Adit menahan diri untuk tidak menghajar Bram. Bagaimanapun saat ini dia berada di antara banyak orang.Dan sebagai seorang bodyguard yang sedang menjalankan tugas, dia harus bersikap profesional.“Kamu keterlaluan, Bram! Aku tahu kamu kesal karena aku tiba-tiba mengganti Tommy dengan dia, tapi kamu tak perlu sampai berbuat sejauh ini. Lagi pula, sebagai CEO, aku berhak menentukan siapa orang yang menjadi bodyguard-ku. Ingat itu!” cerocos Brenda.Bram melirik Brenda sekilas. Memang benar, dia tak terima Tommy tiba-tiba saja diganti oleh pria yang sama sekali tak dikenalnya ini. Dan kalau saja dia bisa, dia ingin meludahi si bodyguard baru ini di situ.Ada alasan personal di balik sikap penolakannya yang berlebihan ini. Bram sudah sedari lama menyukai Brenda. Dia tak suka melihat ada pria asing berada di dekat sang CEO Galaxio Group.Dengan sorot mata yang dingin, Bram berjalan ke belakang Adit, menaruh tangan kirinya di bahu kiri Adit.Dia condongkan tubuhnya, dia dekatkan mulutnya ke
Hardikan Adit membuat lima orang yang mengeroyoknya itu terdiam sesaat. Bagi mereka, hardikan Adit barusan seperti auman singa jantan yang marah. Adit memanfaatkan momen ini untuk membalikkan keadaan. Dia menyerang dua dari para pengeroyoknya itu sebelum orang-orang itu sempat bergerak."Argh...""Ugh..."Adit hanya memberikan satu pukulan dan satu tendangan, tapi dua orang itu mengaduh kesakitan dan ambruk. Pupil Adit membesar. Dia bertanya-tanya apakah semakin lama dia semakin kuat. "Kurang ajar! Mati kamu!!"Satu dari tiga pria yang masih berdiri berteriak kembali memukulkan lagi asbak kayu jati ke punggung Adit. Kali ini Adit bergerak cepat. Ditangkisnya tangan orang itu hingga asbak kayu itu terpental. Serangan berikutnya datang dari dua orang lagi, tapi Adit menghajar mereka di muka sampai-sampai mereka terjengkang. Tinggal satu orang lagi saja yang masih berdiri. Adit menggertaknya dengan menggeram dan bertingkah seolah-olah akan menyerang. Itu saja sudah cukup untuk me
Adit membentak si pria berambut klimis sambil memelototinya.Sesaat, pria itu mematung dengan mata terbelalak dan mulu ternganga. Dia bahkan tak bisa menggerakkan lidahnya.“Hanya lelaki pengecut yang menampar wanita!” kata Adit kemudian, melepaskan tangan pria itu sambil mengibaskannya.Si pria sempat terhuyung-huyung. Setelah kembali berdiri tegak, dia menatap Adit dengan penuh kebencian.“Siapa orang ini, Amel? Jangan bilang dia klienmu!” kata si pria sambil menatap si wanita yang ditamparnya tadi.Wanita bernama Amel itu mengangguk, berkata, “Pak Tony berniat membeli rumah ini, Pak Guntur.”“Hah? Dia mau membeli rumah ini? Jangan bercanda kamu, Amel! Kamu tahu sendiri kan semahal apa rumah ini. Dari penampilannya saja aku bisa tahu kalau orang ini tidak berasal dari keluarga kaya. Dia mau bayar dengan apa, hah? Mau jual ginjal gitu?” cemooh Guntur.Adit memicingkan mata. Tadinya dia tak berniat melakukan apa pun ke Guntur, tapi kini dia berubah pikiran.Orang sok tahu sepertinya i
Adit berada di dalam taksi yang melaju cepat ke rumah.Dia mengaktifkan sistem canggihnya sejak lima menitan yang lalu.Layar hologram itu muncul di hadapannya. Tentu saja si sopir taksi tak melihatnya.Yang dilakukan Adit sedari tadi adalah mencari-cari fitur yang mungkin bisa digunakannya saat ini untuk membuatnya tiba di rumah lebih cepat.Kotak demi kotak fitur dia buka, tapi belum juga dia menemukannya.Masalahnya adalah, kekuatan yang dimilikinya saat ini jadi tak berguna jika Adit berada jauh dari orang-orang yang harus dihadapinya.Adit menyadari kalau si sopir taksi berulang kali meliriknya dengan ujung matanya, memberinya tatapan aneh.Tapi Adit tak peduli. Saat ini yang dia pikirkan adalah bagaimana agar dia bisa menyelamatkan Diana dan Julia dari ancaman preman-preman itu.‘Sialan orang itu! Setelah aku menghajarnya kemarin itu, dia masih belum kapok juga. Lihat saja, kali ini akan kupatahkan tangannya!’ pikir Adit.…Di rumah, Julia berjalan mondar-mandir seperti setrikaa
Melihat Adit berjalan ke arahnya dengan muka garang, si Bang mendadak ketakutan.Baginya ini sungguh memalukan. Dia bahkan kesulitan menggerakkan tangan dan kakinya.“Sialan lu!!!” teriaknya kemudian, mencoba mengusir rasa takutnya itu.Dan dia berhasil. Kini dia kembali bisa mengerakkan tangan dan kakinya. Dan yang dilakukannya adalah menarik pelatuk tiga kali.Dor! Dor! Dor!Tiga tembakan yang diarahkannya tepat ke dada Adit.Tapi apa yang terjadi?Adit menghilang. Tiba-tiba saja dia menghilang dari pandangan si Bang.“Kau mencariku?”Suara Adit terdengar di belakangnya. Dan saat si Bang menoleh, dia mendapati Adit berdiri persis di belakangnya, menatapnya dengan dingin.Belum sempat dia mengatakan apa pun, Adit langsung memegang bahu kanannya dan menarik tangan kanannya ke belakang kuat sekali.Krakkk!“Arrrrghhhh! Tangan gua!!!” teriak si Bang.Adit baru saja menggoyahkan sendi yang menghubungkan bahu dan tangan kanan si Bang. Kini tangan pria itu terkulai lemas. Tak ada tanda-tan
Adit tak juga menemukan fitur yang bisa digunakannya untuk membantunya keluar dari situasinya ini. Satu-satunya opsi yang tersedia baginya adalah menggunakan kecepatan supernya. Namun, dia tak tahu, akankah dia cukup cepat untuk menghindari semua peluru yang ditembakkan Jordi dan orang-orangnya ini. Tiba-tiba saja, Jordi tertawa. Dia tertawa lepas sambil menurunkan tangannya yang memegang pistol. Satu per satu, pengawal-pengawalnya itu pun melakukan hal yang sama. Adit mengernyitkan kening, tak mengerti apa yang sedang terjadi. "Aku hanya bercanda, Adit Winarta. Aku tak mungkin menghabisi orang sepertimu. "Kalaupun saat ini kau tak tertarik untuk bergabung dengan Naga Hitam, suatu hari mungkin kau akan tertarik. "Menunggu kau bergabung masih lebih baik daripada menghabisimu di sini." Itulah yang dikatakan Jordi. Bos Naga Hitam itu kini tersenyum lebar. Dia tak lagi terlihat berbahaya. "Oke. Sampai di sini saja dulu perjumpaan kita. Lain kali saat kita berjumpa lagi, aku harap
“Justru karena itu aku harus hadir di pesta ultahnya Nenek Fiona besok, Ma. Kali ini aku akan membungkam mulut mereka semua,” kata Adit.“Hah?!” Hanya itu yang dikatakan Julia. Dia memelototi Adit dan tampak ingin sekali memuntahkan cacian teramat kejam kepada menantunya ini.“Diana, suamimu sudah gila! Kamu urus dia! Mama capek!” gerutunya kemudian, meninggalkan Adit dan Diana, menaiki anak-anak tangga ke lantai dua.Diana mengamati Julia sampai ibunya itu menghilang dari pandangannya. Barulah dia menatap Adit lagi. Matanya terlihat lelah.“Adit, kenapa kamu selalu saja berulah? Tidak bisakah kamu biarkan aku dan Mama menjalani hari-hari kami dengan tenang? Jujur, aku juga capek, Adit. Malam ini aku ingin bisa tidur dengan lelap,” kata Diana.Adit bisa memahami keresahan Diana, tapi dia sedikt sakit hati dengan kata-kata istrinya itu.Kesannya, Adit selalu saja membuat masalah dan menyulitkan mereka. Bagaimana dengan momen-momen di mana dia membantu mereka dan atau menyelamatkan mere
Kemunculan Adit mengejutkan orang-orang di ballroom. Mata Julia membulat. Ingin sekali rasanya dia menampar menantunya itu berkali-kali.“Wah, lihat siapa yang datang. Semuanya, mari kita sambut badut pesta kita: Adit Winarta!” kata Christi setelah hening beberapa saat. Dia bertepuk tangan sambil tersenyum menghina.Tentu saja, Adit tahu betul niat busuk Christi. Dia menutup pintu ballroom dan berjalan ke arah Diana dan Julia berada. Orang-orang di pesta memandanginya dengan tatapan mencemooh.Ketika Adit tinggal beberapa meter saja dari Diana dan Julia, Jonathan tiba-tiba mengadangnya.“Kau masih berani muncul di pesta ini, ya? Aku tak tahu apakah aku harus kagum atau kasihan. Aku juga tak tahu apakah kau memang orangnya punya nyali atau tak punya malu,” kata Jonathan, tersenyum miring.“Minggirlah, Om. Aku datang ke sini karena Diana ada di sini. Aku membawakan hadiah dari kami untuk Nenek Fiona,” balas Adit, menunjukkan kotak persegi panjang berwarna hitam yang dia bawa.Cara Adit