Setelah selesai Reza kembali kamar lalu ia mengompres Naya, hampir lima kali ia mengganti air kompresan tersebut lalu ikut tidur di samping Naya.
Keesokan harinya, Naya bangun terlebih dahulu, namun alangkah kagetnya ia melihat Reza tidur di sampingnya, ia juga meraba keningnya, ntah kenapa ia selalu bahagia dengan perhatian kecil suaminya itu, rasa sakit di dadanya tiba-tiba saja berkurang.Naya mengamati wajah Reza yang sedang tertidur pulas, detik kemudian air matanya menetes. Rasanya percuma saja ia menaruh hari pada suaminya itu karena hasilnya juga sia-sia. Naya berjuang sendirian dengan cintanya sedangkan Reza berjuang demi ibu dan adiknya.'Aku gak tau sampai kapan kita akan bersama Kak, tapi apapun itu terima kasih untuk semuanya, jangan menyesal jika kamu sudah mengetahui semua kebenarannya dengan sendirinya,' ucap Naya dalam hati lalu ia mencium pipi Reza sekilas lalu ia turun dari ranjang.Setelah selesai sholat, Naya mendekati Reza yang masih tertidur pulas. Perlahan ia memegang tangan Reza. "Kak," panggil Naya lembut membuat Reza perlahan mulai terusik."Eugh," Reza mulai membuka matanya sambil menggeliat. Detik kemudian ia melihat Naya di sampingnya."Udah subuh Kak," ucap Naya lalu ia berbalik berniat untuk keluar, namun langkahnya terhenti saat Reza mencekal lengannya membuat Naya kembali berbalik. Detik kemudian Reza menarik tangan Naya membuat limbung dan jatuh di atas tubuh Reza."K–kak," panggil Naya gugup saat merasakan hembusan nafas Reza menerpa wajahnya. Sebenarnya Reza ingin sekali membuka jilbab Naya karena sejak awal pernikahan Naya belum pernah menampakkan rambutnya karena memang ucapannya sendiri diawal pernikahan yang tidak ingin melihat Naya membuka jilbab di hadapannya."Aku gak pengen kamu menggodaku ya, jadi bersikap dan berpakaian lah sopan jika di dekatku," ucap Reza membuat hati Naya terasa sesak, itulah sebabnya sejak awal pernikahan Naya tidak mau membuka jilbabnya.Sebenarnya bisa saja Reza membuka jilbab Naya seperti tadi malam saat ia mengompres Naya, namun hal itu tidak ia lakukan karena gengsi dengan ucapannya sendiri.Tiba-tiba saja Reza meletakkan punggung tangannya di kening Naya membuat Naya mematung sejenak. "Masih sakit gak?" tanya Reza datar, dengan cepat Naya menggeleng karena sudah tidak nyaman dengan posisi mereka.'Sebenarnya kamu tipe suami idaman banget Mas, hanya saja kamu terlalu banyak kercunan omongan Nama, sehingga aku selalu salah dimatamu,' ucap Naya dalam hati, tiba-tiba matanya terasa panas. Reza yang melihat itu langsung kaget, ia mematung sejenak melihat mata Naya yang mulai berkaca-kaca.Tidak ingin berlama-lama, Naya langsung bangkit dari atas Reza lalu ia buru-buru keluar dari kamar. Sama halnya dengan Reza setelah Naya pergi ia sadar bahwa itu bukan dirinya."Apa yang kamu lakukan Reza?" gumamnya lalu beranjak dari ranjang. Setelah selesai menunaikan ibadahnya, Reza keluar dari kamar matanya celingak-celinguk mencari Naya, hingga akhirnya ia melihat gadis itu sedang menyapu halaman belakang.Reza mengamati Naya dari kejauhan, tanpa ia sadari kalau Neni sudah di sampingnya. "Itu mah karena kamu disini Za, coba nanti kamu udah pergi kerja dia gak bakal mau kayak gitu," ucap Neni tiba-tiba membuat Reza kaget lalu menoleh."Mama," ucap Reza membuat Neni tersenyum. "Iya itu cuma akting, istri kamu kan jago akting sama dengan wajahnya yang sok alim itu," lanjut Neni membuat Reza terdiam.Pukul 7.30, Naya sudah selesai dengan ritual masaknya, ia berjalan menuju kamar memastikan Reza sudah siap.Ceklek! Begitu pintu terbuka Reza langsung menoleh detik kemudian ia tersenyum sekilas membuat Naya bingung. "Sini bentar," panggil Reza membuat Naya langsung menutup pintu lalu perlahan ia mendekati Reza."Nay, aku boleh minta tolong gak sama kamu?" Reza memulai obrolan, sedangkan Naya hanya mengangguk. "Abis setelah aku pergi kerja kamu jangan di kamar terus, boleh?" ucap Reza membuat hati Naya lagi-lagi seperti di cubit.Jleb! Ucapan Reza memang lembut tapi mampu membuat hati Naya seperti di sayat-sayat, dengan cepat ia mengangguk lalu menunduk, Naya tidak mau jika air matanya sampai terlihat oleh Reza karena pasti Reza bakal mengira dirinya sedang akting."Makasih Kak," jawab Naya lirih lalu ia meninggalkan Reza begitu saja. Sebenarnya ada rasa kasihan di hati Reza jika setiap hari ia harus menasehati, mendikte bahkan memarahi istrinya.Saat sedang makan pagi, Reza celingak-celinguk mencari Naya, ia heran karena Naya tidak gabung di meja makan. "Ma, Naya mana? Gak ikut makan?" tanya Reza sambil duduk."Alah udahlah namanya juga istri jago akting, palingan di mau nyari perhatian kamu lagi," jawab Neni datar membuat Reza langsung menghela nafas. Padahal Naya tidak ikut gabung makan karena suruhan Neni yang mengatakan dirinya tidak nafsu makan jika melihat wajah Naya.Sepanjang makan, mata Reza terus celingak-celinguk. Hingga akhirnya ia selesai maka, Reza pura-pura ke tempat cuci piring untuk menyuci tangan. Setelahnya ia berjalan ke arah pintu belakang.Detik kemudian ia mematung melihat Naya tertidur duduk di kursi belakang dengan wajah yang pucat. Reza langsung mendekati Naya lalu mengusap wajah gadis itu membuat Naya langsung membuka matanya.Detik kemudian ia kaget melihat Reza di hadapannya, buru-buru Naya berdiri sambil memperbaiki pakaiannya."Kamu masih sakit, mau ke rumah sakit gak?" tanya Reza khawatir melihat kondisi istrinya, Naya langsung menggeleng sambil berusaha tersenyum."Tidak perlu Kak, tidak usah mengkhawatirkanku, Kakak berangkatlah," jawab Naya yang dibalas anggukan oleh Reza. Sebenarnya ada rasa tidak tega di hati Naya, tapi ia juga tidak boleh terlalu memajakan gadis itu. Setelah Reza berangkat seperti biasa, Naya mengerjakan semua pekerjaan rumah, sedangkan mertuanya sudah pergi shopping.***Siang hari, perasaan Reza tidak enak, ia terus saja kepikiran dengan Naya. Reza langsung berinisiatif pulang saat jam istirahat. "Pak Reza mau kemana?" tanya Nova dengan sopannya membuat Reza langsung menoleh."Eh Nov, mau pulang dulu, makan siang di rumah aja," jawab Reza membuat Nova langsung tersenyum miring. "Saya boleh numpang ikut gak Pak, saya mau ketemu Tante Neni juga soalnya," ucap Nova dengan nada memelas membuat Reza langsung diam sejenak lalu mengangguk.Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Reza fokus menyetir sedangkan Nova sedang memikirkan berbagai cara agar bisa membuat Naya sakit hati. Sebenarnya ia dan Neni sudah kerja saja.Sampai di rumah, Naya yang sedang menyapu di ruang tengah langsung heran melihat mobil suaminya di halaman rumah. Ia berjalan menuju pintu, namun detik kemudian langkahnya terhenti saat melihat Nova keluar dari dalam mobil."Makasih banyak ya Pak," ucap Nova, tidak sengaja ia melihat Naya dari kejauhan. "Iya sama-sama," jawab Reza membuat Nova diam sejenak."Em Pak, maaf itu di baju Bapak ada hewan," ucap Nova membuat Reza langsung meraba kerah bajunya. "Maaf Pak," ucap Nova lalu mendekati Reza dan sedikit berjinjit. "Sudah Pak," jawab Nova."Terima kasih," lanjut Reza lalu ia berjalan menuju pintu, detik kemudian ia kaget melihat Naya ada di pintu. "Assalamualaikum," ucap Reza. "Walaikumsalam, Kak boleh aku bicara sebentar," ucap Naya membuat Reza langsung melirik Nova sekilas."Di kamar aja, kamu tunggu disini ya," ucap Reza pada Nova. "Iya Pak," jawab Nova. Reza dan Naya berjalan beriringan ke atas. Sampai di kamar Reza langsung melonggarkan dasinya. "Mau ngomong apa?" tanya Reza membuat Naya langsung menarik nafas dalam-dalam."Sebenarnya aku ingin mengucapkan satu hal Kak, tapi sebelumnya aku mau berterima kasih sama Kakak yang udah baik banget samaku, selalu menasehati dan bahkan merawatku saat sakit," ucap Naya berusaha tenang, tapi tidak dengan Reza ia malah penasaran dengan ucapan Naya."Aku tahu Kak, aku bukanlah istri yang baik, melainkan istri yang manja dan selalu bersenang-senang saat Kakak pergi kerja d–" tiba-tiba ucapan Naya terpotong. "Kamu mau ngomong apa Nay? Jangan bertele-tele," potong Reza membuat Naya kembali menarik nafas lalu ia menatap dalam manik suaminya itu."Aku mau pisah Kak,""Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse