Tatapan si gadis berpindah perlahan, seakan takut cahaya mata Kirana terlalu terang untuk ditatap lama. Wajah Kirana tenang, teduh, seolah selalu tahu kapan harus menunggu dan kapan harus mendekat.Ada keraguan di sana, seperti mata yang sudah terlalu sering disakiti, terbiasa bertahan dalam lingkaran waspada. Namun di balik itu, secercah kepercayaan mulai muncul. Tipis sekali, rapuh, seperti tunas hijau yang berani menembus tanah basah setelah hujan pertama musim semi.“Kalo kamu nggak mau masuk, aku bisa tungguin kamu di sini,” ujar Kirana pelan, nyaris berbisik. Ada getar kecil dalam suaranya, seperti ia takut suara yang terlalu keras bisa menghancurkan kepercayaan yang baru saja terbentuk.“Dan kami juga bakal nungguin!” seru Aidan dan Bayu serentak dari belakang. Nada mereka riang, polos, penuh semangat. Seperti anak kecil yang baru menemukan teman main baru di halaman sekolah, tak sabar ingin berbagi tawa.Mahira menepuk keningnya, mendesah panjang. “Yaa ampun... cuma aku yang ke
Last Updated : 2025-05-19 Read more