Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Qiana Neilson melangkah melintasi lantai klub yang ramai dengan perasaan gugup. Sementara di belakangnya, beberapa orang gadis temannya memberi semangat dengan meneriakkan namanya. “Qiana!”“Qiana!”Qiana tahu ini tantangan konyol. Namun kompensasinya lumayan besar. Shein, gadis yang baru dikenalnya itu yang memberikan tantangan.Jantung Qiana berdebar makin keras. Dia kini telah sampai pada target tantangan yang diberikan. Seorang lelaki muda dengan fitur wajah menawan sedang duduk di sebuah sofa besar sendirian. Di sekitarnya ada juga beberapa orang lelaki lain yang duduk di sofa-sofa dengan para wanita yang menggelayut seperti kucing betina. Lelaki asing itu tampak duduk dengan bosan. Dia menopang sisi wajahnya dengan tangan. Matanya yang dipenuhi kegelapan menangkap bayangan gadis yang berhenti di depannya.Dia sangat tampan, Qiana mengakuinya. Tapi bukan itu intinya. Qiana harus meminta lelaki itu menjadi pacar bila ingin mendapatkan uangnya. Jantung ibunya yang bermasalah m
“Aku mau. Aku bersedia menjadi pacarmu,” ujar lelaki itu dengan suara dalam. Dia menunduk pada wajah kecil gadis di depannya. Sontak seisi klub gempar. Ini bukan jawaban yang ada dalam ekspektasi semua orang. Entah gadis gila ini beruntung atau memang tuan Zavier sedang bosan dan ingin bermain-main.Namun baru saja lelaki yang tampak mendominasi itu mengatakan jika dia tidak suka bermain-main. Lalu, apakah dia serius dengan ucapannya?Udara klub yang pengap oleh bau asap rokok dan alkohol kini dipenuhi dengung penasaran dari pengunjung. Seakan-akan ada banyak tanda tanya mengapung memenuhi atmosfirnya.Qiana sendiri nyaris lumpuh segenap persendiannya. Laki-laki di depannya tampak luar biasa dengan aura gelapnya. Itu tak disadari Qiana sebelumnya saat Shein menunjuk seseorang yang tengah duduk di sofa. Suasana klub yang suram membuatnya keliru menilai. Laki-laki ini bukanlah orang kebanyakan.“Ka... kakak, jangan anggap serius kata-kataku barusan. Aku... cuma sedang melaksanakan sebu
Qiana masih tinggal selama beberapa saat di klub. Dia hanya duduk dengan cemberut di sebelah Ned sambil sesekali menanggapi kata-kata yang dilontarkan lelaki itu. Waktu beberapa orang mulai bermain kartu, Ned menawarinya bermain untuk lelaki itu.“Kalau kau kalah, aku yang akan membayar. Kalau menang, kau boleh ambil uangnya.” “Aku tidak bisa bermain kartu. Aku mau mencari teman-temanku saja. Mereka harus membayar padaku....” Qiana tidak tertarik dengan tawaran Ned. Matanya terus mencari di antara hilir-mudik pengunjung. Sebelum pulang, dia harus mendapatkan uang yang mereka janjikan.Ned menarik punggungnya ke sandaran. Dari tadi gadis di sebelahnya ini selalu mengabaikannya. Berulangkali Ned mencoba membuat Qiana memperhatikannya, tapi cuma sekilas gadis itu menatapnya lalu fokusnya kembali pada hal lain.“Kau mengabaikan hal yang lebih besar untuk mendapatkan hal yang kecil?” Ned berujar sinis.“Eh?” Qiana menoleh pada Ned. Nada suara lelaki itu tidak enak di dengar. “Apa maksudm
Seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu bagian pengemudi. Dia membuka pintu belakang sembari mengatakan sesuatu. “Nona Neilson, silakan masuk ke mobil. Saya akan mengantar Nona pulang.”Qiana tidak segera beranjak dari tempatnya berdiri, tapi sudut matanya melihat seseorang juga duduk di kursi penumpang belakang.“Tuan Zavier akan menemani Nona pulang....” Sang sopir seperti bisa membaca keraguan gadis di depannya. Dengan mengatakan keberadaan tuannya dia berharap gadis ini tidak akan menolak untuk diantar pulang.Namun sopir itu keliru. Qiana justru melangkah mundur dan bermaksud pergi dari sana begitu mendengar nama Ned disebutkan. Namun sebuah tangan yang kuat terulur dari dalam mobil menahan kepergian gadis itu. Wajah menawan tuan Zavier muncul dari sana. “Mau kemana? Bukankah sudah kubilang akan mengantarmu pulang? Masuk!” Nada memerintah itu begitu kuat dan sulit dilawan.Tadi Qiana berniat kabur setelah dari kamar mandi. Nyatanya lelaki ini seperti bisa membaca isi kep
Ned menghentikan langkahnya dan tiba-tiba berbalik. Dia sempat mendapati cibiran Qiana dan mengerutkan kening. Qiana yang tertangkap basah buru-buru mengalihkan pandangannya pada langit-langit ruangan.Ned melangkah mendekati Qiana, mendesak gadis itu hingga kakinya menyentuh pinggiran meja. Mata Ned menatap tepat pada sepasang manik indah di depannya. Kemudian tatapan itu jatuh pada bibir mungil di bawahnya.Sesaat Qiana sempat berpikir lelaki itu akan menciumnya. Dia menelan ludah dengan gugup dan bersiap mendorong bahu lebar itu.“Aku akan pergi ke luar negeri besok. Mungkin baru akan kembali seminggu kemudian. Jangan coba-coba melirik laki-laki lain apalagi selingkuh. Juga jangan coba-coba kabur dariku.” Ned memperingatkan di telinga gadis itu.Sejenak Qiana menjadi linglung. Selain suara yang menawan itu terdengar sangat dekat, itu juga di luar ekspektasinya. Dia merasa konyol sendiri.Ketika Ned melepaskannya dari posisi tak nyaman itu, Qiana sudah bisa menguasai dirinya.Ingin
Paginya Qiana terbangun dengan pikiran kosong. Dia kemudian merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman lalu mencari-cari. Ternyata itu adalah tentang kejadian tadi malam dan seseorang yang bernama Ned. Gadis itu memejamkan mata berusaha mengusir rasa pusing dan mual yang datang tiba-tiba. Lalu teringat olehnya jika lelaki itu mengatakan akan pergi hari ini dan tidak akan kembali selama seminggu. Qiana kemudian sedikit merasa lega. Dia bangkit dari ranjang kecilnya dan pergi ke kamar mandi. Ibunya ternyata sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan sederhana."Qiana, ibu akan pergi menemui nenekmu hari ini untuk mengurus sesuatu," ujar wanita lembut itu saat Qiana sarapan.Qiana mengangkat wajah kecilnya. Ada perasaan cemas melintas di sana. "Ibu, kau tidak boleh bepergian terlalu jauh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu, aku tidak akan bisa menanggungnya.""Ibu akan hati-hati. Lagipula kalau tidak sekarang kapan lagi. Ibu takut kalau suatu hari kesehatan ibu akan memburuk. Saat itu
Qiana yang sedang berbicara dengan Beatrice berpaling ke asal suara. Keduanya melihat tiga gadis itu berdiri dengan angkuhnya sambil memandang sinis pada Qiana. Meski tahu dia telah disindir dan tampaknya ketiga gadis itu sedang mencoba mencari masalah dengannya, Qiana tidak bermaksud melayaninya. Tanpa mengatakan apa pun dia menepi dan hendak melanjutkan langkahnya pada bagian jalan yang tidak terhalang. Beatrice mengikuti di belakang. Siapa pun di kampus mengenal ketiga gadis itu, para nona dari keluarga terpandang di kota Yardwel. Yang di tengah adalah Audie Cadmael. Ayahnya presdir Grup Star Seventh yang terkenal, Louis Cadmael. Sedangkan yang dua orang lagi adalah Diana Ackerley dan Callie Brett. Keduanya juga terlahir dari keluarga dengan status tinggi. Mereka bertiga selalu pergi bersama bahkan kuliah di jurusan yang sama. Sayangnya juga suka membuat keributan bersama-sama. Entah bagaimana tiba-tiba mereka tergerak untuk mengusik makhluk tak kasat mata di kampus seperti Qia