Raja Kresna langsung merasa malu karena pemikirannya berhasil ditebak Wira. Namun dia tetap berkata sambil menggertakkan giginya, "Itu ... Wira, sebenarnya hal ini memang sebaiknya Raja Ararya yang pergi. Kebetulan dia akan ditempatkan di luar ibu kota agar bisa meredakan ambisinya. Tapi ... Raja Ararya mungkin nggak bisa menangani bantuan korban bencana dengan baik dan dia kejam. Aku takut saat dia nggak bisa menanganinya, dia akan membunuh para warga agar masalahnya segera berakhir!"Kekhawatiran Raja Kresna tentu saja masuk akal, karena Raja Ararya ini memang terlalu kejam.Selain itu, hati Raja Ararya selalu memikirkan masalah pemerintahan Kerajaan Agrel. Meskipun dia pergi ke Niaga, dia mungkin tidak bisa menangani bantuan korban bencana dengan tenang juga.Kemungkinan, dia akan segera mengakhiri bantuan itu hingga para korban kelaparan dan menjadi rusuh, semuanya menjadi sia-sia. Bahkan dana negara mungkin akan disalahgunakan. Jika benar-benar seperti ini, hal ini sungguh tidak b
Setelah menyelesaikan ucapannya, Raja Kresna pun langsung pergi. Pada saat itu juga, Biantara buru-buru masuk dan berkata, "Kak Wira, apa kita benar-benar mau pergi menolong korban bencana?"Wira menghela napas, lalu berkata dengan tak berdaya, "Di Kerajaan Agrel ini, banyak sekali yang nggak berguna di saat penting. Ditambah lagi dengan masalah bantuan bencana ini, masalah jadi semakin sulit diatasi. Jadi ... jangan-jangan memang aku adalah kandidat terbaik."Setelah mendengar ucapan Wira, Biantara tak kuasa menimpali, "Aku tahu masalah bantuan korban bencana di Agrel setiap tahun. Situasinya sangat tidak optimis setiap kali. Raja Ararya dan almarhum Raja Byakta selalu saja memperebutkan masalah ini.""Sebab, kerajaan akan memberikan dana besar untuk korban bencana. Sebagian besar, mereka selalu mengorupsi setengah dari dana tersebut, sisanya 20% untuk menyuap petugas lainnya dan hanya 30% yang benar-benar disalurkan ke korban bencana!"Mendengar hal itu, Wira langsung terkesiap. "Han
Hari ini Bruno hanya datang untuk melihat-lihat. Jika rencana mereka bisa berhasil, tentu akan lebih bagus. Namun jika tidak berhasil, Bruno tidak akan terlibat di dalamnya. Berma membawa beberapa orang itu masuk ke halaman dan bergegas ke kamar tengah.Mereka membawa pedang dengan tatapan tajam yang penuh dengan niat membunuh. Hanya saja, saat memasuki kamar itu, tidak ada seorang pun di dalamnya."Nggak ada orang?" Berma tercengang sesaat."Bos, tempat ini awalnya adalah kediaman Raja Byakta. Kamar ini ... seharusnya adalah kamar utama, tapi kenapa nggak ada orang sama sekali?" tanya bawahannya dengan wajah bingung. Mendengar hal ini, ekspresi Berma sontak berubah drastis."Gawat, kita kena perangkap!" serunya dengan ekspresi muram. Tanpa ragu-ragu, dia langsung hendak keluar. Namun pada saat mereka hendak keluar dari kamar, ada 30-an orang yang berdiri di sana menunggu dengan pistol yang diarahkan pada mereka."Terobos!" seru Berma. Baru saja dia hendak melayangkan pedangnya, pistol
Tebersit tatapan meremehkan dalam pandangan Bruno. Berani sekali Wira ini memprovokasinya langsung. Bukankah sekarang berakhir mengenaskan?"Wira, bukankah lebih aman kalau kamu berada di dalam sana? Kenapa kamu malah mau bertarung denganku? Memangnya kamu kira kamu sehebat itu bisa menandingiku? Jangan bercanda! Hari ini, kamu harus menerima konsekuensi atas kecerobohanmu!" ujar Bruno seraya tertawa bangga. Sebab, misinya sudah hampir berakhir. Namun pada saat ini, Wira menghela napas dan berkata dengan tak berdaya, "Apa yang kamu pikirkan? Memangnya kenapa kalau aku nggak sehebat kamu? Aku punya pistol!" Sambil berkata demikian, Wira mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya kepada Bruno.Wajah Bruno langsung menjadi pucat dan pikirannya juga jadi kosong seketika."Kamu ... licik!" gumamnya.Tanpa menunggu dia selesai bicara, Wira sudah menarik pelatuknya.Dor!Peluru bersarang di kepalanya, Bruno tewas seketika. Wira tidak membiarkannya hidup karena tidak ada gunanya. Wira tahu bah
Biantara menggeleng dengan tak berdaya. Dia tidak yakin Yasir bisa kuat menerima semua ini. "Baiklah, akan kuberi tahu. Sebenarnya ... Berma ... adalah bawahan Prabu!" ujar Biantara. Ucapannya ini sontak membuat Yasir tercengang.Setelah terdiam selama beberapa saat, Yasir langsung menoleh dan melihat tidak ada seorang pun di sisi ranjangnya. Dia langsung mengerti apa yang telah terjadi. Biantara bisa mengunjunginya di tengah malam begini dan Berma tidak ada di sisinya, berarti hanya ada satu kemungkinan. Berma pasti sudah ...."Apakah Berma ... sudah ... meninggal?" Suara Yasir gemetaran saat melontarkan pertanyaan tersebut. Dia sangat gugup dan ketakutan. Yasir benar-benar khawatir Berma telah meninggal, tapi juga takut telah terjadi sesuatu pada Wira."Berma nggak meninggal, dia hanya terluka. Tuan juga baik-baik saja. Aku datang untuk memanggilmu karena Tuan menyuruhmu ke sana. Nyawa Berma ... Tuan ingin dengar pendapat darimu. Bagaimanapun, dia adalah kekasihmu ...."Setelah mende
Setelah Wira menjelaskan semuanya, Yasir merasa kaget. Ternyata ada begitu banyak hal yang tidak diketahuinya."Yasir, aku benar-benar minta maaf. Kami percaya dengan ketulusanmu, tapi kehadirannya tetap membuat kami waswas, terutama karena kemampuannya lumayan hebat. Jadi ... kami terpaksa mengawasimu dan dia.""Hasil yang kita dapatkan hari ini memang nggak sesuai ekspektasi, aku juga merasa tak berdaya. Berma telah kutangkap. Dia adalah wanita yang kamu cintai, jadi kamu yang tentukan mau bagaimana menanganinya.""Mengingat hubungan kalian selama ini, kamu boleh saja mengampuni nyawanya. Kalau merasa dia adalah musuh dan mempermainkan perasaanmu selama ini, kamu juga boleh membunuhnya. Apa pun keputusanmu, kami akan menghormatinya!""Aku nggak langsung membunuhnya karena nggak ingin ada konflik di antara kita. Karena kamu adalah sahabatku, dan aku menganggapmu sebagai saudara kandung. Aku tulus menginginkan kebaikan untukmu. Jadi, terserah apa keputusanmu! Jangan merasa terbebani!"
"Tapi, aku menganggapnya sebagai saudara. Seorang pria yang bahkan sanggup membunuh wanita yang dicintainya, kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana hatinya setelah ini. Memang, wanita ini telah membohonginya. Tapi mereka pernah menjalani hubungan sebelumnya, setidaknya saat masih belum mengetahui kenyataannya, Yasir pernah bahagia dengannya. Aku nggak mau Yasir mengubur perasaannya sendiri."Mereka baru mengerti setelah mendengar penjelasan Wira. Ternyata, semua ini bukan demi Berma, melainkan demi perasaan Yasir."Sayang, apakah Yasir akan mengetahui niatmu ini ...." Dewina tersenyum dengan tak berdaya. Wira tidak bisa banyak berkomentar mengenai hal ini, dia hanya bisa mengamati semuanya dengan diam.Sementara itu, saat ini Yasir telah berjalan masuk ke kamar itu. Melihat Berma yang terikat di sana, tatapan Yasir dipenuhi kesedihan. Wanita ini seharusnya adalah istrinya, seseorang yang harus dilindunginya seumur hidup. Namun ... sekarang malah jadi musuhnya dan bahkan mau membunuh W
Tebersit berbagai kenangan dalam pandangan Yasir dan perasaan tidak tega. Berma yang mendengar ucapan ini juga terlihat tidak tega, tetapi sorot matanya langsung berubah menjadi dingin dalam sesaat."Yasir, apa kamu ini bodoh? Asal tahu saja, aku nggak pernah menyukaimu. Aku hanya memperalatmu, kamu tahu itu? Bunuh saja aku. Kalau nggak, aku akan tetap membunuh majikanmu. Aku orang yang memegang ucapanku!"Berma hanya ingin mati sekarang juga. Saat mendengar perkataan Yasir tadi, sejujurnya perasaannya terasa rumit dan sakit. Setiap kata yang dilontarkan Yasir bagaikan pisau yang menghujam jantungnya. Mungkin, kematian justru adalah sebuah pembebasan baginya.Namun, Yasir tidak menggubris Berma dan terus berkata, "Aku sudah belajar bela diri sejak kecil. Aku ini yatim piatu dan dibesarkan oleh guruku. Dia mengajariku banyak hal, tapi ... guruku mati di tangan orang licik.""Sampai sekarang aku masih ingat dengan orang itu. Dia adalah tuan tanah yang kaya. Lantaran guruku menegakkan kea
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m