Ciiiit!!! Malik menginjak rem mobilnya secara mendadak. Untung kondisi jalanan sedang sepi."Kenapa sayang? Ada apa?" Tanya Malik."Mau itu!" Tunjuk Tisha ke arah toko roti."Astaga sayang, mas kira kamu kenapa? Ya sudah, tunggu sini! Biar mas yang turun. Mau kue apa?" Tanya Malik."Roti isi sayur pedas," jawab Tisha."Emang ada?" Tanya Malik."Nggak ada ya?" Mata Tisha berembun dan wajahnya terlihat sangat sedih.Malik menarik pelan kepala Tisha lalu mengecup keningnya, "Tunggu di sini, mas beli kue yang kamu mau." Kata Malik.Malik turun dari mobil lalu masuk ke toko tersebut."Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan setelah menyapa Malik terlebih dahulu."Siang!" Malik membalas sapaan dari pelayan toko."Begini, istri saya sedang hamil. Dia menginginkan roti isi sayur pedas dari toko ini. Apa kalian bisa mewujudkan keinginan istri saya? Berapa pun harganya akan saya bayar!" Cetus Malik."Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan tanyakan hal ini pada orang dapur."Pelayan it
Shanum masih tertidur di kasurnya, pergulatan panasnya dengan Kemal membuatnya lelah hingga tertidur.Tidak ada lagi rahasia di antara keduanya, kini tidak ada lagi yang harus ditutup-tutupi. Kemal sudah tidak ada di kamarnya, dia sudah pergi untuk menemui rekan bisnisnya.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Shanum masih betah berada di bawah selimutnya.Hingga Kemal kembali, Shanum masih berada di kasurnya."Apa aku sudah membuatmu lelah?" Tanya Kemal sambil masuk ke selimut yang sama dengan Shanum."Hemmm!" Hanya deheman saja yang terdengar sebagai jawaban, namun matanya tetap terpejam."Aku membelikan makanan untukmu, makanlah dulu baru setelah itu kamu tidur lagi." Tutur Kemal.Shanum membuka matanya lalu menutupi wajahnya dengan selimut."Jangan menatapku seperti itu, aku malu." Kata Shanum.Kemal membelai rambut Shanum dengan lembut, "Kenapa harus malu?" Tanya Kemal sambil tersenyum.Shanum turun dari kasur tanpa menjawab pertanyaan Kemal. Dia berjalan ke sofa lalu d
"Kenapa aku harus dipecat?" tanya Rayden dengan wajah kebingungan."Aku bersusah payah ke luar dan mencari kantin, kamu malah menyeretku kemari. Apa kamu tahu jika aku sedang lapar? Menyeretku seenaknya seperti aku ini adalah anak kecil," gerutu Shanum.Kemal hanya tersenyum melihat perdebatan antara Rayden dan istrinya. Dia menghubungi pihak kantin dan memintanya untuk mengantarkan makanan ke ruang kerjanya.Kemal melerai perdebatan antara Rayden dan Shanum. Dia mendudukkan Shanum di sofa."Kamu lapar? Sebentar lagi ada yang mengantarkan makanan untukmu. Sabar ya!" Suara Kemal terdengar sangat lembut agar Shanum bisa kembali tenang."Ray, kembali ke ruang kerjamu!" titah Kemal."Baik, Bang!" Rayden keluar dari ruangan itu dengan perasaan bingung.Arfan yang baru ke luar dari lift mengerutkan keningnya saat melihat adiknya mengomel sambil berjalan ke arahnya."Kamu kenapa Ray? Kok marah-marah," tanya Arfan."Aku bertemu dengan gadis yang dicari oleh bang Kemal di bawah. Aku menyeretny
Khansa mengangkat kepala dan jadi salah tingkah saat mendengar suara Rayden."Kak, pinjam mobil. Mobilku mogok!" kata Rayden."Tuh ambil!" tunjuk Arfan ke arah meja di mana kunci mobilnya tergeletak.Rayden mengambil kunci mobil itu lalu pergi."Jadi, keputusan apa yang akan kamu ambil?" tanya Arfan."Dari pada pusing-pusing, udah kayak makan buah simalakama, mending kita nikah aja yuk. Kalau masih ada yang berani bergosip tentang kita, kita semprot aja tu orang pake kata-kata mutiara." Cicit Khansa.Arfan memandang wajah Khansa, dia tidak percaya jika gadis itu baru saja mengajaknya menikah. "Menikah?" tanya Arfan untuk memastikan."Iya, menikah. Kamu dan aku, kita berdua duduk di depan penghulu, trus kita nikah. Masak gitu aja nggak tahu." Celoteh Khansa."Kamu serius?" tanya Arfan."Daripada saya pusing, kerja salah nggak kerja salah. Mendingan kita nikah dan aku berhenti bekerja, aku diam di rumah, urusin rumah, urus kamu suami aku. Beres kan!" Tutur Khansa. Sepertinya gadis itu
Kemal tersentak saat Shanum menanyakan tentang masa lalunya. Bagaimana dia bisa tahu sedangkan Kemal tidak pernah menceritakannya."Kamu kok nanyanya gitu sih? Itu kan hanya masa lalu," ujar Kemal."Masa lalu ya? Tapi, kenapa saat tidur mas selalu menyebut Hanyku sayang? Siapa Hany?" tanya Shanum.Mendengar pertanyaan Shanum, Kemal pun tersenyum."Hany itu kamu, sayang." Jawab Kemal.Shanum sudah menyelesaikan ngemilnya, dia mengulurkan tangan pada Kemal dan mereka pun kembali ke kamar sambil bergandengan tangan.Kemal menyusun bantal di sekeliling tubuh Shanum, "Sudah nyaman?" tanyanya."Hemmm," dehem Shanum, matanya sudah kembali terpejam.Seperti biasa, Kemal mengusapi bagian tubuh Shanum. Jika tidak punggung, Kemal akan mengusapi perut istrinya. Usapan Kemal membuat Shanum merasa nyaman.Setelah Shanum benar-benar tertidur, Kemal turun dari kasurnya secara perlahan. Dia takut pergerakannya membangunkan istrinya.Kemal menuju sofa, duduk di sana sambil mengerjakan tugas yang dikiri
Fira melenggang masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk dengan santainya di samping Kemal. Bergelayut manja di lengan pria yang dulu pernah menjalin hubungan kasih dengannya."Jaga batasanmu, Fira!" tegas Kemal."Sayang? Kamu kenapa? Aku baru kembali dan ingin bertemu dengamu. Aku merindukanmu, sayang. Apa kau tidak merindukanku?" cicit Fira tanpa melepas rangkulannya.Dengan kasar Kemal melepaskan diri dari gadis di sampingnya, "Untuk apa aku merindukan gadis sepertimu? Tidak ada gunanya sama sekali." Cetus Kemal, ada nada kebencian dari caranya berkata dan itu bisa dilihat dari suaranya.Kemal berdiri tepat di hadapan Fira, matanya menyalang tajam, seolah ingin mencabik-cabik kulit gadis yang ada di depannya."Katakan padaku, alasan apa yang tepat agar aku merindukanmu? Merindukan gadis pengkhianat sepertimu?" cecar Kemal.Fira terdiam, dia mati kutu. Dia hanya menunduk dan tidak lama terdengar isak tangis dari arahnya."Aku terpaksa melakukan itu, aku diancam oleh kedua orang tuaku."
Kemal, Fira, dan Rayden masih di tempatnya semula. Mereka, Kemal dan Fira masih berdebat, sedangkan Rayden menjadi penonton adegan siaran langsung di depannya. Dia duduk di bangku salah satu asisten Kemal sambil menikmati minuman dingin.Saat situasi sedang tegang, datanglah Khansa dengan emosinya.Dia menarik Kemal lalu melayangkan tamparan ke pipi suami sahabatnya itu. Dia masih belum tahu jika Kemal adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja.Perilaku Khansa tentu saja membuat Rayden terkejut, hingga minuman yang sedang ditenggaknya menyembur ke luar."Kenapa kamu menamparku?" tanya Kemal sambil memegangi pipinya."Itu hadiah dariku karena kamu sudah menelantarkan sahabatku," jawab Khansa dengan kesal."Kamu salah paham!" tegas Kemal."Masa bodoh dengan salah paham, yang penting aku puas." Kata Khansa.Fira masih berusaha mendekati dan merayu Kemal, tentu saja hal itu membuat Khansa semakin memanas."Heh perempuan gatal! Apa kamu tuli? Bukankah tadi kamu sudah mendengar sendiri ji
Kemal terus membujuk Shanum agar tidak marah lagi. Dia terus memberi penjelasan bahwa hubungan cintanya dengan Fira sudah lama berakhir."Ceritakan padaku kenapa kalian bisa putus! Ceritakan dengan jujur, kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu." Ancam Shanum.Kemal duduk di antara istri dan mamanya, dia menerawang jauh menatap langit-langit ruang kerjanya. Sesekali terdengar suara nafas yang panjang dan berat.Sepuluh menit berlalu, tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Kemal. Mata Shanum terbelalak saat melihat Kemal memejamkan matanya, dia pikir Kemal akan bercerita. Eh, ternyata dia malah tertidur.Shanum memberi kode pada mama untuk pergi dari sana secara diam-diam."Ke mana kita sekarang? Sudah sore! Kita langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya mama setelah sampai di parkiran."Shanum langsung pulang saja, Ma. Sebentar lagi mas Kemal pasti pulang, aku takut nanti dia kebingungan mencariku. Lagi pula, kita harus berhati-hati bukan? Takut jika Fira membun