“Kamu kenal dia, San?” tanya Rio sambil melihat ke arah Sandra.Sandra melihat ke arah dua orang pria yang ada di dekatnya itu. Dia sedikit bingung harus memberikan jawaban apa pada Rio saat ini.“Dia ... dia itu ....”“Aku suaminya! Sandra, ikut aku!” Devan langsung meraih pergelangan tangan Sandra. Devan langsung membawa Sandra meninggalkan Rio tanpa memedulikan pemberontakan Sandra. Dia tetap membawa Sandra meninggalkan hotel dan langsung membawa wanita itu ke mobilnya.“Masuk!” perintah Devan saat dia membuka pintu mobilnya.Sandra yang memberontak pada ajakan Devan, tetap bertahan di sisi mobil, menolak masuk ke mobil Devan. “Masuk, Sandra!” perintah Devan lagi.Sandra melihat ada beberapa orang yang ada di sana sedang melihat ke arahnya. Dia malu menjadi tontonan banyak orang saat ini, sehingga Sandra memutuskan untuk tetap masuk ke dalam mobil Devan.Setelah melihat Sandra masuk ke dalam, Devan segera berjalan memutar menuju ke kursi pengemudi. Dia menyuruh Raka pulang sendi
“Sandra!” panggil seseorang dari belakang Sandra.Mendengar ada orang yang memanggilnya, Sandra pun segera menoleh ke arah orang itu. Bukan hanya Sandra tapi Siska pun ikut menoleh untuk mencari tahu siapa orang yang memanggil putrinya.Sandra melihat ke arah pria yang saat ini sedang berjalan ke arahnya. Pria yang sepertinya sudah menunggunya.“Kok Rio ada di sana, San? Dia tadi gak bareng kamu pas pulang,” tanya Siska.“Gak Bu, ntar aja Sandra ceritain semuanya,” ucap Sandra.“San, aku mau ngomong sama kamu,” ucap Rio saat dia sudah ada di depan Sandra.“Aku capek, Bang. Maaf, aku pengen istirahat,” tolak Sandra.“Bentar aja, San. Aku cuma pengen nanyain tentang ....”“Maaf Bang, aku belum bisa cerita soal itu.” Sandra memotong ucapan Rio.Ada guratan rasa kecewa di hati Rio saat ini. Dia sengaja menyusul Sandra pulang dan menunggunya di dekat gang demi mendapatkan penjelasan.Tapi saat dia sudah ada di hadapan Sandra pun, wanita cantik itu tetap menolak memberikan penjelasan a
Perhatian Sandra beralih pada suara getar ponsel miliknya yang ada di atas meja. Sandra meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya saat ini.“Siapa ini?” ucap Sandra yang tidak mengenali nomor yang meneleponnya saat ini.“Siapa, San?” tanya Siska ingin tahu.“Gak tau, Bu. Bentar ya, Sandra terima dulu.”“Halo,” sapa Sandra saat dia menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal. “Sandra! Aku udah peringatkan kamu ya ... jangan berani deketin Devan lagi. Apa masih kurang jelas, hah!” sembur Irene yang langsung memaki Sandra.“Irene ... kok dia bisa tau nomer aku?” gumam Sandra sambil melihat layar ponselnya.“Sandra! Sandra ... kamu denger aku gak?!” Irene terus mengomel di seberang sana.“Heh Irene! Aku sama sekali gak tertarik ya buat godain Mas Devan lagi. Mendingan kamu jagain dia baik-baik dan gak usah ganggu aku lagi,” balas Sandra tidak ingin kalah dari Irene.“Kalo kamu gak kegatelan, pasti Devan gak akan mau deketin kamu lagi.”“Jangan semba
Tok tok tok.“Masuk,” ucap Sandra yang duduk membelakangi pintu ruangan.Sandra menoleh ke belakang saat dia tidak mendengar suara orang yang datang ke belakang. Dia ingin tahu siapa orang yang datang ke ruangannya saat jam istirahat.“Bang,” sapa Sandra pelan.“Kamu sendirian? Apa kamu lagi sibuk banget?” tanya Rio sambil melihat ke arah meja kerja Sandra.“Ya gitu lah. Eh ya, makasih ya Bang atas kiriman makan siangnya,” sahut Sandra berbasa-basi.Rio tidak menjawab. Dia melihat ke arah meja dan menemukan dua makanan ada di sana. Satu makanan tentu saja dia kenali, karena itu adalah makanan yang tadi dia pesan untuk Sandra dari kantor. Namun, Rio lebih memilih untuk melihat ke arah makanan yang masih berada dalam kotak tertutup itu.“Kamu udah pesen makanan sendiri?” tanya Rio dengan nada yang dingin.“Emm anu, Bang. Itu ....”“Emang aku salah sih. Harusnya tadi aku bilang dulu ya ke kamu kalo mau kirim makanan ke kamu.” Rio memotong ucapan Sandra.Sandra tidak menjawab apa yang
Sandra membeku mendengar pertanyaan Rio. Dia sampai tidak bisa menggerakkan mulutnya untuk menjawab apa yang saat ini sedang dinantikan oleh Rio.Rio tersenyum melihat reaksi Sandra. Dia menganggukkan kepalanya sendiri menyesali apa yang sudah dia tanyakan sebelumnya.“Aku udah tau jawabannya. Ya udah, kamu makan dulu gih. Jangan sampe sakit ya,” ucap Rio mencoba tegar.“Bang, bukan gitu maksud aku.” Sandra berusaha untuk membuat Rio tidak berpikiran buruk pada dirinya.“Gak papa kok, San. Itu wajar, kan kalian emang udah nikah. Dan kalo pun kamu masih cinta sama suami kamu itu juga hal yang wajar.”“Tapi itu bukan suatu ukuran, Bang.”Rio melihat ke netra Sandra. Dia ingin mencari sebuah kejujuran atas apa yang Sandra katakan.“San, kalo sekarang pertanyaannya aku balik jadi ... apa aku masih boleh deket sama kamu? Deket sebagai pria dan wanita meski sekarang aku tau kalo kamu sudah bersuami,” tanya Rio dengan serius.Lagi-lagi Sandra dibuat mati kutu oleh Rio. Dia terdiam tanpa k
“Itu kan ....”Sandra menghentikan langkah kakinya saat dia melihat sosok yang dia kenal di depan matanya. Seseorang di masa lalu yang sekarang muncul kembali.Tata yang sejak tadi bersama dengan Sandra menoleh ke samping dan tidak menemukan Sandra di sebelahnya lagi. Dia pun segera melihat ke belakang untuk mencari keberadaan Sandra.“Heh, kamu kenapa?” tanya Tata yang kembali mendatangi Sandra.“Hmm ... oh enggak kok, aku gak papa. Yuk kita jalan,” ucap Sandra mencoba bersikap biasa saja.Tata pun menganggukkan kepalanya. Dia kemudian segera menyusul langkah kaki Sandra yang kini malah sudah berjalan menuju ke arah lobi lebih dulu.Sandra berjalan sambil sedikit menata rambutnya yang tergerai itu ke samping. Dia ingin sedikit menutupi wajahnya dari orang yang dia kenal, di mana orang itu kini sedang berbincang dengan orang lain di depannya.‘Moga mama gak tau aku,’ gumam Sandra dalam hati.Sandra berjalan sedikit cepat agar dia bisa segera keluar dari hotel. Dia sudah menghubungi s
Sandra tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Diana kepadanya. Dia tidak menyangka kalau mama mertuanya itu akan tetap menunjukkan rasa tidak sukanya pada dirinya, meskipun mereka sudah lama tidak bertemu.Sandra hanya melempar senyum pada Diana lalu menatap ke arah Diana dengan lebih lembut. Dia tidak ingin menyaingi kemarahan Diana karena dia sangat tahu bagaimana watak dari mama mertuanya tersebut.“Mama mau membatalkan proyek milik Mas Devan? Kalau emang Mama pengen ngelakuin itu, sebaiknya Mama langsung bicarakan sama Mas Devan atau atasan Sandra. Jujur Ma, Sandra nggak punya hak apa pun atas proyek ini, karena Sandra hanya orang yang memegang proyek ini aja,” jawab Sandra santai tidak terlalu menanggapi serius apa yang dikatakan oleh Mama mertuanya.“Ya kan kamu bisa nolak ngerjain proyek punya Devan. Kalau kamu nolak, pasti Devan bakalan cabut proyek itu dari perusahaan kamu dan kalian nggak perlu lagi berhubungan,” celetuk Irene yang mendukung keinginan Diana.“Aku ngg
“Kok kamu ngomong gitu, emang apa yang kamu tau, Ta?” tanya Sandra yang sedikit curiga dengan apa yang dikatakan oleh Tata.“Emm ... anu, San. Sebenernya ....”“Tunggu, Pak Beni telpon. Bentar dulu ya,” potong Sandra yang mendapat telepon dari Beni secara tiba-tiba.Tata pun membiarkan Sandra menerima panggilan dari pimpinan mereka. Sambil menunggu, Tata juga mencoba menyimak apa yang sedang dibicarakan Sandra dengan Beni yang tampaknya sedang berdiskusi.“Ada kerjaan baru, San?” tamya Tata.“Iya, orang ini dapet rekomendasi dari Mas Devan. Tapi aku tolak dulu, soalnya kita dah pegang 3 proyek sekarang,” jawab Sandra sambil menyimpan lagi ponselnya di dalam tas.“Kenapa kamu tolak, San? Tim sebelah tuh kadang terima sampe 4 atau 5 proyek loh.”“Sebenernya sih bisa aja. Tapi aku kenal banget siapa Mas Devan, jadi aku mau beresin sampe tenggat waktunya dulu, abis itu kita bisa terima proyek lain. Aku tadi juga udah minta Pak Beni bilang gitu sih dan Pak Beni mau nyoba buat nego dul