"BRAK!!!" Seseorang terlempar keluar dari penginapan. Hampir saja mengenai Rama dan Jaya yang akan masuk ke penginapan. Untungnya Jaya yang memang menguasai bela diri langsung menahan tubuh Rama ke belakang. Padahal Rama modern juga lebih peka, meskipun ia hanya mengikuti silat sampai sabuk hijau.
"Uhuk!" Pak Petra yang terlempar itu mengeluarkan darah, meskipun tidak banyak namun tubuhnya mengalami luka dalam. Semua orang memandang tanpa berbuat apapun, lalu Rama juga melihat pak Wijaya dan pak Suli di dalam tanpa berbuat apapun.'Apa yang sebenarnya terjadi? '"Bush!" Surya seorang bangsawan, menyiram petra dengan semangkok sup sayur."Coba kau rasakan, apakah masakanmu ini layak untuk aku makan?!" Katanya lagi dengan sebelah kaki yang kini berada di dada pak Petra."Uhuk!! Maa... Maafkan aku Tuan Muda Surya!! Aku mohon... Beri aku kesempatan.""Duk!!" Pak Petra langsung berlutut ketika Surya melepaskan kakinya di dada pak Petra."Waktumu hanya sampai besok!" Katanya kemudian berlalu dan mengintruksikan para pengawalnya untuk mengikuti."Terima kasih Tuan Muda... Terima kasih!!" Pak Petra berulang kali bersujud pada Surya yang sudah menaiki kereta kuda mewahnya.Melihat sudah tidak ada yang bisa ditonton, semua orangpun membubarkan diri. Rama yang menatap iba pun tidak bisa berbuat apapun, karna ia tidak tau seperti apa masalahnya. Rama mendekati pak Wijaya dan Pak Suli yang berada di dalam penginapan."Paman, apa yg terjadi?" Tanya Jaya."Tuan Muda, maaf... Untuk sementara jangan terlalu dekat, kalian habis berdekatan dengan orang penyakit menular." Pak Wijaya menangkup kan tangannya namun tubuhnya mundur ke belakang dan suaranya agak berbisik. Ia menghormati Jaya dan Rama, namun ia memikirkan keluarganya jika ia terkena penyakit menular dan membawanya pulang.Rama tersenyum maklum, ia kemudian mengeluarkan beberapa obat imboster dewasa."Paman, dikotak ini ada obat penangkal penyakit flu dan batuk. Aku jamin, jika paman minum obat ini, beristirahat dan tetap makan, makanan yang sehat. Paman tidak akan sakit." Jelas Rama meletakkan sebuah kotak di atas meja.Pak Wijaya menatap ragu ke arah kotak, namun sejak beberapa minggu ini Rama terkenal di desa mereka mengeluarkan beberapa barang istimewa. Jadi sangat memungkinkan jika obat itu memang obat penangkal."Apa nama penyakit itu Tuan Muda?""Flu, penyakit itu membuat hidung terasa tidak nyaman dan mampet, mudah menular melalui kontak fisik, makanan dan minuman yg dikonsumsi bersama, serta angin." Jelas Rama."Apa Tuan Muda Rama ini seorang Tabib?"Rama hampir terbahak, namun ia hanya menahan senyumnya. "Paman... Aku hanya punya sedikit pemahaman tentang penyakit ini." Jelas Rama lagi.Jaya menatap takjub Rama, tapi memang benar, setelah ia meminum obat yang diberikan Rama, tubuhnya terasa lebih segar."Paman minum saja, aku sudah meminumnya dan badanku terasa segar." Jelas Jaya.Pak Wijaya mengambil kotak obat dan membagikannya kepada pak Suli dan pengawalnya. Saat ini mereka hanya harus percaya pada kata-kata Rama."Jadi... Kita lanjut pertanyaan nya, apa yang terjadi di sini tadi paman?" Lanjut Rama mengalihkan topik.Pak Wijaya memandang keadaan restoran yang sudah aman terkendali, setiap orang sudah kembali ke mejanya masing-masing dan menikmati makanan mereka. Penginapan Melati mempunyai bangunan batu 2 tingkat, tingkat bawah adalah restoran, sedangkan tingkat atas untuk kamar para tamu."Yang tadi itu pak Petra, pemilik penginapan ini, sedangkan yang tadi menendang dia adalah Tuan Muda Surya. Bangsawan dari klan Jagatraya..." Pak Wijaya terlihat memandang iba ke arah pak Petra yang sedang diobati seorang wanita Muda. "Aku tidak tau seperti apa kejadian persisnya, tapi Tuan Muda Surya sepertinya tidak puas dengan makanan yang disajikan penginapan ini." Jelasnya lagi.Rama mengangguk paham dan menatap beberapa makanan di meja mereka."Maafkan aku Tuan Muda, aku lupa memesankan makanan untuk Tuan Muda.""Tidak perlu paman, kami sudah makan tadi!" Jelas Jaya senang mengingat makanan sedap yang dibuat Rama. Bahkan makanan di depannya tidak bisa membuat air liurnya menetes seperti makanan yang dihidangkan Rama.Di meja terhidang ikan bakar, bihun goreng dan sup. Tampilan makanan itu terlihat sederhana dan kurang menarik bagi Rama. Namun tak ada salahnya mencoba makanan ini."Boleh aku mencicipi makanan ini paman?" Tanya Rama, ia penasaran seperti apa orang di jaman ini memasak."Boleh Tuan Muda!!" Kata Pak Wijaya, ia kemudian memanggil pelayanan. "Pelayan!! Ambilkan 2 mangkok nasi." Katanya lagi.Di Mekaragung tidak banyak penginapan yang bisa menyediakan nasi. Karna mahalnya bahan baku, kebanyakan dari mereka hanya menyediakan ikan, bihun goreng, tumis sayur dan sup. Nasi sangat langka, karna kebanyakan rakyatnya hanya sanggup memakan sagu."Baik!!" Jelas pelayan yang bernama Asir. Ia berlari kearah dapur, kemudian kembali dengan 2 mangkok nasi di nampan, membawanya untuk Rama dan Jaya. Padahal saat ini Jaya kesulitan untuk makan, lebih tepatnya tadi ia sudah mengisi bahan bakar tubuhnya hingga penuh."Aku kenyang..." Rintih Jaya. Rama hanya tersenyum lucu melihat Jaya yang terpaksa mengambil sumpitnya.Rama mulai menyicipi nasi yg dimasak, nasi itu tidak terlihat putih, tidak terlalu pulen juga, namun terlihat bahwa chef yang memasak sudah berusaha membuat nasi ini terasa lezat, meskipun tidak selezat kualitas nasi yang Rama masak. Ikan bakarnya terasa tawar, kurang bumbu. Pengetahuan tentang resep masakan masih kurang rupanya. Bahkan bihun gorengnya masih keras. Sup yang disajikan juga hanya sup sayur tanpa kaldu, padahal meskipun tidak memakai kaldu siap saji, kaldu bisa dibuat dengan beberapa irisan daging ayam atau daging sapi. Lebih bagus lagi jika ada tulang!Sudah jelas makanan ini tidak layak dimakan oleh para bangsawan. Meskipun Rama juga tidak tau seperti apa rasa masakan di istana kerajaan."Huhuhu.... Aku tidak sanggup!!!" Padahal Jaya baru menyuap sekali, namun ia sudah manja karna selalu merasakan masakan Rama yang nikmat."Bang, kau tidak sopan pada makanan!! Kalau abang seperti itu, aku tidak akan memasak lagi untukmu." Ancam Rama dengan senyum palsunya."Tapi makanan ini tidak nikmat..." Rintih Jaya lagi dengan mata memelas kepada Rama."Maaf Tuan Muda, dibagian mana tidak nikmatnya?" Rupanya Petra mendengar percakapan mereka. Jaya langsung merasa tidak enak hati berkata seperti itu."Maaf paman, abangku ini hanya meracau!!" Jelas Rama lagi, ia menatap iba kepada pak Petra yang berwajah muram saat ini.Pak Petra sudah menatap group Rama sedari tadi. Tak banyak orang yang terlihat istimewa, namun para bangsawan dan pejabat sudah pasti terlihat berbeda. Penampilan Rama dan Jaya terlihat sederhana, namun tubuh mereka putih bersih dan wangi, aura mereka juga terlihat berbeda dari beberapa orang lainnya yang berada di dekat mereka. Pak Petra merasa kali ini pasti para bangsawan itu akan mengomentari masakannya."Ayah, jangan hiraukan mereka. Jika memang tidak suka dengan masakan kita, sebaiknya mereka tidak usah makan!!" Wanita muda ini bernama Rianti, anaknya pak Petra. Wajahnya terlihat cemberut karna hari ini ayahnya sudah sekali dilukai oleh bangsawan Surya."Hei nona muda, kamu ga sopan!! Apa kamu tau, masakan adikku ini lebih nikmat dari masakan kalian!!" Jaya berdiri dan tidak terima ketika Rianti membentak dihadapannya."Aish.... Bang Jaya..."Mata pak Petra terlihat berbinar, ia ingat betul ada rumor yg mengatakan bahwa seorang koki terkenal di Kerajaan sering mencari inspirasi dengan berjalan-jalan di tempat makan. 'Apakah mungkin Tuan Muda ini adalah Koki kerajaan? 'Tapi bukankah rumornya koki itu sudah berumur paling tidak sekitar 40an, sedangkan Tuan Muda di depannya terlihat berumur 20an."Tuan Muda, tolong beri aku kesempatan untuk mencicipi masakan anda!!!"pak Petra langsung menangkupkan kedua tangannya memohon di hadapan Rama.'tak masalah jika dia bukan koki itu, aku hanya ingin merasakan masakannya,atau abangnya hanya membual! 'Pikirnya."Maaf paman, tujuanku kesini bukanlah memasak... Aku hanya petani." Jelas Rama."Tapi Ram, kamu kan juga bisa, aduh!!!" Belum sempat Jaya menyelesaikan kata-katanya. Rama langsung menginjak kaki Jaya. Hanya wajah memelas kesakitan Jaya yang terlihat ketika memegangi kakinya."Tuan Muda, tolong aku... Jika besok aku tidak bisa memasak hidangan yang lezat, maka besok aku akan kembali dipukuli bangsawan Surya!" Kali ini pak Petra kembali menangkupkan tangannya dan setengah menunduk."Ayah...." Rianti kini berlinang airmata melihat ayahnya yang tunduk kepada oranglain yang bahkan baru mereka temui sekali. Terlihat bahu ayahnya kini pasrah menerima keadaan."Tuan Muda, tolong bantu ayahku..."kini Rianti juga menangkup tangannya di depan Rama.Rama hanya bisa memijit keningnya, gara-gara Jaya kerjaannya bertambah. Tapi ia juga tidak tega jika pak Petra harus dipukuli lagi besok."Aku..."
"Baiklah, besok pagi ketika urusanku sudah selesai. Aku akan memberikan beberapa resep masakan pada paman." Kata Rama berjanji pada pak Petra. ketika urusannya dengan pak Andik selesai, maka Rama akan memberikan beberapa resep tambahan untuk menu di penginapan Melati. Jadi, di sinilah ia sekarang. Di rumah pak Andik Pratama. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan rumah pak Andik. Rumah bata yang terbuat sangat mewah, dikelilingi pagar tinggi. Ketika masuk mereka juga disuguhi dengan taman bunga yang indah, ada kolam ikan dengan jembatan kayu yang menghubungkan kerumah utama. Pak Andik menyambut mereka dengan ramah, dan lebih ramah lagi ketika melihat hasil panen cabai yang sangat bagus. "Jadi berapa harga cabai yang akan paman beli perkilonya?" Tanya Rama. "4 logam emas!!!" Seru pak Andik. Mendengar harga yang sangat mahal itu pak Wijaya, pak Suli dan Jaya langsung terperangah. Menatap Rama tak percaya. "Baiklah paman, tapi aku ingin memberikan hadiah untukmu. Bisakah kit
"Tuan...."Rupanya Rianty menunggu Rama di depan penginapan. Ketika Rama turun dari kereta kuda, ia langsung mencegatnya dengan tangan di pinggang dan wajah cantik yang cemberut. Rama tersenyum ramah, seperti suami yang dicegat istri karna pulang terlambat. "Wah kau semangat sekali nona muda..." Goda Jaya. Hari ini Rianty terlihat cantik dengan rambut yang dikepang satu kebelakang. "Tuan, lebih cepat lebih baik untuk kau buktikan kemampuan memasakmu.""Baiklah... Tapi apa boleh aku kekamarku dulu untuk mengambil persiapan?" Kata Rama, padahal ia hanya ingin tempat aman untuk diam-diam membeli bumbu di onshop. "Baik... Jangan berpikir untuk kabur ya Tuan Muda!!" Ancam Rianty. "Hei mana mungkin kami kabur!!" Tegas Jaya, sementara Jaya dan Rianty berdebat, Rama naik ke lantai 2 , kekamar ia dan Jaya. Sesampainya dikamar, Rama membuka onshop dan membeli beberapa bumbu ikan bakar, madu, kaldu ayam, garam, veksin, dan bumbu saji bihun goreng. Tidak lupa tepung kriyuk serbaguna dan miny
Plak! Sebuah tamparan mengenai pipi Surya, Antoni bangsawan dari klan Jagatraya yang digadang-gadang sebagai penerus, melayangkan tamparan itu. Matanya memerah karna marah, bahkan ia ingin menghajar Surya hingga babak belur. Jika saja Surya bukan bagian dari klan, itu bisa saja terjadi. Namun Antoni masih menahan amarahnya. "Kau, ku beri misi untuk mendapatkan toko itu bagaimanapun caranya!!Tapi yang kudengar kau malah memberikan tips pada makanannya!!! Dimana otakmu?!!" Kata Antoni dengan tangan dikepal. Surya memegangi pipinya yang memerah, ia menahan malu saat ini. Namun ia tak bisa melawan karna Antoni mempunyai temperamen yang tidak bisa ditahan. "Kakak tertua, aku khilaf karna rasa masakan itu. Aku benar-benar minta maaf!!" Ucap Surya sembari berlutut."Rasanya belum pernah aku rasakan, aku seperti tersihir!!" Kata Surya beralasan. "Cih!!!" Itu hanya penginapan biasa, bahkan yang datang kesana bukanlah para bangsawan. Penginapan itu hanya memiliki nilai jual karna letaknya!
Selama di perjalanan dalam kereta kuda, Rama melapisi pantatnya dengan bantal tambahan yang membuatnya merasa nyaman. Kini ia berancana menjenguk Alan dan adik-adiknya sebelum kembali ke Mekarsari. Tak cukup waktu lama Rama menemukan mereka sedang makan lahap dengan roti dan selay yang Rama tinggalkan. Bahkan sepertinya Alan juga mengambil beberapa sayuran liar untuk membuat sup. Sepertinya kekhawatiran Rama memudar, melihat Alan yang cekatan dan bertanggung jawab dalam menjaga adik-adiknya. "Paman...""Panggil aku abang..."perintah Rama ketika mereka mulai memanggilnya kembali dengan sebutan paman. Rama sedikit canggung dengan panggilan tersebut. Ia merasa belum terlalu tua. "Abang Rama..."kata Alan dengan senyum canggungnya. Santi mulai sembuh, bahkan nafsu makannya sangat besar sekarang." Jelas Alan. "Abang Rama, Terima kasih sudah merawatku..." Santi memeluk kaki Rama. Ia masih terlihat memakai masker yang diberikan Rama, dan sepertinya masker itu sudah dicuci beberapa kali. Ra
"Beraninya kamu menghina keluarga kerajaan!!" Jaya akan maju menghajar pak Arya, namun Rama kembali menahannya. Saat ini jika Jaya menghajar Pak Arya, ia hanya akan menimbulkan masalah baru. Terlebih Rama tidak ingin pak Arya merasa lebih sombong ketika yakin keluarga Adipati memang dibuang. "Paman... Kami kesini ingin membayar upeti, bebaskan keluarga kami!"Mendengar kata-kata Rama mata Arya kembali dipenuhi rasa tamak akan kekayaan. "Aku tidak akan menerima kurang dari 25%!! Jika kalian memberikan kurang dari itu maka keluarga kalian akan aku tahan!!""Kami menjual 40kg cabai dikali dengan 1 logam emas, sama dengan 40 logam emas, jika 25% untuk paman, maka kami membayar 10 logam emas untuk paman. Masing-masing dari kami akan membayar 5 logam emas." Kata Rama kemudian menyerahkan 5 logam emas,disusul pak Suli yang juga memberikan 5 logam emas kepada pak Arya. Untung saja ia mendengarkan nasehat Rama untuk menukar 1 batang emas dengan beberapa logam emas dan perak. Pak Arya menata
Rama tersenyum puas, ternyata begitu mudah mempengaruhi orang-orang di masa ini, terutama yang tamak.Pemuda itu kini berbisik kepada pak Arya, membuat mata pak Arya berbinar. Kemudian ia mengangguk.Para pengawal yang memperhatikan dari kejauhan menatap bingung. Mereka melihat Rama mengeluarkan suatu kotak kayu dan memberikannya pada pak Arya."Apa itu?"***Di sisi lain, Pak Andik berlari tergopoh-gopoh ke arah gerbang rumahnya diikuti para pegawainya, pak Andi seorang Menteri Perdagangan datang berkunjung ke rumahnya. "Terima hormat Tuan Besar!" Pak Andik menangkupkan tangannya. "Langsung saja, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" Kata pak Andi. Pak Andik langsung mengangguk paham dan mengajak pak Andi ke ruang pertemuannya. Sesampainya di sana sudah ada beberapa hidangan, secara khusus pak Andik juga meletakkan bubuk cabai original dan rumput laut di atas meja. Baunya tercium sangat kuat, membuat pak Andi langsung memperhatikan kotak itu. "Aku membutuhkan bantuanmu, 1
"Tuan Muda Rama..." Pak Arya datang dengan senyuman di wajahnya. Dan memamerkan cincin giok hijau di jarinya. Tadi malam Rama memberikan 1 kotak suplemen, 1 buah sabun batangan dan 1 cincin bermatakan giok hijau. Di zaman ini tak banyak pejabat yang mampu memiliki cincin bermatakan giok hijau, bahkan ukiran cincin ini begitu indah dan elegan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau. Jelas cincin yang Rama hadiahkan adalah cincin yang ia beli dari onshop, Rama hanya melihat pak Arya ini orang yang suka memperhatikan penampilannya, jadi memberi hadiah berupa cincin. Rama bahkan tak pernah menyangka kalau pak Arya menyukai hadiah yang Rama berikan."Pak Arya...""Saya dengar Tuan Muda Rama mencari orang untuk membuat tambahan kamar?"'Lihatlah, bahkan hadiah bisa membuat sikap orang menjadi ramah dalam semalam!' Batin Rama."Benar, apa paman punya kenalan?""Hahaha....aku adalah kepala desa, aku tau warga yang bisa membantumu Tuan Muda." Lanjutnya lagi. "Baiklah...bisa paman a
Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga.Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nduk...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya."Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama.Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak termasuk