Share

Bab 3. Nyaris Bertemu

Setelah pindah ke New York untuk beberapa minggu ke depan Aidan akan sibuk mempersiapkan pembukaan hotel berbintang miliknya─Estrella. Ulasan awal tentang hotel itu sangat diperlukannya agar ia bisa memperluas jaringan ke seluruh Amerika.

Aidan memulai semuanya dari New York sehingga menjadi awal dari perjalanan hidupnya yang baru. Beberapa pembangunan hotel di bawah Orcanza Enterprise di Eropa seperti Jerman dan Italia juga mulai mendekati tahap akhir. Jika berhasil, Aidan akan jadi salah satu pengusaha perhotelan paling kaya di dunia.

Aidan juga tengah melirik bisnis olahraga, mungkin dengan membangun stadion atau menjadi pemilik salah satu klub football bisa menjadi pilihan. Ia kini jadi makin tinggi melewati awan dengan kekayaan yang begitu besar yang ia miliki saat ini.

Wajah Aidan juga sering muncul di majalah terkenal dan disebut-sebut menjadi salah satu pengusaha paling sukses abad ini. Namun sudut hatinya sesungguhnya ia tak tenang. Aidan masih sangat ingin bisa menemukan Malikha dan membalaskan semuanya.

Aku akan tenang, jika sudah membalasnya,” ujar hati Aidan berkali-kali. Ia tak pernah mundur sama sekali. Ke mana pun Malikha berlari, Aidan akan mengejar untuk menghancurkan gadis itu.

Sementara itu, Malikha yang semakin terjepit untuk memperoleh pekerjaan untuk membiayai pengobatan Ibunya, harus kembali dipecat dari pekerjaannya sebagai pelayan. Untungnya, perlindungan Tuhan datang untuknya.

"Aku tidak bisa membantu banyak, tapi mungkin ini bisa," ujar salah satu pelayan teman Malikha sambil tersenyum tipis.

"Apa ini?" tanya Malikha dengan suaranya yang kecil dan lirih.

"Aku mendapatkan tawaran untuk menjadi pelayan sementara di pesta pembukaan sebuah hotel berbintang di Manhattan. Tapi sepertinya kamu akan lebih membutuhkan pekerjaan itu. Jadi ... kurasa pekerjaan itu untukmu saja," ujar pelayan itu masih sambil tersenyum. Wajah Malikha langsung berbinar bahagia.

"Benarkah kamu mau memberikan pekerjaan itu padaku?" tanya Malikha lagi.

"Terima kasih, Susan. Aku tidak akan melupakan jasamu," balas Malikha lalu memeluk teman barunya itu.

"Sudah, tak apa. Hubungi orang yang ada di dalam kartu nama ini, dia adalah kepala pelayan di hotel itu. Mereka sedang membutuhkan banyak orang karena kabarnya pesta akan diselenggarakan sampai dua hari. Ada pesta pribadi juga, hanya aku tidak tau apa mereka akan masih memakai jasamu atau tidak," ujar Susan memberikan penjelasan. Malikha mengangguk mengerti.

"Terima kasih." Malikha pergi setelah mengucapkan pamit dan melambaikan tangannya membawa sebuah kartu nama tempat ia menggantungkan harapan agar bisa mendapatkan uang esok hari.

Sebelum tiba di apartemennya, Malikha mampir ke booth telepon umum dan mencoba menghubungi nomor yang tertera di kartu itu. Malikha tak lagi memiliki ponsel karena ia sudah menjualnya agar bisa membeli makanan.

"Halo," ujar suara di ujung sana.

"Selamat sore, Tuan. Namaku Malikha Swan. Aku ingin melamar menjadi pelayanmu untuk pesta pembukaan hotel," jawab Malikha memperkenalkan dirinya.

"Oh, apa kamu mendapatkan kartu namaku?"

"Benar, Tuan Anderson," jawab Malikha lagi. Ia benar-benar berharap akan diterima bekerja menjadi pelayan sementara.

"Kalau begitu aku harus mewawancaraimu sekarang. Kami kekurangan orang dan pestanya akan dimulai pukul 7 malam, Nona Swan," ujar Lynn Anderson, kepala pelayan hotel tersebut.

"Aku bersedia. Kemana aku harus pergi?"

"Estrella hotel, Manhattan." Malikha mengangguk.

"Aku akan ke sana."

"Cepatlah, Nona Swan, aku menunggumu!"

"Baik, Tuan Anderson," jawab Malikha lalu menutup teleponnya. Ia tersenyum dan dengan antuasias mengambil tasnya lalu berjalan setengah berlari ke hotel tersebut. Malikha menumpang sebuah bus agar tiba lebih cepat. Ia menggunakan sisa uang terakhirnya agar bisa tiba di sana. Malikha bahkan belum sempat makan siang sama sekali, tapi pekerjaan itu lebih penting daripada makanan saat ini.

Setelah turun dari bus, ia berlari sekuatnya ke hotel berbintang bernama Estrella. Banyak orang mulai berkumpul di depannya. Malikha yang tertegun melihat megahnya hotel berbintang tujuh itu. Ia kemudian mencari jalan masuk untuk bisa bertemu dengan Lynn Anderson, kepala pelayan di Estrella.

"Maaf, Tuan Anderson, namaku adalah Malikha Swan. Aku yang tadi menghubungimu!" ujar Malikha memperkenalkan dirinya dengan cepat

"Oh, akhirnya kamu datang!" Malikha mengangguk masih sedikit terengah karena berlari.

"Ikut aku!" ujar Lynn lagi memberi kode dengan jarinya dan berjalan melewati beberapa orang membawa Malikha yang mengikutinya ke dapur. Ia belum memberikan Malikha waktu untuk beristirahat mengambil napasnya.

Malikha mengikuti Lynn masuk ke dalam area dapur dari hotel mewah tersebut. Dapur hotel itu begitu luas dan besar. Malikha tak berhenti membuka mulutnya karena tercengang dengan banyaknya koki yang memasak. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing untuk mempersiapkan pesta yang akan berlangsung dua jam lagi.

Sementara masih berjalan, Lynn tiba-tiba berhenti dan berbalik. Akibatnya, Malikha hampir saja menabrak pria berambut putih itu. Namun dengan cepat ia bisa mengerem langkahnya.

"Aku tidak punya waktu lagi untuk wawancara. Pertanyaanku cuma satu. Apa kamu pernah jadi pelayan, Nona Swan? Restoran, Bar atau semacamnya?" tanya Lynn dengan sikap yang dingin tanpa senyuman. Malikha langsung mengangguk.

"Dulu aku bekerja di Bar," jawab Malikha dengan cepat. Giliran Lynn mengangguk, ia berbalik berjalan lagi dan Malikha kemudian mengikutinya lagi.

"Itu adalah ruang untuk mengganti pakaianmu, ambil ukuranmu dan segera ganti seragammu. Setelah itu langsung keluar, aku akan membagi tempat tugas," tunjuk Lynn pada sebuah pintu. Malikha mengangguk mengerti sedangkan Lynn Anderson langsung pergi membiarkan Malikha mengganti pakaiannya.

Sementara di lobi depan, Glenn Matthews baru saja tiba dan mulai memeriksa persiapan pesta nanti malam. Ia mengumpulkan manager dan menerima laporan untuk mengecek kesiapan, termasuk kepala pelayan Lynn Anderson.

"Apa semua sudah beres?" tanya Glenn pada Lynn. Lynn mengangguk lalu mengikuti Glenn yang masuk ke dalam ballroom utama tempat pesta akan berlangsung.

"Semua sudah siap, Tuan Matthews. Aku yakin pesta akan berjalan seperti yang Tuan Caesar inginkan," jawab Lynn sambil berjalan mendampingin Glenn. Glenn pun mengangguk lalu berbalik memandang Lynn.

"Aku ingin semua tamu mendapatkan pelayanan yang spesial, pesta private akan dilakukan besok malam. Jadi tolong layani DJ yang akan tampil special," sambung Glenn lagi dan Lynn mengangguk mengerti.

"DJ Sam akan membawa beberapa kru dan tamu, jadi tolong layani juga mereka dengan baik." Lynn mengangguk lagi.

"Malam ini hanya ada pembukaan, pesta yang sebenarnya adalah besok malam. Jadi buatlah seformal mungkin malam ini, para pelayanmu harus siap, Lynn," ujar Glenn memastikan. Lynn hanya mengangguk mengerti tanpa menolak apa pun perintah Glenn.

"Aku mengerti, Tuan!" Glenn kemudian keluar dan berjalan lagi melihat persiapan di dapur hotel itu. Malikha baru saja keluar dari ruang gantinya dan melewati Glenn dan Lynn. Malikha membungkuk memberi hormat pada keduanya yang lewat begitu saja tanpa memperhatikan.

Malikha kemudian berjalan keluar dapur dan bergabung bersama pelayan lainnya di depan ballroom. Para bartender juga ikut berkumpul dan mereka berdiri di depan seluruh pelayan. Malikha berdiri di barisan kedua para pelayan siap mendengarkan instruksi Lynn.

Ternyata tidak hanya Lynn Anderson yang memberi instruksi tapi juga Glenn Matthews.

"Malam ini kalian adalah representasi dari Orcanza Enterprise. Estrella dibangun dengan dasar pelayanan premium pada pelanggan. Jadi aku tidak mentolelir jika ada kesalahan. Semuanya harus bekerja keras malam ini dan terutama besok malam. Jika ada staf yang kelelahan, hubungi supervisor kalian agar kolega kalian bisa menggantikan. Kerja keras kalian akan dihargai dengan baik oleh Estrella. Terima kasih dan selamat bekerja," ujar Glenn dingin lalu berbalik pergi meninggalkan kumpulan pelayan itu.

Malikha menghela napas lega dan tersenyum saat namanya dipanggil oleh Lynn untuk pembagian tempat tugas.

Pemilik sekaligus pendiri Estrella hotel, Aidan Orlando Caesar tiba satu jam setelah pesta berlangsung. Ia keluar dari mobil mewahnya menggunakan tuxedo hitam dan senyuman ramah pada blitz kamera yang tak berhenti mengambil fotonya. Aidan memang mulai terkenal di New York. Layaknya model ia berjalan di karpet merah memancarkan aura seksi yang tak bisa ditolak. Glenn Matthews adalah sosok yang akan mendampinginya malam ini.

Di dalam ballroom, Aidan kemudian disambut ucapan selamat dan tepuk tangan oleh para tamu dan undangan. Termasuk Walikota New York yang masih bertugas. Ia menyalami dan bahkan memeluk Aidan mengucapkan selamat. Acara peresmian itupun dimulai dengan promosi hotel tersebut.

Beberapa pendapat dari reviewer hotel ditampilkan untuk meyakinkan para undangan tentang Estrella. Sampai tiba giliran Aidan memberikan pidatonya sebagai pemilik hotel.

"Malikha, bawa menu ini ke meja 23," ujar salah satu asisten Chef pada Malikha yang bertugas di belakang. Ia mengangguk dan dengan sigap juga cekatan menghidangkan makanan di atas meja para tamu. Tak lupa ia tersenyum ramah untuk semua orang.

Namun semua tamu kemudian terkejut saat ada berita tentang video skandal yang diputar di salah satu papan iklan visual di dekat hotel Estrella. Video skandal Ronald Weiss kemudian ikut masuk ke dalam berita malam tepat ketika Aidan tengah meresmikan hotelnya.

Kasak kusuk mulai terjadi diantara para tamu dan undangan, Aidan hanya memandang saja sambil tersenyum. Sementara Malikha jadi ikut tertarik ingin melihat berita tersebut. Tak lama kemudian, ia lalu cemberut dan menggelengkan kepalanya.

"Aku pikir berita apa? Ternyata cuma skandal," gumam Malikha berbicara di dekat Aidan yang juga ikut melihat berita tersebut. Malikha lalu berbalik dan kembali lagi ke dapur, sementara Aidan yang sekilas mendengar seseorang bergumam di belakangnya lalu menoleh. Matanya mencari-cari siapa yang tadi berbicara, tapi ia hanya sekilas punggung seorang pelayan yang berlalu masuk ke dalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status