Waktu telah tiba, malam dengan kerlip lampu hias membuat suasana halaman rumah tampak indah. Halaman rumah yang luas itu benar-benar dihias sedemikian rupa dengan banyak lampu warna-warni dan bunga segar.Semua tamu undangan berdatangan dengan topeng mereka masing-masing."Menurut Mas bagaimana? Apa topeng ini cocok dengan saya?" tanya Zsalsya sembari terus mencoba lalu melepasnya lagi. Ia merasa kurang percaya diri dengan topeng tersebut. Padahal, tanpa disadari, Endrick sangat terkesima dengan penampilan Zsalsya malam ini.Gaun indah yang dibelinya selalu tepat. Lekuk tubuh indah Zsalsya terlihat jelas malam itu. "Kamu sangat cantik malam ini," puji Endrick dengan mata terus mengarah pada Zsalsya tanpa berkedip sedikit pun. Seolah tidak ingin kehilangan satu detik pun momen memandang wanita cantik itu."Mas jangan bohong. Saya tahu penampilan saya tidak sebaik itu!" Endrick memegang kedua pundak Zsalsya dan membalikkannya hingga posisi Zsalsya dengan kaca saling berhadapan satu sa
Kyora yang awalnya mengantri pun kemudian pergi sebentar menarik tangan Rejho. Entah untuk apa, tetapi sepertinya memang ada maksud yang tengah disembunyikan.Zsalsya yang kini sudah berada di antara para tamu undangan pun kemudian melihat-lihat untuk mencari keberadaan Ayahnya. Ia pikir bahwa Ayahnya mungkin saja diundang ke acara tersebut."Kamu sedang mencari siapa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya tampak melihat ke seluruh penjuru tempat yang mampu dijangkau mata.Zsalsya menggelengkan kepalanya. Lalu, ia berusaha kembali menikmati pesta itu. Walaupun sebenarnya ingin segera bertemu dengan Firman.Kemudian, tak lama dari itu, seorang kepala pelayan wanita, Herny datang ke sana menghampiri Endrick."Tuan, keduanya sudah saya bungkus dengan baik," kata kepala pelayan itu.Semalam, saat Zsalsya tengah tertidur lelap, Endrick yang saat itu baru pulang dari mall pun langsung menemui kepala pelayan. Ia melihat kepadanya, agar membungkuskan barang hingga terbentuk seperti sebuah kado.
"Suapan pertama ini akan saya berikan kepada Endrick, Anak tunggal saya. Karena, dia yang selalu ada untuk saya~!" tutur lembut Rosmala sebelum suapan kue itu meluncur ke mulut Endrick.Lantas, setelah mengatakan hal itu, suapan itu pun langsung memasuki mulut Endrick. Tanpa menunggu lama, Endrick segera menerimanya. "Terima kasih, Ma," ucap Endrick sembari memeluk Rosmala dari samping. Rosmala tersenyum senang. "Mama juga mau berterima kasih sama kamu karena selama ini selalu menemani Mama dan selalu siap siaga ketika Mama butuh sesuatu," balas Rosmala. Ia terharu sampai menitikkan air mata. Tetapi, air mata yang terjun ke pipi itu segera disekanya. Lalu, ia kembali tersenyum menikmati acara tersebut.Piring dan sendoknya kemudian ditaruh kembali di meja dekat kue. Ia memeluk tubuh Endrick dan Endrick pun membalas pelukan itu sembari mengelus punggungnya. "Iya, Ma ...."[Acara pesta ulang tahun ini penuh haru, ya~! Baiklah, menangis untuk suka ditanya sudah selesai. Sekarang memas
"Sekarang saya tanya perasaanmu kepada saya. Apa kamu cinta?" tanya Endrick dengan suara pelan.Zsalsya terdiam sejenak. Pipinya agak memerah dan begitu banyak pertanyaan terus berdatangan.'Bagaimana ini? Aku menyukainya. Dia sangat baik sekali, sikapnya tak pernah aku temukan pada orang lain. Aku tidak mau kehilangan pria seperti dia.'Pikiran itu membuat Zsalsya terdiam dan tidak langsung menjawab pertanyaan Endrick.'Tapi .... Aku juga belum siap jika harus menikah lagi. Aku takut apa yang terjadi di masa lalu, terjadi lagi dengan orang yang berbeda.'Endrick melepas pelukan itu dan membuat Zsalsya dalam posisi berdiri. "Baiklah. Saya akan memberimu waktu untuk berpikir. Tapi, sebenarnya apa yang membuatmu tampak ragu kepada saya?" tanya Endrick.Zsalsya agak terhenyak, ia terbangun dari lamunannya. "Tapi, kamu harus tahu kalau saya ini masih belum bisa mempercayai pria manapun."Endrick berkedip pelan. "Saya tahu. Tapi, bisakah kamu kasih saya kesempatan untuk membahagiakanmu?"
Ingin berkata 'TOLONG', tetapi suara yang keluar menjadi tidak jelas akibat bekapan kuat.Zsalsya menoleh ke samping. Ia ingin melihat siapa orang dibalik topeng kupu-kupu hitam ini. Namun, dirinya sama sekali tidak dapat mengenalinya. Sebab, begitu menoleh tubuhnya semakin lemas dan menjadi gelap.Kini, entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja tersadar dalam keadaan kepala sakit dengan kedua tangan terikat pada sebuah bangunan tua."Lepaskan! Siapa yang membawaku ke sini?!" teriak Zsalsya sembari berusaha melepaskan dirinya dari ikatan itu. Namun, di sana tidak terlihat siapapun. Sampai, suatu ketika .... Ia melihat sendiri seorang pria datang ke hadapannya menggunakan pakaian dan aksesoris serba hitam. Bahkan setengah bagian wajahnya tertutup masker. Sehingga, Zsalsya tidak dapat mengenali siapa pria itu."DIAM! Jika ingin hidupmu selamat, kau diamlah!"Zsalsya mencoba mengingat-ngingat, sampai ia teringat pada sebuah kejadian singkat. Yang mana sebelumnya ia ingat bahwa yang membe
Endrick sama sekali tidak tahu jika sebenarnya itu adalah Kyora. Aroma minyak wangi pada pakaian yang asalnya dikenakan oleh Kyora membuat Endrick berpikir bahwa itu Zsalsya. Sebab, ia pun melihat cincin di jari manis kanannya. "Kamu ke mana saja? Ayo kita kembali ke acara itu!" ajak Endrick sembari menggenggam tangan Kyora yang ia pikir Zsalsya.Wanita itu hanya mengangguk. Endrick yang memperhatikan perilaku aneh wanita yang digenggamnya itu membuatnya merasakan ada sesuatu yang janggal."Kenapa dengannya?" batin Endrick.Tetapi, kemudian ia menghiraukannya. Ia menggelengkan kepala dan berusaha percaya ketika ia sendiri juga melihat kalung yang melingkar di leher wanita tersebut."Mungkin ini hanya perasaanku saja," batin Endrick sembari terus berjalan ke tempat pesta."Kalian habis dari mana saja?!" seru Rosmala dari belakang.Endrick langsung menoleh. Sedangkan Kyora, ia membelalak bingung, jantungnya berdetak kencang dipenuhi rasa takut yang menghujam pendiriannya."Dia datang k
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Di mana hadiahnya?" batin Kyora yang merasa sangat bingung dengan keadaan ini.Sungguh. Ini benar-benar membuatnya tidak tenang. Tetapi, kemudian ia terpikirkan akan sesuatu dan ia pun merasa tidak boleh menundanya lagi."Mas, Ma, saya izin ke belakang sebentar," kata Kyora.Selepas mengatakan hal itu, ia pun berjalan pergi ke arah toilet. Sebab, di sanalah ia membekap Zsalsya hingga pingsan dan tak sadarkan diri."Aku yakin benda itu ada di sana juga, tidak mungkin kalau sampai tidak ada," gumamnya sembari terus mencari keberadaan kado tersebut. Namun, entah bagaimana, ia tidak bisa menemukannya sama sekali."Di sini juga tidak ada," gumamnya sembari terus mencari.BRAAK! Terdengar suara ada barang jatuh. Sontak, Kyora pun celingak-celinguk melihat ke sana kemari. Dirinya memastikan bahwa tidak ada yang tengah memperhatikan dirinya yang tengah mencari sesuatu. Ia tidak mau jika ada yang melihatnya dengan curiga.Lalu, seorang kepa
"Dia bahkan tidak ingat dengan kado yang sudah jelas dan cukup lama di genggaman tangannya. Apa ini orang lain?" batin Endrick sembari berusaha menerawang wanita yang kini ada di dekatnya tersebut.Di samping itu, rupanya Zsalsya masih berusaha untuk terus melepaskan dirinya dari ikatan yang cukup kuat itu. Ikatan dari tali tambang itu memang kuat dan membuat Zsalsya bercucur keringat ketika berusaha untuk melepaskan diri.Ditambah lagi, kini dirinya sudah semakin lemas dengan nada dingin yang menusuk tubuh. "Aku harus bisa. Pokoknya aku pasti bisa."Tetapi, ia melihat pria misterius yang menurutnya entah siapa itu kemudian duduk pada sebuah kursi dengan mulut tampak menguap.Sebenarnya, pria itu juga merasa ngantuk karena sejak tadi ia terus menjaga Zsalsya agar tidak kabur, tetapi ia pun belum mendapat kabar lagi dari Kyora.Pria itu tidak tahu jika sebenarnya Kyora mengalami kesulitan karena Endrick semakin curiga dan agak menjauh karena setiap sikap yang ditunjukkan Kyora itu tida