Share

Surat Papa untuk reza

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-10 11:52:18

'Ya tuhan, itu beneran Nayaku,' lagi-lagi hati Reza seketika senang padahal cuma melihat Naya. "Heh lihat-lihat itu pak Alex yang punya pabrik ini," ucap seseorang membuat semuanya karyawan langsung melihat ke arah Alex dan Reza.

"Ya ampun, ganteng banget," heboh para karyawan. "Gila sih, itu mah udah kayak pangeran berkuda putih," "Hu … halu mulu,"

Reza memilih berjalan-jalan diantara karyawan karena ia tidak ingin di lihat oleh semuanya, walaupun ia sudah memakai masker dan topi. Pelan-pelan ia berjalan menuju Naya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Tanpa sepengetahuan Naya, Reza berjalan menuju tempatnya lalu berdiri tepat di samping Naya, sesekali ia melihat gadis itu.

"Ganteng ya Nay?" tanya Silvi yang merupakan sahabat Naya, Silvi lah yang memberi tumpangan pada Naya sekaligus mencarikan pekerjaan untuk temannya tersebut.

"Hum," jawab Naya sekilas lalu ia kembali fokus pada kerjaannya. "Ih cuek amat, gak boleh gitu tar tiba-tiba malah suka lagi," sindir Silvi membuat Naya langsung menyentil dahinya.

"Akh," ringis Silvi sambil lalu mengusap dahinya. "Kenapa otakmu gak bisa santai, ya kali orang sukses seperti Pak Alex mau sama babu seperti kita.

Tolonglah jangan berharap terlalu tinggi, seandainya dia mau sekalipun harga diri kamu tidak ada ubahnya seperti sampah, zaman sekarang pangkat setara dengan pangkat, kalo babu ya tetap aja babu walaupun kamu menikah dengan orang berpangkat," omel Naya.

Deg! Reza yang mendengar itu hanya bisa diam sesekali melirik Naya yang masih berstatus istrinya tersebut, ia merasa tersindir dengan ucapan tegas itu. Ntah kenapa ia belum kepikiran sedikitpun untuk menggugat cerai Naya.

"Oke baiklah, seorang mantan istri CEO, tapi Naya gak semua laki-laki seperti suami kamu," lagi-lagi Silvi memberikan nasehat pada Naya.

"Bodo amatlah, aku gak peduli, jika dengan seperti ini saja aku sudah bahagia, buat apalagi mikirin hal seperti itu," lanjut Naya membuat Silvi melongo.

"Ish … jangan ngomong gitu, kita itu butuh laki-laki Nay, tempat bersandar, berkeluh kesah, manja-manja," sanggah Silvi. "Huh, pernikahan itu nggak seindah yang kamu bayangkan Silvi, sekarang aja kamu bilang enak indah dan segala macam kalau udah ngerasain dahlah ... yang kamu bilang itu cuman ada di dunia halu," ujar Naya.

"Nggak halu Nay, pada kenyataannya laki-laki itu harusnya begitu," Sanggah Silvi. "Betul sih, tapi jika aku sendiri aja mampu, ngapain berharap sama laki-laki yang gak nganggap keberadaanku karena hanya aku miskin, percuma yang ada malah batin terus," lagi-lagi ucapan menohok Naya membuat Reza yang disampingnya langsung tercekat. Ia melirik Naya yang benar-benar fokus dengan kerjaannya.

Hingga Alex selesai berbicara di depan, Reza terus di samping Naya. Setelah melihat Alex melambaikan tangan, mengajak Reza pulang. Barulah Reza meninggalkan Naya, tapi sebelum pergi ia sempat menoleh ke belakang melihat gadis itu yang fokus kerja tanpa meliriknya sedikitpun.

"Eh Naya, tadi yang disamping kamu yang pake masker siapa dah?" tanya Silvi membuat Naya langsung menggedikkan bahunya. "Mana aku tahu, aku gak peduli juga," jawab Naya dengan datarnya membuat Silvi langsung memutar mata malas.

Bagitu mereka di dalam mobil, Reza langsung membuka masker dan topinyanya lalu menarik nafas dalam-dalam membuat Alex bingung. "Kenapa?" tanya Alex yang mulai menyetir.

"Saya bertemu Naya," jawabnya membuat Alex kaget. Citt! Alex mengerem mobil mendadak karena kaget dengan ucapan Reza. "Hah? Serius? Dimana?" tanya Alex tidak percaya.

"Di pabrikmu," jawab Reza sambil memijit pelipisnya membuat Alex seperti orang bodoh, apakah dunia ini terlalu sempit, hingga pertemuan Reza dan Naya harus melibatkan dirinya. "Yang mana? Kenapa kamu gak ngasih tau tadi?" tanya Alex semakin penasaran.

"Saya sengaja Lex, karena saya pun belum berani menunjukkan diri saya. Kamu ingat tadi saya berdiri di samping karyawan, nah tepat di samping saya itu Naya," jawab Reza membuat Alex mendengus kesal.

"Ya mana saya tau yang mana orangnya kamu kan berdiri diantara banyak karyawan," kesal Alex lalu mereka kembali melakukan perjalanan.

Hampir empat jam lebih menempuh perjalanan akhirnya keduanya sampai. "Lex makasih sebanyak-banyaknya melalui kamu setidaknya saya bisa melihat Naya," ucap Reza yang dibalas anggukan oleh Alex.

"Sama-sama lain kalo ada waktu kita kesana lagi, tapi ini agak aneh sih pertemuan kalian ini harus melalui saya gitu," jawab Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "Alhamdulillah,"

Sampai di rumah, Reza bahkan senyum-senyum sendiri karena sudah mengetahui keberadaan istrinya tersebut. "Reza," panggil Neni membuat Reza yang baru saja masuk diamang pintu langsung menoleh.

"Eh Ma," ucap Reza. "Duduk bentar," suruh Neni membuat Reza langsung duduk. "Kenapa Ma?" ucap Reza bingung melihat mamanya yang tampak senyum-senyum sendiri.

"Reza, Mama mau jodohin kamu sama Nova," ucap Neni membuat Reza langsung kaget. "Ma," ujar Reza. "Dengerin Mama dulu, Mama kasian lihat kamu sendirian terus, setidaknya kalo kamu nikah sama Nova kamu punya istri, Mama juga bisa gendong cucu," lanjut Neni membuat Reza langsung menyandarkan tubuhnya ke sisi sofa

"Gak bisa gitu Ma, aku sama Naya belum cerai," bantah Reza. "Ya udah tinggal ceraiin apa susahnya," jawab Neni dengan santainya membuat Reza langsung kesal.

"Kita bahas ini lain kali aja Ma, aku lagi gak mood," ucap Reza mangalihkan pembicaraan lalu ia beranjak dari sofa.

Saat hendak masuk ke kamarnya, tidak sengaja ia melihat kamar almarhum Papanya terbuka, dengan langkah gontai ia masuk ke dalam kamar itu.

Ya, semenjak Papanya tidak bisa jalan atau lumpuh, Mamanya tidak mau sekamar lagi dengan alasan jijik dan sebagainya, hingga mereka menggaji orang lain demi mengurus Papanya.

Reza duduk di tepi ranjang, tiba-tiba ia teringat dengan almarhum Papanya. Tanpa sadar air matanya menetes mengingat ia jarang mengurus Papanya karena terlalu sibuk bekerja.

"Maafin Reza Pa," ucap Reza sambil mengusap kasur yang di duduknya. Saat ia membenarkan seprainya memasukkannya ke bawah kasur, tidak sengaja ia meraba sesuatu.

Reza mengambil amplop tersebut karena penasaran ia membuka terdapat kertas di dalamnya.

[Dear Reza, Papa bangga punya anak sukses kayak kamu, baik, ramah dan penurut. Maafkan Papa jika belum bisa memberikan yang terbaik untuk kamu. Tapi Reza satu hal yang harus kamu tahu, Papa sangat bangga dan bersyukur mempunyai menantu seperti Naya.

Walaupun pada dasarnya Mama kamu, adik kamu, bahkan kamu sekalipun tidak menyukai gadis itu, tapi Papa sangat menyukainya mulai dari tutur katanya dan perlakuannya yang membuat Papa tidak pernah merasa sendiri.

Reza ingat Nak kamu memang belum bisa mengurus Papa karena sibuk dengan pekerjaanmu, Mama dan adikmu bahkan jijik melihat Papa. Awalnya Papa sempat sedih dan sakit hati karena tidak ada yang peduli saat Papa sakit.

Namun, sedih itu hilang saat Naya hadir, dia selalu menemani Papa setiap hari, ia tidak pernah sungkan untuk menyuapi Papa dan bahkan bercerita -cerita dengan Papa.

Sejak saat itu Papa gak pernah merasa kesepian, kalian memang menyewa orang untuk mengurus Papa, tapi itu hanya sekedar mengurus dan itupun tidak full seharian karena Pak Ujang juga punya keluarga.

Papa tahu kamu sangat membenci Naya karena selalu di kompor-kompori sama Mamamu dan Sarah. Nak, Papa tidak akan pernah memaksa kamu melanjutkan pernikahan kalian. Jika kamu memang tidak bisa membahagiakan Naya, setelah Papa tiada tolong lepaskan gadis itu.

Biarkan ia mencari kebahagiaannya sendiri, Papa sedih Nak mendengar curhatan gadis itu yang selalu kalian kucilkan. Maafin Papa sudah salah memilih menantu buat kamu, tapi setidaknya Papa bersyukur dengan adanya Naya, Papa sangat bersemangat untuk sembuh walaupun pada kenyataannya mungkin tidak bisa.

Papa tidak tahu kamu akan membaca surat ini atau tidak, tapi disini Papa bersaksi bahwa Naya adalah gadis yang baik, dia tidak seperti yang di bicarakan oleh Ibu dan adikmu. Titip salam buat Naya jika ia masih bersamamu, katakan jika Papa sangat menyayanginya dan tolong katakan permintaan maaf Papa tidak bisa selamanya mendengarkan curhatannya yang pilu itu.

Love Papa to Reza]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status