Share

03. Kalian Besanan, Aku Tidak Terkesan!

03. KALIAN BESANAN, AKU TIDAK TERKESAN!   

Keluarga besar suaminya memang benar-benar iblis berwujud manusia.

Mereka tidak peduli dengan perasaannya sebagai istri yang akan dimadu oleh suaminya.

Walaupun Christine tidak memberikan ijinnya, Karel tetap bersikukuh pergi melamar Bella yang masih kerabat dekat dari pihak ibunya.

Bahkan gilanya, keluarga besar suaminya ikut pergi melamar wanita bernama Bella itu tanpa memikirkan perasaannya sama sekali.

"Sabar Christine, kamu masih mempunyai bayi yang perlu perhatianmu!" katanya dalam hati.

Kesabaran Christine sudah tidak bisa dibendung lagi. sakit hati bercampur kemarahan mengerogoti hatinya yang sudah terluka ini akibat perlakuan suaminya.

Hanya dua anaknya yang masih kecil, mengingatkan dirinya tidak berbuat sesuatu yang akan dia sesali seumur hidupnya, serta memberi semangat padanya untuk berjuang di luar lingkaran keluarga iblis suaminya ini.

"Kalian besanan sesuka hati kalian, tapi aku tidak terkesan sama sekali. Biar saja aku tidak menjadi bagian dari keluarga kalian lagi!" tegas Christine dalam hati.

Christine sudah memutuskan akan minggat dari rumah mertuanya ini setelah ijasahnya dikembalikan oleh suaminya.

"Memang bangsat kamu, Mas!" gerutunya.

Sebuah pesan notifikasi WA masuk ke hapenya.

[ Chris, aku terpaksa menuruti kemauan ibu untuk melamar Bella ]

[ Maafin aku ya, nanti aku jelasin kalau sudah pulang ]

"Tidak perlu pulang lagi kamu, Mas! Dasar lelaki tidak berguna! Jangan-jangan kamu yang ingin nikah lagi dengan Bella!" katanya dalam hati.

Christine pernah bertemu Bella yang masih termasuk sepupu jauh dari Karel, suaminya.

Bella masih sangat muda, baru menginjak umur 21 tahun, tapi prestasinya di bidang akademik sangat luar biasa di usianya yang masih sangat muda ini.

Mertuanya sangat menyukai Bella yang langsing dan cantik, bahkan cerdas di usianya yang masih sangat muda ini.

Christine tidak habis pikir. Kenapa gadis secerdas dan secantik Bella menerima lamaran dari Karel yang sudah jelas berumur jauh di atasnya.

"Ada yang tidak beres dengan pernikahan Karel ini!" pikr Christine.

Ponselnya berbunyi lagi.

Kali ini pesan dari mertuanya.

[ Awas saja kalau kamu berani mengacaukan lamaran dari Karel terhadap Bella! ]

[ Aku dan seluruh Keluarga Smith tidak akan mengampunimu dan akan membuat hidupmu sengsara! ]

[ Camkan itu! ]

"Nenek lampir sialan! Sudah bagus aku tidak melabraknya, sekarang dia mengancamku lewat pesan di ponsel? Dasar keluarga sialan ...!!!"

Christine berteriak sejadi-jadinya. Keluarga Smith malahan menganggapnya sebagai penganggu acara lamaran Karel terhadap Bella, padahal dia adalah istri sah dari Karel. Tapi bagi Keluarga Smith yang terhormat itu, dia hanyalah sampah dan benalu yang bisa membatalkan acara lamaran itu.

"Brengsek kamu Karel! Di mana tanggung jawabmu sebagai suami? Hanya karena takut terhadap ibumu, kamu campakkan aku begitu saja!" gerutu Christine yang menahan amarah yang besar yang siap meledak dari dalam tubuhnya.

Christine mengambil ponselnya dan membalas pesan dari Karel tadi.

[ Aku tidak merestui lamaranmu terhadap Bella, Mas! ]

[ Sampai matipun aku tidak terima diperlakukan bagaikan sampah olehmu dan keluarga besarmu! ] 

[ Brengsek kamu, Mas! ]

Puas memaki-maki suaminya lewat pesan ponsel, Christine memutuskan untuk pergi ke acara lamaran suaminya ini.

Hatinya sudah tidak tahan untuk melabrak suaminya yang tidak berperasaan, apalagi mertuanya yang tidak menyukainya sama sekali.

Christine tidak ingin memaki mertuanya karena tahu Keluarga Smith akan melaksanakan ancamannya apabila dia memaki-maki nenek lampir itu.

Tapi yang menjadi masalahnya adalah tidak ada yang enjaga Cindy, putinya yang baru berumur 5 tahun. Juga putranya yang masih bayi, Jason.

"Cindy ... Nak, mau mama ajak jalan-jalan?' tanyanya kepada putri kecilnya yang sedang tidur ini.

"Mau, Ma!' jawab Cindy.

"Ayo kamu ganti pakaian! Kita jalan-jalan ke pantai, mau?' bujuk Christine lagi.

"Mau banget Ma!' jawab Cindy kegirangan.

"Tapi, kita mampir sebentar ke rumah Tante Bella ya?" ujar Christine lagi.

"Memangnya ada apa di rumah Tante Bella, Ma? Kenapa kita harus mampir dahulu ke rumah Tante Bella?" kata Cindy yang masih bawel-bawelnya ini.

"Mama ada keperluan sebentar ... nanati dari sana kit alangsung ke pantai, ajak dede juga yang lagi tidur," jelas Christine.

"Ooh ... bilang Ma dari tadi, ada perlu sama Tante Bella!" sahut Cindy.

"Ya sudah, kamu ganti pakaian sana! Sudah bisa kan ganti pakaian sendiri?" tanya Christine lagi.

"Sudah, Ma! Kan Cindy sudah jadi kakak, jadi harus bisa apa-apa itu sendiri!" ujar Cindy.

"Anak pintar!" kata Christine sambil tersenyum melihat tingkah Cindy.

Andaikan saja Karel tidak menghianatinya dengan melamar Bella, tentu mereka akan menjadi keluarga yang bahagia.

"Aku sudah siap, Ma!" teriak Cindy yang sudah berpakaian rapi.

Christine menyambar kunci mobilnya di atas meja, kemudian memakaikan safety belt bayi kepada Jason di kursi belakang.

"Cindy jaga dede ya ...!" pesan Christine.

'Baik, Ma!' jawab Cindy.

Christine menyetir perlahan ke arah rumah Bella yang terletak di utara Jakarta.

"Akan kukacaukan lamaran terhadap menantu idamanmu, nenek lampir!" ujar Christine yang sudah tidak menaruh hormat lagi kepada mertuanya setelah ancaman yang diterimanya lewat pesan ponselnya.

Mobil Christine mmembelah jalanan Jakarta dengan perlahan.

Christine tahu, dia tidak boleh emosi membawa mobilnya, karena ada dua anaknya yang memerlukan perhatiannya sekarang.

Ponselnya berbunyi lagi.

"Jangan-jangan dari nenek lampir itu lagi, mengancamku lagi!" pikirnya.

Christine meminggirkanmobilnya terlebih dahulu, karena menyadari kalau membaca pesan di ponsel sambil menyetir akan membahayakn dirinya dan kedua anaknya ini.

[ Kamu harus menerimanya, Chris! Bella sudah menerimamu! ]

[ Jangan terlalu berlebihan Chris! Aku hanya menikah lagi! Itu biasa! ]

"Bella sudah menerimu! Brengsek kamu, Mas! Dasar laki-laki biadab!" seru Christine yang geram terhadap jawabannya suaminya yang tidak berperasaan ini.

Ponselnya dilemparkannya ke kursi mobil di sampingnya saking kesalnya dia terhadap perlakuan suaminya yang sangat tidak memperhatikan perasaannya.

"Mama, kenapa?' tanya Cindy.

Beruntung Jason tidak terbangun oleh teriakannya. Bayi ini masih tertidur lelap di samping Cindy yang menjaganya.

"Tidak apa-apa, Nak! Mama lagi pusing saja! Nanti kita refreshing ke pantai ya," ujarnya kepada Cindy sambil menjalankan mobilnya lagi.

"Ma .. kalau pusing berhenti dahulu Ma! Bahaya kalau menyetir dalam keadaan pusing!" seru Cindy yang menyadarkannya kalau dia tidak boleh hanyut terbawa perasaan sakit hatinya yang membuat kepalanya sakit.

"Iya Nak ... Mama tahu! Ya sudah, kita mampir dahulu di tempat makan ya ... biar Cindy makan dahulu!" ujar Christine yang tidak tega terhadap anaknya, juga dia perlu menenangkan diri dahulu agar tidak mencelakakn kedua anaknya.

*****

Mobil Christine perlahan memasuki kompleks perumahan di utara Jakarta ini.

Rumah Bella tidak jauh dari jalan masuk kompleks.

Setelah merasa tenang, Christine memutuskan untuk menyelidiki terlebih dahulu dan tidak langsung membuat kekacauan di rumah orang, yang bisa berakibat dirinya diusir oleh satpam kompleks perumahan ini.

Mobil diparkir oleh Christine tidak jauh dari rumah Bella, agar suaminya tidak mengenali mobilnya apabila dia berhenti tepat di depan rumah Bella.

Tidak tampak adanya keramaian di rumah Bella.

Suasana sepi-sepi saja.

"Apa lamarannya tidak diadakan di sini ya? Atau sudah selesai?" pikir Christine.

Christine terus mengamati rumah Bella dari balik kaca mobilnya, tapi tidak tampak seorangpun yang keluar masuk rumah ini.

Bahkan Christine tidak melihat mobil Karel ataupun mobil orang tuanya terparkir di depan rumah Bella.

Christine mulai ragu untuk mendatangi langsung rumah Bella ini, tapi rasa penasaran membuatnya ingin memastikan kebenaran lamaran suaminya ini terhadap Bella.

*****

Bersambung .....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rubby
Hati-hati Chris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status