"Apa yang pertama ingin kamu ketahui?""Emb...Tapi apa aku boleh menanyakan banyak hal setelahnya?""Tentu boleh Ara, kamu bisa bertanya apapun kepadaku. Aku sendiripun masih memiliki banyak hal, yang juga ingin aku tanyakan padamu. Anggap saja kita saling belajar, tentang kehidupan lain selain kehidupan yang biasa kita jalani.""Baiklah, apa semua manusia disini berpakaian lucu seperti itu? "Dia bertanya sambil menunjuk kearahku, padahal jika aku melihat pakaianku tampak lebih normal daripada pakaiannya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana mereka bisa memakai pakaian seperti itu ketika sekolah atau bekerja. Mungkin karena kebiasaan, sehingga menganggap sesuatu yang baru menjadi asing dan aneh. Tapi melihat dari sudut manapun, sepertinya pakaian di bumi lebih nyaman untuk dipakai."Lucu? Disini pakaian seperti ini disebut casual, karena aku hanya sedang santai dirumah. Kami juga memiliki beragam model, dan disesuaikan dengan keadaan dan tempat. Bukannya lebih lucu pakaian yang kam
Aku melihat kearah yang di tunjuk oleh Ara, ternyata dia tertarik dengan hiasan dinding berbentuk lukisan yang memperlihatkan pemandangan gunung. Aku sebenarnya kurang yakin kalau benar itu yang dia maksud, karena kalau gunung bukannya itu pasti ada di dimensinya. Tapi setelah melihat dia mendekati lukisan itu dan merabanya, aku menjadi yakin kalau itu benar yang dia maksud."Itu hanya sebuah lukisan, apa kamu baru melihatnya?"Aku menatapnya dengan ekspresi bingung, sedangkan dia terlihat jengah dengan jawabanku barusan."Aku tahu kalau ini lukisan, Deffa. Yang aku tanyakan ini lukisan apa? Aku baru pertama kali melihatnya, ini sangat indah."'Berarti benar dugaanku diawal, kalau yang dia maksud gambar gunung itu. Jadi maksudnya di tempat asalnya sama sekali tidak ada gunung? Didunia yang seluas ini apa mungkin tidak ada gunung satupun? Tapi kalau benar, lalu seperti apa dunia yang dia tinggali selama ini?'"Jadi namanya gunung? Ini benar-benar indah, memang di tempat asalku tidak ad
"Aku tidak tahu, Ara. Kita juga sama-sama tidak tahu, kalau lorong itu akan hilang jika kotak ini rusak dan terkena air. Aku akan coba mengupayakan sebisaku untuk memperbaikinya, jadi kamu jangan terlalu khawatir."Ara terlihat seperti akan menangis, aku tahu seberapa takut dan khawatirnya dia. Tapi aku sendiripun tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan semua sudah aku coba. Bahkan aku mengeringkan dan memperbaiki setiap sudut kotak itu, tapi tetap saja tidak dapat kembali seperti semula. Aku ingin sekali memeluk Ara untuk menenangkannya, tapi aku khawatir dia akan menjadi tidak nyaman nantinya. Aku tidak tahu bagaimana cara menghibur di tempat asalnya, dan itu membuatku ragu setiap akan melakukan sesuatu untuknya."Bagaimana ini Deffa? Aku tidak akan bisa kembali lagi, bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana jika kakak mencariku, lalu bagaimana jika aku tidak bisa kembali selamanya?""Tenang, Ara. Jangan terlalu khawatir, nanti kita cari cara bersama agar kamu bisa kembali. Kakakmu pa
"Tenang Ara, ini hanya gambar, kita harus memesannya terlebih dahulu. Makanan apa yang biasanya kamu makan?"Perlahan aku mengambil kembali ponsel yang tadi telah direbutnya, untung saja dia tidak salah menekan tombol apapun. Jika dia menekan untuk memesan makanan dalam porsi besar, itu akan menjadi masalah baru lagi. Bukan aku tidak mau membayarnya, tapi jika nantinya tidak sesuai dengan selera dia, siapa yang akan memakannya."Kami dulu pernah makan roti kering, kadang juga jelly pengenyang. Tapi setelah teknologi kami lebih unggul, kami selalu mengkonsumsi kapsul untuk kekebalan tubuh dan mengasah bakat. Rasanya juga sangat enak dan membuat kenyang.""Jadi kalian hanya makan kapsul, m-maksudku minum kapsul bukan makan? Apa itu saja benar-benar bisa membuat kenyang?"Aku bertanya dengan nada tidak percaya, bagaimana mungkin kita hanya minum pil seharian. Padahal kadang disini makan tiga kali sehari saja, masih harus mencari camilan untuk tambahan."Ya, tapi kapsul itu sudah mencakup
Aku menahan tawa, karena pertanyaannya yang sangat lucu. Bagaimana bisa mengepel lantai disebut permainan, padahal sudah jelas sekali aku mengeringkan lantai dengan cara itu. Aku merasa kalau Ara bukan berasal dari dunia lain, tapi lebih merasa seperti dia anak kecil yang belum tahu tentang apapun. Tapi menurutku dia lebih menggemaskan dibandingkan anak kecil, wajahnya yang kecil dengan mata yang sedikit besar dan hidung mancung terlihat sangat imut. Garis wajahnya sangat sempurna bagiku, jarang sekali melihat wajah perempuan kecil namun berkarakter sepertinya. Bahkan menurutku dia lebih cocok untuk jadi tokoh dalam novel, karena sosoknya lebih tepat untuk dibayangkan dan bukan kenyataan."Itu tadi bukan permainan, Ara. Aku membersihkan dan mengeringkan bekas air yang tercecer tadi. Apa ditempatmu juga tidak ada yang namanya mengepel lantai?""Mengepel lantai? Aku kira tadi kamu sedang bermain dengan tongkat dan air.""Hahaha...kamu sangat lucu, Ara. Maaf aku tidak bisa menahan tawak
Aku mengambil pesanan, yang di tinggalkan oleh kurir di depan pintu setelah tadi membunyikan bel. Ayam goreng yang kupesan ini adalah salah satu langgananku, karena rasanya yang tidak pernah mengecewakan. Dulu aku sering pesan ayam goreng ini untukku makan bersama nenek, saat aku tidak sempat memasak makanan untuk beliau. Semoga saja pilihan makananku ini tidak salah,dan Bisa cocok dengan lidah Ara.Aku langsung bergegas menuju dapur untuk menata ayam goreng di atas piring, sebelum aku memanggil Ara untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sebenarnya masih ada rasa khawatir jika aku tidak melihatnya seperti sekarang, aku takut kalau dia tiba-tiba menghilang lagi walaupun kotak tadi sudah tidak berfungsi. Jika ia kembali, aku tidak akan tahu lagi bagaimana cara dapat bertemu lagi dengannya. Secara saat ini penghubung diantara kami hanya kotak itu, tapi kini kotak itupun sudah tidak dapat digunakan lagi."Ara! Kemarilah! Aku sudah selesai menyiapkannya."Kekhawatiranku bertambah saat
"Jadi kamu suka?""Aku sangat suka! Bagaimana bisa rasanya seperti ini? Aku baru pertama kali merasakan sesuatu yang seenak ini."Tatapan matanya yang berbinar, membuatku ikut mengulum senyum. Aku sendiri sangat bahagia, bisa membuat Ara terlihat bahagia seperti sekarang hanya dengan ayam goreng. Aku jadi membayangkan hal-hal di masa depan bersamanya, sambil terus melihatnya yang bahagia seperti saat ini. Memang terdengar sangat konyol saat ini, tapi aku berharap bisa melihat dan berada disisinya seperti ini terus kedepannya."Sudah aku bilang kan, kalau makanan ini sangat enak. Makanlah yang banyak, agar energimu yang terkuras tadi bisa kembali. Besok aku akan masak makanan yang lebih enak dari ini, jadi nikmatilah saat ini dan jangan terlalu banyak pikiran.""Terima kasih, Deffa. Kamu sangat baik sekali. Maaf aku harus merepotkanmu seperti ini.""Aku tidak merasa kerepotan sama sekali, aku malah senang kalau kamu bisa merasa nyaman denganku."Aku menjawabnya sambil memperlihatkan se
(Dimensi Ignis)Beberapa orang dengan pakaian serba hitam, dengan salah satunya yang memiliki lencana api di sarung pedangnya. Tampak tergopoh-gopoh berlari menuju satu ruangan, yang sangat terang dengan cahaya api yang menyinari seluruh ruangan itu. Di dalam ruangan itu ada sosok pria yang sedang duduk di kursi yang berada di tengah ruangan itu. Pria itu memiliki tanda api di salah satu bola matanya, yang membuatnya terlihat berbeda dibandingkan dengan semua orang yang berpakaian sama.Suasana mencekam langsung terasa, saat memasuki ruangan itu. Semua orang tampak tunduk bersimpuh dihadapannya, namun orang yang memiliki lencana di sarung pedangnya nampak akan mengatakan sesuatu. Hal itu mendapat perhatian dan tatapan tajam, dari sang pemilik mata api. "Pangeran, sepertinya takdir yang disebutkan dalam ramalan benar-benar terjadi. Apakah pangeran yakin akan melakukan ini seorang diri?""Ini sudah menjadi takdirku, untuk membalaskan dendam kedua orang tuaku. Apakah kalian sudah memast