dari sekadar keinginan bermain. Ada kekhawatiran tersembunyi—sebuah usaha kecil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status