Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek

Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek

Oleh:  Deschya.77  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
76Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika datang seorang wanita istimewa, yang masuk ke dalam kehidupanku secara tiba-tiba. Sebuah kotak yang merubah nasibku secara drastis dan dramatis. Perempuan itu datang, melalui sebuah kotak kusam yang kutemukan secara tidak sengaja. Membuat nyawa menjadi taruhannya.

Lihat lebih banyak
Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aisya Ukhti
Ceritanya runtut, akhirnya nemu fantasi yang kayak gini..semangat thor
2023-03-06 20:01:37
0
user avatar
Deschya.77
Selamat datang di novel author Novel ini bercerita tentang fantasi 3 dimensi, Bumi, Dimensi Eunoia & Dimensi Ignis. Semoga kalian suka dengan ceritanya Author usahakan untuk update 2-4 bab tiap hari
2023-02-01 12:14:11
2
76 Bab
Kotak Kusam
"Aku tidak akan menjualnya, paman!"Suaraku menggema di dalam restoran ini, sebenarnya aku sendiri malu dengan suara keras yang aku keluarkan. Tapi aku sudah tidak sabar dengan perbincangan saat ini. Aku meninggalkan sosok pria paruh baya yang tadi mengobrol denganku. Sudah tidak ada hal lain yang ingin aku bicarakan dengannya lagi."Deffa, Aku juga punya hak atas rumah itu! Kamu jangan serakah! Jangan mentang-mentang kamu cucu pertama, jadi merasa berhak atas semuanya!"Teriakannya menghentikan langkahku, aku pun berbalik untuk kembali menghampirinya."Paman tidak malu meminta hak? Selama ini Paman kemana saja saat nenek jatuh sakit? Aku tidak serakah, tapi aku hanya menjalankan wasiat Nenek yang sudah menitipkan rumahnya untukku, jadi Paman tidak punya hak sama sekali atas rumah itu.""Bagaimana bisa aku tidak memiliki hak? Aku masih anak kandungnya, dan yang pasti aku lebih memiliki hak dari pada kamu!"Teriakannya yang tidak tahu malu, membuatku semakin geram untuk menanggapinya. K
Baca selengkapnya
Another Dimention
"Aku tidak memiliki nama, tapi Miranda selalu memanggilku Aurora atau Ara."Jawabannya membuatku semakin bingung dengan sosoknya kini, bagaimana seseorang bisa tidak memiliki nama."K-kenapa Nenek memberikanmu nama? D-dan kenapa rambutmu bisa berkilauan seperti itu? A-apa kamu malaikat?"Aku mencoba tetap bertanya, walaupun rasa gugupku sama sekali belum berkurang. Masih banyak yang ingin aku tanyakan, tapi entah kenapa hanya pertanyaan itu yang pada akhirnya aku tanyakan."Entahlah, Kata Miranda waktu itu karena saat pertama kalinya kami bertemu bertepatan matahari akan terbit. Dan dia memberiku nama itu agar lebih mudah memanggil. Aku tidak mengerti kenapa harus memilikinya. Malaikat? Apa maksudmu aku dewa? Kalau benar itu maksudmu, berarti jawabnya tidak. Aku bukan dewa."Masih ada banyak pertanyaan lain dikepalaku saat ini, tapi aku tidak berani untuk menanyakan semuanya. Padahal kalau dilihat dari wajahnya dia masih sangat muda, mungkin seumuran denganku. Tapi kenapa dia memanggi
Baca selengkapnya
Kehidupan Ara
"Lalu kamu akan kembali begitu saja? Bagaimana caramu bisa kembali ke tempat asal? Apakah kotak itu nanti akan menyedotmu kembali?"Rasa penasaran menggerogotiku, karena ini pertama kalinya aku mengalami kejadian luar biasa seperti ini. Lubuk hatiku mengatakan kalau aku ingin dia tetap berada disini, walaupun hanya hari ini. Aku tidak ingin kembali meratapi kepergian nenek, dan kehadirannya cukup membuatku melupakan kesedihanku itu."Entahlah. Aku juga masih tidak paham dengan cara kerja kotak itu, selama ini aku hanya tiba-tiba tidur dan terbangun di dimensiku. Aku juga sudah bertanya kepada Miranda dan orang-orang sebelumnya, tapi jawaban mereka semua selalu sama. Mereka mengatakan kalau aku tiba-tiba menghilang begitu saja, dan kotak yang semula terbuka menjadi tertutup dengan sendirinya."Aku seperti mendengar dongeng jika bukan Aurora yang mengatakannya, karena keberadaannya disini saat ini lebih tidak masuk akal dibanding ceritanya barusan. Dan jika benar dengan apa yang dia cer
Baca selengkapnya
Persahabatan
Aku sangat terkejut karena saat ini aku hanya melihat ruangan kamar nenek, tanpa ada Ara disana. Aku masih tidak percaya kalau Ara benar-benar sudah pergi, padahal baru saja kami mengobrol dengan santai."Aurora.....! Ara.....! Kamu masih disini kan? Jangan bercanda seperti ini, aku sangat tidak suka."Aku berusaha mencari disetiap sudut rumah, tapi hasilnya tetap nihil. Sepertinya cerita tentang dia yang hilang secara tiba-tiba memang benar. Dan jika dia sudah kembali ke tempat asalnya, itu berarti aku harus menunggu satu minggu lagi untuk dapat kembali bertemu dengannya.Padahal aku masih berharap dia akan menemaniku hingga malam, agar aku tidak sendirian saat ini. Keheningan membuatku kembali teringat tentang nenek, walaupun aku masih sedikit terhibur dengan pertemuanku dengan Ara tadi.'Satu Minggu semoga dapat berlalu dengan cepat.'Aku berkata dalam hati, berharap Ara dapat mendengar apa yang sedang aku pikirkan. Aku berjalan menuju kamar, untuk mengabadikan moment ini dalam sebu
Baca selengkapnya
Surprise & Lamaran
"Deffa! Ini pasti perbuatanmu kan?"Aku baru ingat ingin memberikan kejutan untuknya, untunglah respon Bima selalu membuatku senang. Dia gampang terharu dengan hal-hal sepele, padahal kalau sedang di perusahaan dia terlihat sangat tegas dan berwibawa. Saat ini dia terlihat sudah sangat berkaca-kaca, hanya dengan kejutan dariku yang menyewa orang untuk menata ruangan atap ini. Ya walaupun sedikit berlebihan dari bayanganku sebenarnya, karena aku bilang untuk sahabat yang akan melamar pacarnya. Mungkin memang menyesuaikan budget yang aku berikan kepada pihak vendor, sehingga semua tampak sangat istimewa."Ya, memang aku yang memesannya. Aku sudah mengira kamu tidak akan memikirkan untuk menghias tempat ini, atau kamu hanya akan menata seadanya bukan.""Tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?""Tidak ada yang berlebihan, ini salah satu hari istimewa bagi sahabatku yang akan melamar pacarnya. Bagaimana bisa aku hanya diam saja dan tidak melakukan apapun, ya walaupun bukan aku sendiri yang
Baca selengkapnya
Kepedulian
Aku sudah menduga dengan respon yang akan Eli berikan, karena selama ini dialah yang bersikeras mencarikan dan mengenalkanku kepada perempuan kenalannya. Mungkin dia kasihan kepadaku karena selalu menjadi obat nyamuk, saat kami bertiga sedang berkumpul. Atau mungkin dia geram, melihatku yang tidak pernah tertarik dengan perempuan."Kamu tidak mengenalnya, aku juga baru bertemu dengannya sekali. Aku akan menceritakannya lain kali, tidak sekarang. Jadi kamu harus berhenti mengenalkanku kepada teman-temanmu."Aku menekankan kepada Eli, agar dia berhenti untuk terus menjodohkanku. Sedangkan Bima tidak terlalu ikut campur selama ini, mungkin dia yang sangat paham dengan pikiranku. Jadi dia tidak pernah memaksaku, atau bertanya tentang wanita kepadaku. Itulah mengapa aku mengatakan kalau mereka saling melengkapi, Bima selalu bersikap lembut dan tenang jika dihadapan Eli."Baiklah. Tapi jika kamu terlalu lama mengenalkannya kepada kami, aku akan menjodohkanmu lagi nanti."Eli tampak masih be
Baca selengkapnya
Menguji Kesabaran
Sudah seminggu setelah terakhir kali aku bertemu dengan Ara, rencananya sepulang kerja aku ingin kembali membuka buku itu sesuai perjanjianku dengannya. Aku sudah tidak sabar untuk dapat bertemu kembali dengannya, bahkan aku sering memimpikannya dalam tidurku belakangan ini. Terakhir kali, aku memimpikan berjalan di taman yang luas bersama Ara. Dengan pemandangan yang sangat indah, serta cuaca saat itu yang sangat mendukung. Hari ini aku memiliki jadwal yang sangat padat, jadi tidak ada waktu bagiku untuk sarapan tadi pagi. Saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 13.45, pantas saja perutku sudah keroncongan sejak tadi. Meeting pagi dengan para penulis, memakan waktu yang cukup lama dari sebelum-sebelumnya. Padahal setelahnya aku juga sudah berusaha, untuk menganalisa setiap dokumen yang ada di meja kerjaku dengan lebih cepat. Namun tetap saja, waktu berjalan dengan sangat cepat.Untunglah Bima yang pengertian, sudah memesankan tempat untuk kami makan siang diluar. Bima cuku
Baca selengkapnya
Kesepakatan Terakhir
"Hah, dua ratus juta? Sepertinya Paman mengajak bercanda.""Itu nominal sedikit dibanding harga rumah ibu, Deffa. Memang seharusnya aku layak untuk mendapatkan nominal itu.""Aku sudah bilang, kalau aku tidak akan menjual rumah itu.""Itu terserah kamu akan menjualnya atau tidak, tapi aku tidak akan berhenti untuk memintamu menjualnya, jika kamu kesulitan memberiku sejumlah itu.""Paman benar-benar tidak tahu malu. Seratus juta kalau Paman mau, jika tidak maka aku tidak akan memberikan sama sekali.""Pak!"Bima menginterupsi ucapanku, sepertinya dia keberatan mendengar aku akan membayarnya sebesar itu. Tapi aku langsung mengangguk-anggukkan kepala, tanda tidak ada masalah bagiku. Aku sudah sangat lelah untuk selalu berdebat dengan Paman, yang selalu meributkan untuk menjual rumah peninggalan nenek. Sebenarnya aku bisa saja melaporkan Paman, karena sesuai hukum memang rumah itu sudah menjadi hak ku. Tapi aku tidak tega jika harus melaporkan keluarga sendiri, walau bagaimanapun Paman te
Baca selengkapnya
Pertemuan Kembali
Aku sedikit tidak menyangka kalau Bima akan menanyakan hal itu, padahal obrolan kami sedari tadi tidak mengarah kesana. Saat ini aku sangat ingin bercerita kepadanya, tapi aku sudah berjanji kepada Ara untuk tidak menceritakan tentangnya pada siapapun sebelum mendapat izin darinya. Walaupun aku tidak terlalu yakin dia akan mengizinkan, tapi aku akan berusaha meyakinkan Ara agar mempercayai Bima juga nantinya."Rencananya aku akan bertemu dengannya malam ini. Tapi aku belum terlalu yakin dengan semuanya, jadi aku belum bisa bercerita lebih kepadamu."Aku berharap dia tidak terlalu kecewa, karena aku tidak menceritakan semua padanya. Aku tidak ingin ada keretakan dalam pertemanan kami hanya karena hal ini, tapi janji tetaplah janji dan aku tidak mungkin mengingkarinya."Baiklah, tidak masalah Daf. Aku sudah cukup senang mendengar pada akhir ada wanita yang membuatmu tertarik. Aku sudah sangat khawatir, karena kamu selalu hanya tertarik kepadaku."Awalnya aku cukup lega mendengar ucapann
Baca selengkapnya
Dimensi Eunoia
Cahaya itu masih sangat terang untukku, walaupun aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Sebenarnya aku sangat khawatir, kalau cahaya terang tadi bisa terlihat oleh orang dari luar. Tapi selama tidak ada yang mengetok pintu, aku anggap kalau tidak ada orang lain yang melihat cahaya terang itu."Ara. Maaf jika aku menarikmu kesini dengan tiba-tiba.""Tidak masalah Deffa, kita sudah punya perjanjian bukan. Aku juga sudah menunggu, kapan aku akan tertarik ke dimensi ini lagi.""Aku senang kalau kamu juga menantikannya, aku sangat khawatir sejak tadi untuk menggosok kotak itu. Aku takut kamu marah, karena membukanya disaat kamu belum siap.""Aku selalu siap jika aku sudah berjanji. Ngomong-ngomong kenapa ruangannya menjadi lebih luas dari sebelumnya, ini juga terlihat sangat berbeda.""Iya benar, sebelumnya kamu hanya di kamar Nenek, jadi aku pikir kamu akan senang jika aku memperlihatkanmu seisi rumah.""Ya, aku sangat senang Deffa. Aku tidak menyangka kalau luar ruangan akan seperti in
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status