Share

Hancur

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 16:44:33

Brugh! Tiba-tiba tas Naya jatuh ke lantai membuat keduanya langsung menoleh, detik kemudian Reza menegang melihat Naya sudah berlinang air mata.

"Naya," ucap Reza kaget membuat Naya langsung tersadar ia segera mengambil kembali tasnya dan menghapus air matanya, ia mengalihkan pandangannya sekilas lalu berusaha berekspresi se datar mungkin.

Dengan kekuatan yang ia miliki, ia melangkah mendekati meja Reza, lalu perlahan ia meletakkan paper bag berisi makanan tersebut ke hadapan Reza. Sedangkan Reza ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah istrinya tersebut.

"Jangan lupa makan siang, sehat selalu," ucap Naya sekuat hatinya, tapi matanya tidak bisa berbohong terus saja membendung air mata.

Reza tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang, antara kasihan, sedih dan merasa bersalah, bahkan bibirnya sulit untuk mengeluarkan satu katapun.

Naya yang melihat Reza hanya diam, langsung berbalik dan kembali berjalan keluar ruangan karena air matanya benar-benar sudah tidak bisa di ajak kompromi.

"Za, kamu kenapa?" tanya Nova yang merupakan sekretaris pribadi beberapa hari yang lalu. Reza langsung tersadar, ia langsung bangkit dan berlari keluar ruangannya. Ia melihat lift hendak tertutup secepat mungkin Reza Manahan lift itu lalu ia masuk.

Naya yang melihat itu buru-buru menghapus air matanya dan menekan lantai bawah, tapi Reza malah membatalkan itu dan menekan lantai terakhir, tepatnya ia ingin membawa Naya ke atap.

"Kakak ngapain disini? Pergilah," ucap Naya dengan nada yang begitu dingin. Reza tidak menjawab, begitu sampai atap Reza membawa Naya keluar.

Naya hanya diam, ia tidak ingin bertanya apa-apa karena sekarang menurutnya diam adalah senjata paling ampuh untuk hatinya yang sudah terlanjur hancur.

"Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan, Nay," ucap Reza membuat Naya mengangguk. "Aku tidak membayangkan apa-apa," jawab Naya datar sambil memandangi pemandangan di atas atap.

"Siapa yang menyuruh kamu kesini?" tanya Reza membuat Naya langsung tersenyum kecut. "Maaf jika kehadiranku mengganggu kamu, itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya," jawab Naya tanpa embel Kakak atau semacamnya membuat Reza serba salah.

"Bukan itu maksudku Naya, siapa yang memberikan alamat kantor ini untukmu dan siapa yang menyuruhmu kesini?" tanya Reza lagi.

"Sudahlah, tidak perlu di perpanjang, semuanya akan baik-baik saja tinggal jujur jika kamu sudah tidak menginginkan kehadiranku, maka aku akan sadar diri dan pergi sendiri," jawab Naya dengan santai tapi mampu membuat hati Reza ngilu.

"Sudah, jika sudah aku pamit, jangan lupa makan," ucap Naya hendak berbalik namun Reza terlebih dahulu menahan tangan Naya dan menarik gadis itu ke pelukannya.

Naya yang merasakan itu hanya diam seperti patung, tidak ada ekspresi atau semacamnya baginya semuanya sudah hancur.

"Kamu percaya kan samaku?" tanya Reza, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Naya, Reza langsung melonggarkan pelukannya lalu ia mencium gadis itu.

Naya hanya terus diam, tapi air matanya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Reza yang melihat Naya menangis langsung melepaskan ciumannya.

"Aku pergi dulu," ucap Naya datar lalu ia berbalik meninggalkan Reza. Reza yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berlari mengejar Naya.

"Aku antar pulang," ucap Reza membuat Naya langsung berhenti lalu menggeleng. "Tidak usah, lanjut kerja aja nanti perusahaan ini mengalami kerugian besar jika kamu lalai,"

Jleb! Sindiran pedas itu membuat Reza seperti di sengat listrik, sedangkan Naya langsung masuk ke dalam lift dan pulang.

Sadar dengan kepergian Naya, Reza buru-buru turun lalu menanyakan karyawannya terkait Naya. "Kamu lihat gadis yang baru saja keluar?" tanya Reza.

"Oh pengantar makanan itu Pak," jawab perempuan itu membuat Reza kaget. "Pengantar makanan?" tanya Reza bingung.

"Iya tadi ada yang menelpon katanya sebentar lagi akan ada pengantar makanan untuk Pak Reza," jawab karyawan tersebut membuat Reza bingung.

Disisi lain, Naya sampai di rumah, bagitu ia sampai mertuanya langsung menyambutnya di pintu. "Bagaimana Nay, Reza suka sama masakan kamu?" tanya Neni dengan muka palsunya, padahal sudah jelas ia melihat wajah menantunya itu terlihat murung.

"Suka Ma, terima kasih banyak udah membolehkan Naya ke sana," lanjut Naya lalu ia masuk ke dalam. Neni dan Sarah berusaha menahan tawa melihat ekspresi Naya.

"Mama yakin dengan cara ini kita bisa memisahkan mereka berdua?" tanya Sarah. "Yakin, karena mengadu domba mereka tiap hati pun tidak ada hasilnya, lihat saja ini Mama yakin babu itu tidak akan kuat," ucap Neni dengan ide liciknya membuat Sarah mangut-mangut.

Di kantor, Reza terus kepikiran Naya bahkan ia tidak bisa fokus dengan kerjaannya. "Kenapa sih Za? Buat apa mikirin gadis itu, padahal dia sendiri selalu buat ulah di rumah, masa dengan kesalahan kecil dan sepele harus kepikiran sampe segininya," gumam Rez berusaha fokus, namun hasilnya nihil.

Sore hari ia langsung mengemas semua berkasnya dan memilih membawanya pulang, walaupun malam ini harusnya ia lembur. Sekitar satu jam menempuh perjalanan akhirnya Reza sampai di halaman rumah, Neni dan Sarah yang melihat Reza pulang langsung pura-pura bersih-bersih.

"Assalamualaikum," ucap Reza. "Walaikumsalam, eh anak mama udah balik, tumben gak lembur?" tanya Neni yang dibalas gelengan oleh Reza.

"Iya Ma, lagi pengen balik cepat aja," jawab Reza sambil memperhatikan Ibunya yang sedang menyapu. "Naya mana Ma, dia gak gabung?" tanya Reza membuat Neni langsung memasang wajah polosnya.

"Mungkin di kamar, tadi begitu pulang dari kantor kamu, Mama lihat dia murung jadi ya udahlah Mama biarin aja mungkin capek," jawab Neni padahal Naya baru saja masuk ke kamar setelah selesai membersihkan dapur, ia masuk kamar karena ingin menunaikan sholat.

Reza terdengar menghela nafas, lalu mengangguk. "Maafin Naya ya Ma," ucap Reza, tanpa mereka sadari Naya mendengar obrolan itu, Naya hanya bisa menahan sesak di dadanya.

Ceklek! Terdengar pintu kamar di buka, Naya yang melihat itu buru-buru menyelesaikan pekerjaannya melipat baju lalu ia memasukkannya dalam keranjang.

"Mau kemana?" tanya Reza saat melihat Naya berjalan ke arah pintu. Naya tidak menggubris perkataan Reza, melihat itu Reza langsung kesal lalu menarik tangan Naya membuat sang empu hampir terjungkal ke belakang, beruntung Reza menangkap tubuhnya.

"Kamu kalo di bilangin suami jawab Nay," lanjut Reza, Naya langsung membuang pandangannya.

"Buat apa aku jawab, toh Kakak gak bakalan percaya juga apa yang aku katakan, yang Kakak tahu setiap hari aku yang salah, aku yang malas, aku yang cuma bersenang-senang, iya kan?" ntah keberanian dari mana kali ini Naya membalikkan semua omongan Reza.

"Tutup mulut kamu Naya, kamu memang salah selalu membiarkan keluargaku kerja sendiri," tegas Reza membuat Naya langsung geleng-geleng.

"Kalo salah buat apa Kakak tanya lagi, tetap aja jawabnya salah 'kan? percuma aku jawab apa juga sekali salah sampai kapanpun tetap salah Dimata kamu," lanjut Naya membuat Reza tidak percaya gadis yang selalu diam ketika ia marahin, kali ini malah menjawab.

"Percuma Kak, apapun yang aku lakuin dimata kamu tetaplah salah, aku memang beban iya 'kan?" suara Naya tiba-tiba bergetar menahan tangis membuat Reza langsung membuang pandangannya.

"Hapus air matamu aku tidak suka, kamu selalu berdalih dengan air mata untuk menutupi sifatmu," lagi-lagi ucapan Reza membuat hati Naya terus sakit lalu ia mengangguk, rasanya ia sudah capek dengan semua drama yang harus ia hadapi setiap harinya.

"Baik, jika itu yang Kakak inginkan, aku sebenarnya tidak ingin ada perpisahan tapi karena rumah tangga kita sangat sulit, tidak ada kepercayaan dan tidak ada kemandirian-"

"Tidak ada kemandirian maksud kamu apa?" tanya Reza dengan tatapan tidak suka. "Ingat Kak, aku dan Ibu adalah dua orang yang berbeda, jika kita terus seperti ini tidak misah dari keluarga sama saja itu tidak mandiri," tegas Naya.

Deg! "Jadi kamu mau ngatur aku gitu? Kamu mau nyuruh aku jauh dari keluargaku?" cecar Reza membuat Naya tersenyum kecut mendengar itu.

"Terserah Kak, satu hal yang perlu Kakak tahu aku manusia yang punya batas kesabaran, selama ini aku diam karena tidak ingin ada keributan, tapi kali ini maaf Kak hatiku sudah terlalu sakit," lanjut Naya lalu ia menghempaskan tangan Reza meninggalkannya sendirian di kamar.

Ternyata Neni dan Sarah mendengarkan perdebatan pasangan suami isteri tersebut, melihat Naya keluar dari kamar Neni langsung memberik kode pada Sarah untuk membuatkan minum.

Tok! Tok! Tok! "Nak, boleh Ibu masuk," panggil Neni, Reza yang sedang menenangkan pikirannya langsung menoleh ke arah pintu.

"Masuk aja Bu," jawab Reza. Neni masuk, lalu duduk di dekat Reza. Ia mengusap-usap pundak anaknya, tidak lama kemudian Sarah datang membawakan minum pada Reza. Dari kejauhan ternyata Naya melihat itu, ia tidak tahu harus bagaimana, sewaktu Ayah mertuanya masih hidup.

Hanya itu yang membelanya dan memberi kekuatan untuknya. "Kamu yang sabar ya Nak, Ibu tahu kok kamu gak bahagia dengan pernikahan pilihan Ayahmu ini," ucap Neni memulai percakapan.

"Sebenarnya aku pribadi kasihan sama Abang yang terus ngalah sama Kak Naya yang keras kepala dan suka bikin drama, cuma mau gimana lagi udah takdirnya," sambung Sarah mengompor-ngompori Reza.

Sedangkan Reza hanya seperti orang bodoh mendengarkan ucapan Ibu dan adiknya tersebut. "O iya bagaimana sekretaris baru kamu? Apa dia baik?" tanya Neni, ya Neni lah yang memilihkan sekretaris untuk Reza, ia sengaja memilih sekretaris yang cantik dan seksi supaya anaknya tergoda.

"Baik Ma," jawab Reza datar. "Baru kali ini loh kamu muji perempuan, selamat pernikahan kamu sama Naya aja, kamu gak pernah muji dia berarti emang bukan yang terbaik sih," lanjut Neni membuat Reza menghela nafas panjang.

Disisi lain, Naya meremas gamisnya menahan tangis. 'Kenapa harus aku ya Allah, kenapa seperti ini? Aku tahu engkau sangat benci dengan perceraian dan perpecahan tapi jujur aku sudah tidak kuat, aku takut suatu saat aku mati sia-sia karena terus di fitnah setiap hari. Tolong kasih aku jalan terbaik, aku mohon ... aku capek ya Allah, aku capek ...' ucap Naya dalam hati.

***

Malam hari, setelah selesai sholat isya, Naya merasa kepalanya sangat pusing, ia langsung memilih untuk istirahat karena terlalu capek memikirkan drama keluarganya setiap hari.

Ceklek! Reza masuk ke dalam kamar, detik kemudian ia tersenyum miring melihat Naya sudah meringkuk kedinginan.

"Dasar pemalas, liat aja kamu akan menyesal baru jam segini sudah tidur aja," umpat Reza pelan lalu ia merebahkan tubuhnya di ranjang, sesekali ia melirik ke arah Naya.

Tidak berselang lama Reza merasa aneh dengan naya tiba-tiba badan gadis itu menggigil tidak karuan. Reza turun dari ranjang lalu mendekati Naya, ia melihat badan Naya semakin meringkuk.

"Naya," panggil Reza sambil menggoyangkan tangan Naya, namun hasilnya nihil Naya tidak bangun. Reza menempelkan tangannya di kening Naya.

Detik kemudian ia kaget merasakan bada gadis itu sangat panas, tanpa membuang waktu Reza langsung membopong Naya ke ranjang. Reza keluar dari kamar berniat mengambil kompres. Bagitu ia sampai dapur ia melihat Mamanya sedang membuat teh manis.

"Nyari apa Za?" tanya Neni melihat Reza panik sendiri di belakang. "Mau buat kompres sama Naya, dia demam," jawab Reza membuat Neni langsung memutar mata malas.

"Itumah bukan demam, itu cuma akting karena kamu cuekin dia," ucap Neni membuat Reza diam sejenak mencerna ucapan Ibunya tersebut. "Iya juga sih Ma, tapi biarin lah setidaknya di obati," lanjut Reza membuat Neni langsung muak.

"Ini nih sikap kami yang terlalu baik membuatnya ngelunjak setiap hari, di depan kamu dia manja begitu kamu pergi kerja dia bersenang-senang sendiri di kamar kalian, menantu tak tau di untung!" ujar Neni membuat Reza menghela nafas.

"Sudahlah Ma, udah malam gak enak di dengar tetangga, aku akan coba nasehati Naya," ucap Reza tenang membuat Neni langsung meninggalkannya sendirian di dapur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status