Julian menyimpan pistol tersebut, lalu menatap Wira dan lainnya lekat-lekat. Tampak rasa syukur dan keengganan dari sorot matanya."Ya, pasti!" ujar Julian dengan mata memerah. Sejujurnya, dia juga tidak ingin meninggalkan Wira dan lainnya. Namun, dia khawatir Sekte Gunung melakukan sesuatu sehingga terpaksa pergi.Setelah Julian menunggang kuda dan pergi, Wira menatap sosok belakangnya dan menghela napas. Dia berucap, "Gadis yang sangat baik. Sayangnya, dia malah mengidap penyakit parah. Hidup ini ... benar-benar nggak adil."Wira sungguh menyayangkan hal ini, tetapi tidak berdaya. Julian jelas-jelas begitu baik, tetapi malah mengidap penyakit. Mungkin, langit iri dengan orang berbakat. Jika tidak, Julian sudah pasti sangat bahagia sekarang."Hais, entah kapan kita bisa bertemu lagi. Jujur, aku nggak rela dia pergi begitu saja ...," ucap Dewina.Begitu mendengarnya, Wira pun tersenyum sambil menyahut, "Nggak rela? Kenapa? Nggak ada yang membantumu bekerja lagi, ya?"Wira tentu hanya b
"Hm ... gimana, ya? Aku memang berpikiran seperti itu. Bagaimanapun, Julian sangat baik. Aku tentu ingin menjadikannya saudaraku. Kenapa?" sahut Dewina dengan jujur.Ini memang keinginan Dewina. Jika bertemu wanita yang mereka sukai dan wanita itu kebetulan juga mencintai Wira, mereka tentu akan membantu Wira menerima selir."Nggak perlu, mana ada istri yang terus mencarikan wanita untuk suaminya," ucap Wira dengan tidak berdaya. Dia benar-benar pasrah melihat ketiga istrinya ini."Serius?" tanya Dewina sembari mengejapkan matanya."Tentu saja, hubungan itu harus didasari perasaan kedua belah pihak, kalian nggak bisa sesuka hati menjodohkanku. Selain itu, aku bukan pria yang langsung jatuh cinta hanya karena melihat wanita cantik. Yang paling penting bagiku adalah perasaan, bukan paras. Mengerti?" jelas Wira.Baik Wulan, Dian, ataupun Dewina, semua telah melewati banyak rintangan bersama Wira. Dia tidak langsung menaklukkan ketiga wanita ini setelah melihat kecantikan mereka."Baiklah.
Setelah berdebat cukup lama, mereka akhirnya berhenti. Wulan dan Dian terus mengikuti Wira, menanyakan hal-hal yang terjadi di Kerajaan Agrel.Kedua wanita ini tentu mengetahui beberapa kejadian, tetapi akan terdengar lebih nyata kalau mendengarnya secara langsung dari mulut Wira.Wira pun memberi tahu semua hal yang terjadi di Kerajaan Agrel selama setengah tahun ini. Namun, dia tidak memberi tahu tentang Julian, membiarkan Dewina yang menceritakannya sendiri.Dewina menatap Wulan dan Dian sambil berucap, "Kak Wulan, Kak Dian, kenapa kalian nggak tanya tentang Julian? Dia nggak pulang bersama kami lho."Begitu ucapan ini dilontarkan, mereka baru teringat pada Julian. Wulan bertanya, "Oh, benar juga. Di mana Julian? Kenapa dia nggak ikut pulang?"Dewina tersenyum misterius sambil menyahut, "Hehe, biar kuberi tahu dulu. Kalaupun Julian berada di depan kalian sekarang, kalian nggak akan bisa mengenalinya!"Wulan dan Dian bertatapan mendengarnya. Mereka merasa heran, jadi bertanya, "Apa m
Satu-satunya yang dikhawatirkan Wira adalah penyakit Julian.Setelah membahas tentang Julian, mereka sekeluarga pun makan bersama. Kini, Wira juga sudah memahami apa yang terjadi.Keluarga Barus memiliki pasukan kuat sehingga sudah siap untuk bertarung lagi. Kerajaan Nuala juga sama. Mereka menjadi makin kuat karena dukungan Keluarga Juwanto.Hanya saja, kedua pihak itu tidak memiliki pemikiran untuk menaklukkan Dusun Darmadi. Lagi pula, Provinsi Lowala sangat kuat sekarang, tidak akan sanggup untuk dijatuhkan.Wira sama sekali tidak peduli. Sesudah mengetahui begitu banyak rahasia, dia menjadi tidak tertarik dengan masalah kerajaan di dunia fana. Apalagi, Wira sudah memiliki kemampuan untuk menguasai dunia! Dia hanya tidak ingin melakukannya untuk sekarang!Awalnya, Wira tidak ingin terlalu kelelahan sehingga berniat mengabaikan masalah ini dan melewati kehidupan orang kaya. Akan tetapi, setelah mengetahui banyak hal, makin banyak pemikiran yang muncul di benak Wira."Sekarang aku sud
Pada saat yang sama, beberapa orang sedang diam-diam mendekati. Raut wajah mereka tampak meremehkan."Membunuh orang biasa saja harus kita yang turun tangan, menjengkelkan sekali," ucap salah satu pria itu sambil mendengus.Dua pria lainnya pun terkekeh-kekeh dan membalas, "Nggak apa-apa, hanya membunuh orang kok. Lagian, kita sudah jarang turun ke dunia fana. Ada bagusnya juga bisa jalan-jalan.""Ya, hanya membunuh Wira, mudah saja. Jangan terlalu dipermasalahkan." Dengan begitu, ketiga orang itu pun menuju ke Dusun Darmadi.Ketika masih berada di kejauhan, ketiga orang itu tiba-tiba tercengang. Pria yang memimpin berkata dengan ekspresi merendahkan, "Cih, ada begitu banyak orang yang berjaga di luar. Sepertinya Dusun Darmadi ini lumayan juga.""Kamu benar, mereka semua ahli bela diri. Kalau orang lain yang datang, mungkin mereka sudah ketahuan sekarang.""Ya, Wira ini hebat juga. Aku nggak nyangka dia akan menyuruh begitu banyak orang berjaga di luar Dusun Darmadi."Semua pengawal ya
Kecepatan ketiga sosok itu sungguh luar biasa."Di sini!" Tanpa berbasa-basi, ketiga pria itu sontak berteriak dan menyerbu ke arah belasan orang. Dalam sekejap, sudah ada 3 orang yang mati. Adapun yang lainnya, semuanya terluka parah."Hebat sekali!""Ini gawat!""Keluarkan senapan kalian!"Semua orang bisa merasakan bahaya yang ada. Tanpa ragu sedikit pun, mereka segera mengeluarkan senapan dan menyerbu ke depan.Danu dan Doddy sudah melihat ketiga orang itu. Mereka langsung berseru, "Tangkap hidup-hidup! Jangan bunuh mereka!"Ketiga pria itu pun terkekeh-kekeh dingin mendengarnya. Ingin menangkap mereka hidup-hidup? Sungguh konyol!Namun, saat berikutnya, ketiga pria itu sontak tercengang. Kaki mereka ditembak peluru sehingga mereka terjatuh ke tanah."Senjata rahasia apa ini? Cepat sekali!" Ketika musuh masih belum tersadar dari keterkejutan, Danu dan Doddy buru-buru mengeluarkan pistol dan menembak lengan mereka.Dalam sekejap, ketiga pria itu pun kehilangan kekuatan tempur. Kaki
Danu dan Doddy mengangguk. Kemudian, Wira tiba-tiba berkata, "Selain itu, beri tahu penduduk bahwa mereka hanya perampok supaya nggak ada yang khawatir. Jangan ada yang membocorkan hal ini."Kejadian seperti ini terlalu mengerikan bagi manusia biasa. Itu sebabnya, mereka tidak seharusnya mengetahui hal ini."Oke, aku akan menjelaskannya kepada mereka. Kak Wira tenang saja," ujar Danu. Sesudah itu, dia menginstruksi bawahannya."Selain itu, kubur prajurit yang tewas dengan baik. Lain kali kalau ada bahaya seperti ini, kalian nggak perlu menguji kemampuan lawan, langsung tembak saja," pesan Wira.Wira merasa sedih memikirkan pasukannya yang tewas. Orang-orang itu telah mengikutinya selama bertahun-tahun, Wira tentu merasa bersalah atas kematian mereka.Danu dan Doddy mengangguk, tampak kesedihan pada sorot mata mereka. Wira sudah mengganti pakaian. Dia, Danu, Doddy, dan ketiga istrinya datang ke ruang rahasia.Begitu melihat ketiga pria itu, tatapan Wira tampak dipenuhi amarah. Berani se
Ketiganya pun mendengus, masih tidak menunjukkan rasa takut terhadap Wira. Akan tetapi, Wira justru tertawa terbahak-bahak mendengarnya."Hehe, menarik sekali. Berani sekali kalian mengancamku!" timpal Wira sembari menatap ketiga pria itu dengan dingin."Danu, mereka sama-sama keras kepala. Layani dulu dengan baik," perintah Wira. Begitu mendengar ini, Danu segera mengangguk."Tenang saja, Kak Wira. Bawahanku tahu batasan, nggak akan melukai mereka. Selain itu, aku sudah menyembelih ayam sejak kecil, pasti tahu bagian mana yang bisa mengeluarkan darah dengan pelan. Meski nggak bakal mati, mereka akan tersiksa setengah mati.""Lagian, mereka bertiga ahli bela diri. Fisik mereka jauh lebih hebat daripada manusia biasa. Mana mungkin aku bisa membunuh mereka!" ujar Danu. Selesai berbicara, dia mengeluarkan sebuah kotak di ruang rahasia ini.Begitu kotak dibuka, tampak berbagai peralatan di dalamnya. Ada peralatan bertani, juga peralatan rumah, dan jarum baja dengan ukuran berbeda. Jika dij
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m