Share

Bab 16

Saat turun dari taksi aku melihat seorang balita laki-laki tengah bermain bersama teman-temannya di depan rumah Ibu. Dia tertawa dengan riang. Tawanya menular padaku membuat hatiku hangat. Dia pasti Yusril anak kesayanganku. Kurentangkan tangan sambil menyapanya.

“Ucil, sini Sayang. Ini Ibu, Nak!”

Dia menghentikan tawanya dan menatapku tak suka. Semakin kudekati semakin menghindar. Ibu dan Lina keluar rumah untuk membujuknya tapi dia tak mau mendengarkan. Dia malah menangis dan menjerit-jerit. Kami menjadi tontonan para tetangga dan anak-anak yang tengah bermain. Aku menangis sesenggukkan, rasanya sakit sekali ditolak anak sendiri.

Aku masih sesenggukan saat seseorang mengguncang-guncang badanku.

“Kamu mimpi buruk, La?’

Syukurlah ternyata hanya mimpi. Rasanya sesakit itu, seperti nyata. Ayu menatapku dengan khawatir. Dia mengusap-usap punggungku. Bukannya tenang, aku malah makin meledakkan tangis dalam pelukan kawan baruku yang baik hati itu.

Setelah tenang kuceritakan mimpiku. Meski
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status