Ned sudah kehabisan napas karena berlari berjam-jam. Tubuhnya dipenuhi luka. Dan dia tidak menyentuh makanan selama seharian. Dia pikir dia sekarat.Saat pandangannya berubah buram, sesosok bayangan gadis kecil menghampirinya. “Tolong!” Tangan Ned menggapai udara. Dia merasa kesakitan. Dan lelah.“Kakak, kau kenapa?”“Tolong....”“Kakak.”Ned membuka mata. Sebuah wajah berbeda dari dalam mimpinya tampak di depannya. Tapi mata jernih yang menatapnya dengan bingung itu masih sama.“Kau bermimpi buruk?” Qiana menggoyang-goyangkan sebotol air dingin di depan wajah Ned. Entah kapan benda itu sudah berada di tangannya. “Minumlah. Kau sampai berkeringat seperti itu.”“Kamu minum saja sendiri.” Ned mengabaikan Qiana dan kembali memejamkan mata.Gadis itu menatap Ned sejenak, lantas membuka tutup botol dan minum. Dia tadi terbangun dan kehausan lalu mengambil sebotol air dingin di kulkas. Saat itulah dia mendengar Ned yang tampaknya sedang bermimpi berbicara sendiri.“Kau mimpi di kejar hant
“Tuan, kemarin nona Cheryl pergi ke universitas. Dia mencari nona Neilson.” Nick memberikan laporan sambil memberikan setumpuk dokumen.“Apa yang diinginkan gadis itu tiba-tiba muncul kembali?” Ned bersandar pada kursi kerjanya. Dia diberitahu tentang kedatangan gadis itu kemarin.“Saya pikir nona Cheryl penasaran dengan nona Neilson. Mungkin seseorang menceritakan sesuatu yang membuatnya tidak senang.”Mereka sama-sama tahu tentang sesuatu yang mungkin membuat Cheryl tidak senang itu. “Gadis itu sejak dulu memang suka mengacau. Tetap awasi dia. Aku tidak ingin dia mengganggu Qiana karena sebuah alasan yang tidak masuk akal.”“Baik, Tuan.” Nick mengangguk hormat dan beranjak meninggalkan ruangan kerja Ned.Sepeninggal Nick, Ned menelpon Qiana. Memastikan kondisi ibu gadis itu dalam keadaan baik dan mengingatkan Qiana untuk beristirahat dan makan. Setelahnya dia mendapat telpon dari Nick dan mendengar kabar yang tidak terlalu menyenangkan. Ned tidak mengatakan apa-apa pada asistennya
Qiana merasa sesuatu yang besar menimpa kepalanya. Dia merasa pusing. Badannya goyah. Sementara kedua lututnya tidak punya kekuatan untuk menumpu.“Maaf, Nona Neilson. Kami sudah berusaha.”“Ibu anda sudah tidak tertolong lagi.”Qiana nyaris ambruk jika seseorang tidak segera menahan tubuhnya.Bibirnya bahkan tidak sanggup mengatakan apa-apa.Ibu.Ibu.Kau tidak boleh meninggalkanku.Qiana merasa seseorang membawanya pergi.***Qiana mengikuti seluruh prosesi pemakaman dengan bibir terkatup rapat. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya sejak ibunya dinyatakan meninggal. Dia tampak seperti orang linglung. Ned mengurus semuanya untuk gadis itu. Dia membiarkan Qiana tenggelam dalam kesedihannya untuk beberapa saat tapi mencemaskan kesehatan gadis itu. Qiana enggan makan dan minum. Kalau lelaki itu tidak membujuknya dengan alasan agar dia cukup kuat untuk berdiri di pemakaman, mungkin gadis itu tidak akan menyentuh makanan sama sekali.Qiana berdiri di depan nisan batu dengan ukiran n
Qiana terus berjalan tanpa berpikir menaiki sebuah bis atau taksi. Seingatnya rumah sakit tidak terlalu jauh. Hanya beberapa kilometer dari Phoenix. Dia ingin melihat ibunya. Dia ingin bertemu wanita itu. Dia sangat merindukannya.Ini aneh!Dia jadi lupa jalan ke sana. Dia tidak bisa mengingat arah atau penandanya. Adakah belok ke kanan atau ke kiri? Apa mungkin terus lurus? Qiana kesulitan mengingat. Tapi dia harus terus berjalan. Mungkin operasinya hari ini. Dia juga lupa jadwal operasinya. Yang pasti dia harus segera menemui ibunya.Dalam kebingungannya Qiana terus melangkah. Beberapa simpangan telah terlewati. Dia mengawasi semua bangunan besar dan tak menemukan tempat tujuannya. Dimana bangunan sialan itu?!Dia tak melihat ada tulisan rumah sakit di semua bangunan. Dimana dia sekarang?Namun Qiana terus saja berjalan. Langkahnya tidak tampak sedang tersesat. Terlihat penuh keyakinan saat bergerak maju dalam hujan. Hanya saja jika orang-orang memperhatikan. Ada yang janggal dari
Setelah berkendara selama setengah jam, mereka akhirnya berhenti di depan sebuah villa di pinggiran kota Yardley. Hujan sudah berhenti beberapa menit sebelumnya, tapi langit masih belum cukup cerah.Cheryl membuka sabuk pengamannya, mendorong pintu mobil dan keluar dengan tergesa. Di sisi yang lain, Qiana mengerutkan alisnya. Dia sedikit mengigil karena tubuhnya yang basah kuyup, tapi dia tak begitu menghiraukan dirinya. Bangunan di depannya memiliki warna serupa dengan tempat yang ingin dia datangi. Namun tak ada tulisan ‘rumah sakit' di depan sana.“Ayo turun!” Cheryl membukakan pintu bagi Qiana.“Ini bukan rumah sakit.” Qiana menatap Cheryl meminta penjelasan.“Memang bukan. Kita akan ke sana nanti. Kau ganti pakaianmu yang basah dulu di dalam.”Qiana menurut. Rasanya memang sangat dingin. Jadi dia keluar dari mobil dan mengiringkan langkah Cheryl ke dalam.Sambil berjalan Cheryl menghubungi seseorang dan berkata dengan tidak sabar, “Bisakah lebih cepat lagi? Kenapa helinya belum s
Ini adalah kali pertamanya Qiana naik helikopter. Gadis itu seperti melupakan tujuannya semula mengendarai angkutan udara itu. Dia terlihat gembira dan terus melongok ke bawah pada daratan yang mengecil.Cheryl di sebelahnya malah kebalikannya, terlihat tidak senang. Rencana menyingkirkan gadis ini malah membawa kegembiraan kecil padanya. Dia berjanji, setelah ini Qiana tidak akan bisa tertawa lagi.Dia sudah menghubungi seseorang yang dikenalnya di kota Norbert. Kenalannya itu pasti punya banyak ide untuk membalaskan sakit hatinya pada Ned melalui gadis ini. Sesuatu yang akan membuat Ned menyesal telah menolaknya.Mereka tiba di bagian kota yang berbatasan dengan daerah paling kumuh. Tempat yang didatangi adalah sebuah bangunan lama yang cukup terawat dan memiliki tempat terbuka yang diperlukan untuk mendarat. Beberapa orang lelaki bertampang muram menyambut mereka.“Nona Cheryl, selamat datang di kota terlarang.” Si lelaki bertubuh tinggi besar berkata sambil terkekeh. Wajahnya ter
Thomas melihat pada Cheryl yang segera memberi kode dengan melintangkan telunjuknya di kening. Gadis ini tidak waras.Kali ini Thomas yang menjawab, “Sweety, rumah sakit sedang tutup hari ini. Apa kau tidak tahu?” Suaranya berat dan besar. Sangat tidak cocok saat mengucap ‘sweety’.“Benarkah?” “Hm, lebih baik kau istirahat dulu malam ini. Besok baru pergi ke rumah sakit.” Cheryl menambahkan. Dia sangat ingin segera menyingkirkan gadis ini dari sisinya. Selama beberapa jam ini dia benar-benar sakit kepala dibuatnya.“Tapi, bagaimana dengan ibuku?” Raut Qiana terlihat cemas.“Dia pasti akan baik-baik saja.” Cheryl berpaling pada Thomas dan berkata, “Aku harap tempat ini cukup nyaman untuk istirahat.”“Jangan khawatir. Tempat ini tidak seperti kelihatannya. Di dalam jauh lebih baik. Ayo masuk.”Mereka masuk dengan Thomas berjalan paling depan. Qiana dibelakang dengan tiga lelaki yang melangkah berjarak di kiri kanannya. Cheryl sendiri menyusul di belakangnya lagi.Yang dikatakan Thomas m
Tangan yang berpegangan pada teralis tampak gemetar. Bayangan-bayangan kejadian yang sempat mengendap di dasar ingatan mulai berkelebatan. Rumah sakit, ruang perawatan, ruang operasi, pemakaman. “Ibu.” Qiana bergumam. Ada kabut yang menggantung di matanya. Lututnya lemas. Tubuh Qiana kemudian merosot ke lantai. Dia terisak. Seluruh kesedihan yang tertahan selama beberapa hari tumpah bersama airmata.“Ibuuu....” Qiana memanggil berulang-ulang. Salah satu hal yang paling disesalinya adalah dia belum bisa membuat ibunya bahagia. Ibunya meninggal di saat Qiana masih belum sepenuhnya berdiri tegak.Lalu wajah ayahnya saat mengusir mereka dari rumah melintas. Bergantian dengan wajah-wajah lainnya. Orang-orang yang telah mengambil kebahagiaan mereka. Ibu dan adik tirinya. Nenek, paman dan sepupu. Setelah beberapa saat, Qiana sudah mulai bisa mengendalikan diri. Dia bersandar ke dinding kamar dan berusaha menyatukan semua ingatan hingga dia bisa sampai ke tempat ini.Siapa orang-orang itu