Share

Naya Sakit

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-11 14:00:59

Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman.

"Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi.

"Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri.

"Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza.

"Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.

***

Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengatakan malas membersihkan rumah dan malas memasak. Ia memilih diam saja karena percuma juga melawannya.

Siang ini Reza pergi ke kantor Alex, ia sangat ingin pergi ke pabrik melihat Naya. Tok! Tok! Tok! "Masuk," ucap Alex membuat Reza langsung membuka pintu.

"Eh Reza, sini duduk," ajak Alex membuat Reza langsung duduk di hadapan Alex. "What happen?" tanya Alex membuat Reza langsung menarik nafas dalam-dalam.

"Ke pabrik yuk," ajak Reza membuat Alex langsung menautkan alisnya. "Ngapain? Baru seminggu yang lalu kesana," tanya Alex.

"Sa–saya pengen lihat Naya," jawab Reza terbata membuat Alex kaget lalu ia terkekeh. "Haduh, Reza - Reza … sekarang aja kamu bisa ngomong gitu, kemaren saat Naya ada kamu sepertinya tidak pernah ngomong seperti ini," ucap Alex di sela-sela tawanya.

"Iya sih," jawab Reza. "Tapi kamu kesana tetap ingin sembunyi, belum mau nunjukin wajah kamu," tebak Alex yang dibalas anggukan oleh Reza.

"Gini Za, saya masih punya banyak tugas disini kalo kamu mau kesana berangkat aja, pake supir saya karena beliau udah hafal banget jalan kesana," lanjut Alex membuat Reza langsung berfikir.

"Kesana tanpa kamu aneh banget, ntar yang ada malah pada bingung," ucap Reza membuat Alex manggut-manggut. "Iya juga sih, em gini aja bilang aja kamu gantiin saya mantau karena saya belum bisa kesana," usul Alex.

"Berarti saya bawahanmu dong," ujar Reza tidak terima membuat Alex menggedikkan bahunya. "Ya mau gak mau, 'kan kamu yang mau kesana kalo saya mah palingan ntaran akhir bulan kalo sempat," jawab Alex membuat Reza bingung, tapi ntah kenapa setelah membaca surat Papanya tadi malam rasanya ia ingin sekali bertemu dengan Naya.

"Ya sudah kalo gitu saya izin kesana ya," lanjut Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Hati-hati, kalo bisa sih yang gentle haha," ledek Alex membuat Reza menatap tajam ke arahnya. "Berisik!"

***

Disisi lain, Nova merasa aneh dengan Reza mulai dari sikapnya yang dingin bahkan Reza sering gak di kantor. Ia meraih ponselnya lalu menghubungi Neni.

[Pagi Tante,] ucap Nova. [Pagi sayang, kamu gak kerja?] tanya Neni. [Harusnya sih kerja Tante, cuma akhir-akhir ini tuh aku bingung sama anak Tante] ucap Nova membuat Neni langsung menaikkan alisnya sebelah.

[Kenapa dengan Reza?] tanya Neni. [Dia sering gak di kantor Tante, apa dia pulang ke rumah?] jawab Nova. [Hah? Gak di kantor? Reza gak ada di rumah, dia gak pernah pulang sebelum magrib] jawab Neni kaget mendengar ucapan Nova.

[Yah kan, aku juga udah curiga ada yang aneh sama Mas Reza, kemana ya kira-kira? Soalnya tuh pas jam ngantor sering banget gak ketemu Pak Reza padahal penting mau tanda tangan] terang Nova membuat Neni langsung berfikir.

[Apa jangan-jangan dia mencari Naya ya?] tebal Neni membuat Nova langsung kaget. [Hah? Ih jangan ih, kayak gak ada perempuan lain aja Tante] jawab Nova jijik mendengar nama Naya.

[Bukan gitu, masalahnya Reza belum mau menceraikan Naya, Tante juga udah curiga sama dia] terang Neni, Nova langsung menghentakkan kakinya. [Lah trus gimana dong Tante?]

[Tante juga gak tau, tapi kamu bantu Tante aja selidiki kemana Reza pergi, buntuti aja gak apa-apa] suruh Neni. [Serius Tante?] ujar Nova. [Iya, Tante juga akan coba cari tahu] jawab Neni.

[Ya udah, oke deh Tante, bye] Neni meletakkan ponselnya di meja lalu mulai berfikir kemana-mana tentang Reza, pasalnya ia tidak ingin Reza mencari Naya.

"Reza sering bolos ngantor? Gak biasanya dia kayak gini, kalo benar dia mencari Naya, awas kamu Naya!" kesal Neni. Ia merasa lantai sudah sangat kotor bahkan di injak sudah tidak nyaman. "Aduh … ini rumah lagi gak kunjung bersih-bersih," kesalnya lalu mengambil sapu lalu menyapunya asal-asalan.

***

Hampir setengah hari melakukan perjalanan akhirnya Reza sampai di pabrik Alex. Tanpa membuang waktu ia langsung memasang masker dan juga topinya lalu ia keluar dari mobil.

Tidak ingin tergesa-gesa ia terlebih dahulu ke ruangan Wawan untuk menyapa tangan kanan Alex tersebut. Tok! Tok! Tok! "Masuk,"

Reza masuk lalu melepas maskernya membuat Wawan yang sedang berkutat di depan lap top langsung berdiri. "Pak Reza," sapa Wawan yang dibalas anggukan oleh Reza.

"Pak Alex gak ikut Pak? Silahkan duduk," ucap anggota Alex itu. "Nggak, soalnya Alex masih ada kerjaan penting, saya datng sendiri aja," jawab Reza lalu duduk di sofa. "Oh iya, iya,"

"Saya mau ke tempat karyawan boleh gak?" tanya Reza. "Boleh Pak," jawab anggota Alex itu. " Terima kasih, o iya minta tolong jangan panggil saya Reza ya, panggil saja Anugrah," lanjut Reza. "Oke siap Pak,"

Belum sempat Reza keluar tiba-tiba ada karyawan yang masuk ke dalam ruangan, Reza tidak asing dengan wajah wanita itu. "Pak Wawan, maaf,"

"Ada apa Silvi?" tanya Wawan bingung melihat Silvi seperti orang panik. "Pak saya izin pulang duluan ya hari ini," ucap Silvi membuat Wawan bingung. "Loh kenapa?"

"Teman saya Naya sakit Pak, udah dua hari ini dia lemas karena darah rendah. Sekarang dia lagi di rawat di kosan, tapi di kosan gak ada siapa-siapa," terang Silvi.

Deg! Reza langsung mematung mendengar ucapan Silvi itu. "Oh Naya yang kemaren pingsan ya," lanjut Wawan. "Iya Pak,"

'Pingsan?' ucap Reza dalam hati. "Baiklah, kamu boleh pulang sampaikan salam saya pada Naya ya, bilang cepat sembuh biar bisa kerja lagi," lanjut Wawan yang dibalas anggukan oleh Silvi.

Saat Silvi hendak berbalik, Reza memanggilnya membuat sang empu kembali menoleh. "Iya Pak," sahut Silvi. "Mau saya antar?" tanya Reza membuat Silvi sedikit bingung lalu menggeleng begitu juga dengan Wawan.

"Tidak usah Pak, saya bisa jalan sendiri gak jauh kok dari sini," tolak Silvi membuat Reza langsung berfikir bagaimana caranya ia bisa ikut ke kosan Silvi.

"Em … gak apa-apa, saya sebagai atasan disini tepatnya menggantikan Alex bertanggung jawab terhadap seluruh karyawan, karena kebetulan Alex belum bisa hadir kesini. Maka saya yang akan menggantikannya menjenguk teman kamu," jawab Reza panjang lebar membuat Silvi langsung tersenyum manis. "Baik Pak, terima kasih banyak,"

"Mari," ajak Reza lalu mereka berdua keluar dari ruangan, Wawan sebenarnya sedikit bingung dengan sikap Reza, pasalnya Alex tidak sampai segitunya terhadap karyawan.

"Ah sudahlah, mungkin Pak Alex memang mempercayakan Pak Reza disini karena beliau lebih perhatian," gumam Wawan lalu kembali berkutat dengan lap topnya.

Selama perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya, Reza berusaha mencari kata yang tepat untuk bertanya soal Naya. "Sejak kapan teman kamu sakit?" tanya Reza membuat Silvi langsung menoleh.

"Sebenarnya dua Minggu yang lalu Naya itu udah sakit Pak, nah saya bawa berobat ke dua tempat yang berbeda yang pertama mengatakan Naya tipes, nah satu lagi ada yang mengatakan Naya darah rendah.

Naya tidak mau di rujuk ke rumah sakit, ia lebih memilih berobat jalan. Setelah beberapa hari Naya mulai oke, tapi belum sembuh banget trus dia maksain buat kerja, eh kemaren malah pingsan di pabrik karena kecapean," terang Silvi membuat Reza langsung manggut-manggut, ia teringat dengan wajah Naya yang pucat beberapa hari sebelum mereka berpisah.

"Kenapa gak dirawat dulu aja di rumah sakit?" tanya Reza semakin penasaran, Silvi menautkan alisnya heran. "Ih Bapak mah, kalo di rumah sakit mahal Pak. Naya gak sanggup makanya dia memilih berobat biasa saja, udah biaa bayar kosan berbulan-bulan itu biaya rumah sakit," jawab Silvi sambil terkekeh membuat Reza mengangguk.

"Pak, depan Pak. Itu kosan saya," tunjuk Silvi membuat Reza langsung melambatkan mobil lalu berhenti tepat di depan kosan Silvi.

Dari dalam rumah, Naya yang sedang di infus langsung menoleh ke arah jendela, ia melihat ada mobil terparkir di depan kosan mereka. "Mobil siapa itu?" ucapnya lirih. "Assalamualaikum,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Istani
suka ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status