Layar ponsel di tangan Kirana padam, menyisakan pantulan samar wajahnya sendiri di permukaan gelap itu. Jantungnya berdebar tanpa sebab yang jelas, seperti ada sesuatu yang tak terlihat tengah menarik-narik benaknya.Suara pria yang tadi terdengar di telepon masih terngiang—serak, berat, dengan gema yang menyisakan kesan... mengganggu. Ada nuansa asing dalam nada suaranya, tapi juga, secara ganjil, seakan Kirana pernah mendengarnya dalam suatu kehidupan yang telah lewat.Ia menarik napas, mengenyahkan rasa tak nyaman itu. Bukan saatnya untuk mengungkit masa lalu, pikirnya, meski dada kirinya belum juga tenang.“Lapar nggak?” suara Mahira menyelusup ringan ke telinga, disertai sentuhan hangat di lengannya. Temannya itu berdiri di sisi kanan, menggandeng erat lengan Kirana, seperti ingin membagikan semangat hidupnya yang tak pernah padam.“Kita udah berdiri dari tadi. Aku udah kelaparan, sumpah. Makan dulu yuk. Nanti kalau ayahnya datang, tinggal panggil aja,” ujarnya sambil mengedarkan
Terakhir Diperbarui : 2025-05-19 Baca selengkapnya