Pengurus rumah tangga yang menyadari keberadaan Wira terlebih dahulu, bertanya sambil menatap Wira dengan bingung. Salie sering keluar rumah, tetapi Salie tidak pernah membawa temannya pulang ke rumah."Ayah, orang ini bilang dia kenal denganmu dan ingin datang untuk bertemu denganmu. Aku ingin lihat apa dia benar-benar temanmu," kata Salie segera setelah teringat kembali, dia hampir lupa untuk memberi tahu Raffi tentang Wira. Dia juga menceritakan kejadian yang terjadi di jalanan tadi dengan berlebihan."Anak muda, maafkan kebodohanku ini, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kalau boleh tahu, kamu adalah putra dari keluarga mana?" Meskipun usia Wira sedikit lebih tua daripada Salie, dia tetap hanya seorang anak kecil bagi Raffi yang telah paruh baya.Setelah langsung duduk di kursi seolah-olah di sana adalah kediamannya sendiri, Wira tersenyum dan berkata, "Kamu benar-benar nggak mengenalku?""Hm ...." Setelah termenung sejenak, Raffi akhirnya tetap menggelengkan kepala karena dia mem
"Aku nggak berbohong," kata Wira sambil tersenyum pada Salie. Saat menuju ke sini, dia memang berniat ingin memberi pelajaran pada Salie. Tidak peduli pria atau wanita, harus dihukum jika membuat kesalahan. Apalagi, Salie berasal dari keluarga terhormat, sikap Salie pasti manja seperti sikap anak-anak dari keluarga kaya pada umumnya. Namun, saat melihat Raffi, dia akhirnya menyadari dia sudah salah paham tentang Salie. Gadis ini hanya lebih suka bermain-main, sama sekali tidak berniat jahat. Oleh karena itu, dia mengubah pemikirannya."Salie, kamu segera minta maaf pada Tuan Wira. Nggak peduli apa yang sudah kamu lakukan sebelumnya, Ayah tahu kepribadianmu. Kamu pasti sudah menyinggung Tuan Wira. Kalau nggak, Tuan Wira nggak akan mengikutimu ke sini." Raffi bereaksi dengan cepat dan segera berkata pada Salie. Dia memiliki sedikit pemahaman tentang Wira, tetapi semua itu hanya mendengar dari perkataan orang lain saja. Apalagi, Keluarga Oesman baru saja musnah, dia tidak ingin Keluarga T
"Pada saat itu, aku akan menjelaskan pada kalian bisnis apa yang harus ditangani oleh tiga keluarga besar ini. Kelak kalian juga nggak perlu terus bersaing lagi." Wira tidak ingin terlibat dengan dendam pribadi orang-orang ini, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Jika tiga keluarga besar bisa hidup berdampingan dengan damai dan kelak memiliki tujuan bisnis yang sama, itu akan menghemat banyak biaya. Selain itu, semua uang itu juga akan masuk ke sakunya, sehingga akan sangat membantu rencananya untuk melangkah lebih jauh. Perhitungannya sangat jelas.Raffi sangat bersemangat karena dia sudah mendengar tentang kejadian di Keluarga Abizar. Setelah Keluarga Oesman musnah, Keluarga Abizar langsung naik daun. Hanya dalam semalam, keluarga itu langsung mengambil ahli semua bisnis Keluarga Oesman dan sekarang berada dalam puncak kejayaan.Awalnya, Raffi berpikir Wira akan mendukung Keluarga Abizar untuk perlahan-lahan menduduki posisi pemimpin dari empat keluarga besar, lalu menghabisi kedua
Sel penjara itu gelap. Bukan hanya tidak ada cahaya matahari, tetapi juga dipenuhi dengan tikus-tikus yang menyebalkan. Ditambah lagi, tangan dan kaki Thalia diborgol, sehingga untuk makan pun harus disuap orang lain. Dia merasa harga dirinya dibuang di lantai dan diinjak-injak dengan kejam. Bagaimana mungkin dia yang biasanya angkuh bisa menahan semua perlakuan ini?"Membunuhmu? Bagaimana mungkin? Orang-orangku sudah menuju Kota Hantu, aku nggak akan menyentuhmu sebelum mereka kembali. Jangankan membunuhmu, meskipun kamu ingin bunuh diri pun nggak akan punya kesempatan itu ...."Wira tersenyum, lalu melanjutkan, "Tapi, aku peringatkan kamu. Kalau orang-orangku nggak bisa kembali dari Kota Hantu, aku akan membuatmu sangat menderita dan menyesal telah dilahirkan ke dunia ini."Thalia langsung berteriak, "Berengsek! Kamu ini benar-benar orang paling berengsek di dunia ini! Meskipun kelak aku menjadi hantu, aku juga nggak akan memaafkanmu! Aku akan terus mengutukmu di neraka setiap hari,
"Apa yang harus dilakukannya, itu adalah keputusannya sendiri," kata Wira.Wulan menganggukkan kepala dengan lembut."Oh ya, apa kamu ada rencana malam ini?" Wira tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraannya."Tentu saja nggak. Yang lainnya nggak ikut bersama kita dan aku juga nggak mengenal siapa pun di Kota Limaran ini. Selain menemanimu, aku benar-benar nggak tahu harus melakukan apa," jawab Wulan dengan ekspresi tak berdaya. Dia akan memilih untuk tetap tinggal di Dusun Darmadi jika tahu situasinya akan seperti ini, setidaknya dia bisa mengobrol bersama Wulan dan yang lainnya. Selain itu, dia familier dengan Dusun Darmadi, sehingga tidak akan merasa begitu bosan. Namun, tidak ada gunanya menyesal karena dia yang memilih untuk datang ke sini, dia hanya bisa menerima situasinya."Baiklah. Malam ini aku akan membawamu pergi bersenang-senang."Wira tersenyum misterius, lalu memanggil orang yang berada di luar pintu. "Kamu hubungi orang-orang dari tiga keluarga besar dulu dan pesan satu m
Setelah memerintah semua untuk bersembunyi, Biantara segera mengangkat sebuah meja dan menghalang di depan tubuhnya. Serangan lawan terlalu kejam, pasti akan ada banyak korban jika mereka ingin keluar untuk menghadapi lawan itu. Mereka hanya bisa menunggu hingga serangan itu berhenti, lalu mencari kesempatan untuk melarikan diri. Para anggota jaringan mata-mata di sampingnya juga bersembunyi di sudut-sudut dinding, tidak berani menghadapi serangan itu.Setelah hujan panah yang berlangsung selama lima belas menit, situasi di luar ruangan menjadi lebih tenang dan ada sekelompok orang yang langsung memasuki ruangan."Siapa yang bernama Biantara? Segera keluar! Kalau nggak, aku akan membunuh semua orang di sini," kata orang yang berdiri di paling depan dan memakai topeng dengan dingin, lalu menatap semua orang yang berada di ruangan itu.Biantara menggelengkan kepalanya, lalu keluar dari persembunyiannya terlebih dahulu. Jumlah lawan sangat banyak dan di luar pasti sudah ada perangkap, dia
Para kepala keluarga dari ketiga keluarga besar itu telah berkumpul di ruangan restoran. Mereka sudah bergegas tiba lebih awal dan duduk diam menunggu kedatangan Wira. Suasana di ruangan terasa sangat sepi. Tidak ada yang berani berbicara dan saling menatap."Uhuk uhuk."Setelah batuk beberapa kali karena melihat suasana di ruangan yang canggung, Raffi yang selalu pandai berbicara menatap Aariz. "Tuan Aariz, aku dengar hubunganmu dan Tuan Wira cukup baik. Menurut informasi, bahkan semua aset Keluarga Oesman juga sudah menjadi milikmu. Apa kamu tahu apa yang akan disampaikan Tuan Wira kali ini sampa mengumpulkan kita?"Cody juga memasang telinganya untuk mendengar jawaban Aariz.Biasanya, para anggota keluarga besar ini tidak pernah inisiatif bertindak. Meskipun mereka bertemu di sebuah acara tertentu, mereka juga akan saling menghindar. Bagaimanapun juga, mereka harus mengalahkan lawan mereka jika ingin berkembang, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki kemampuan itu. Mere
"Kalian pasti sudah tahu tentang masalah Keluarga Oesman, 'kan?" tanya Wira langsung ke topik.Ketiga kepala keluarga itu menganggukkan kepala. Kota Limaran tidak begitu besar, bagaimana mungkin mereka tidak mendengar tentang Keluarga Oesman yang tiba-tiba menghilang. Mereka tentu saja tahu semua hal ini pasti berhubungan dengan Wira, tetapi ini adalah kesalahan Keluarga Oesman sendiri dan tidak bisa menyalahkan orang lain. Hal inilah yang menjadi peringatan bagi mereka agar tidak mengganggu Wira lagi untuk melindungi mereka sendiri."Aku nggak akan menyembunyikan hal ini dari kalian lagi. Masalah Keluarga Oesman memang nggak terlalu penting, tapi kalian juga pasti sudah dengar tentang alasan dan konsekuensinya, 'kan? Saat ini, aku sedang menjalankan proyek hidrolik yang akan bermanfaat bagi seluruh warga kota, tapi Keluarga Oesman malah diam-diam menaruh racun di sumur demi kepentingan mereka sendiri. Banyak pekerja yang sakit parah dan menghambat proyekku.""Awalnya, aku berniat memb