Share

bab 12

Auteur: Ummi
last update Dernière mise à jour: 2024-01-10 19:24:27

"Baiklah, besok pagi ketika urusanku sudah selesai. Aku akan memberikan beberapa resep masakan pada paman." kata Rama berjanji pada pak Petra. ketika urusannya dengan pak Andik selesai, maka Rama akan memberikan beberapa resep tambahan untuk menu di penginapan Melati.

Jadi, di sinilah ia sekarang. Di rumah pak Andik Pratama. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan rumah pak Andik.

Rumah bata yang terbuat sangat mewah, dikelilingi pagar tinggi. Ketika masuk mereka juga disuguhi dengan taman bunga yang indah, ada kolam ikan dengan jembatan kayu yang menghubungkan kerumah utama. Pak Andik menyambut mereka dengan ramah, dan lebih ramah lagi ketika melihat hasil panen cabai yang sangat bagus.

"Jadi berapa harga cabai yang akan paman beli perkilonya?" tanya Rama tanpa basa-basi.

"4 logam emas!!!" seru pak Andik saking senangnya.

Mendengar harga yang sangat mahal itu pak Wijaya, pak Suli dan Jaya langsung terperangah. Menatap Rama tak percaya.

"Baiklah paman, tapi aku ingin memberikan hadiah untukmu. Bisakah kita bicara berdua saja?"

"Baiklah..." Pak Andik langsung membawa Rama masuk ke ruangan yang lain. Ada sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, sepertinya ini adalah ruang baca pak Andik. Tidak berada terlalu jauh dari ruang tamunya.

Rama mengeluarkan 2 buah kotak, di dalamnya terdapat cabai kering "boncabai" Level 5 dengan tingkat kepedasan setara 50 biji cabai biasa. Rama memberikan rasa original dan rasa rumput laut yang baru dibelinya tadi pagi di onshop. Pak Andik memandang bubuk cabai itu."apa ini...?"

"Bubuk cabai..." jelas Rama."rasa asli dan rasa rumput laut." jelasnya lagi.

Mata pak Andik langsung berbinar dan mencoba mencicipi bubuk cabai di depannya.

"Uhuk... Uhuk...!!" rasa original begitu pedas namun sangat cocok untuk orang yang menyukai pedas, rasa rumput laut pedas namun cocok untuk pemula yang ingin mencoba makanan pedas karna tidak terlalu pedas. "Apa benar ini hadiah untukku? Sepertinya jika dijual ini akan nikmat jika ditabur pada makanan apa saja..." kata pak Andik memuji bubuk cabai Rama.

"Itu hadiah untuk paman, tapii... Jika paman ingin membeli nanti, aku bisa menjualnya..." kata Rama dengan senyum seperti sales yang berhasil mempromosikan barang daganganya. "Berapa harga yang akan paman kasih untuk bubuk cabai ini?" tanyanya lagi, karna Rama juga tidak ingin terlalu serakah, baginya di onshop harga bubuk cabai sangat murah, hanya 7 rupih per sachet. Jika per sachet dihargai bahkan 1 logam emas, maka Rama sudah memperoleh banyak keuntungan.

"Bagaimana jika 6 logam emas perkotak seperti ini?"jelas pak Andik.

'Wow, bahkan ia tidak menduga akan dihargai sebanyak 6 logam emas!'

"Baiklah paman...aku hanya bisa menyiapkan 10 kotak perbulannya." jelas Rama, tetap berpegang teguh pada, semakin langka-semakin mahal.

"10 kotak?! Bisakah kamu naikkan lagi jumlah cabai bubuknya?" tanya pak Andik, karna untuk keperluan para bangsawan dan para pejabat, 10 kotak terlalu sedikit. "Setidaknya 50 kotak perbulan?"

Rama menggeleng, "tidak paman, 10 kotak per bulan, jika pun ingin lebih, aku hanya bisa sampai 20 kotak perbulan, aku memakai tenaga keluarga, bukan tenaga pelayan, paman tau kan resepnya lebih mahal." jelas Rama dengan kebohongan yang nyata. Padahal ia hanya membeli di onshop kemudian mengemasnya di kotak.

Wajah pak Andik terlihat muram, "aku akan menaikkan harganya jika kamu bisa menyiapkan 50 kotak..." kata pak Andik dengan rayuan pedagangnya. Ia jelas melihat bubuk cabai akan sangat laris dijual di kalangan bangsawan dan pejabat. Apalagi baru-baru ini ia mendengar rumor bahwa utusan dari timur sangat menyukai masakan pedas.

"Berapa?" tanya Rama namun dengan raut wajah santai.

"8 logam emas perkotak!!" kali ini pak Andik menyebutkan angka yag sangat fantastik, jika saja Jaya mendengarnya pasti ia akan berteriak kegirangan.

"Baiklah paman, aku akan memikirkannya. Bulan depan paman bisa datang mengambil 20 kotak terlebih dahulu." jelas Rama.

"Kenapa tidak langsung 50 kotak?"

"Paman...aku siapkan bulan depan 20 kotak, bulan berikutnya baru 50 kotak. Paman bahkan belum menemukan siapa yang akan membeli bubuk cabaiku." jelas Rama rendah hati. Padahal Rama hanya memakai strategi tarik ulur.

"Aku sudah menemukan pelanggan ku, kamu tenang saja, siapkan untukku 50 kotak!! oke?!" kata Pak Andik penuh keyakinan.

"Baiklah..." kata Rama tersenyum puas.

Pak Andik kemudian mengambil sekotak uang logam emas, 4 logam emas x 40 kg cabai segar = 160 logam emas. Pak Andik kemudian mengeluarkan emas batangan sebanyak 2 buah untuk pembayaran cabai segar. Dan 8 logam emas x 50 kotak bubuk cabai = 400 logam emas = 5 batang emas dan 6 logam emas. Kini keuntungan Rama dipotong dengan hasil cabai pak Suli adalah 6 batang emas dan 6 logam emas.

Rama menahan senyum senangnya,

'ah ia bahkan bisa membeli kereta kuda nanti jika bisa menjual banyak barang dari onshop!' kereta kuda di jaman ini setidaknya seharga 10 batang emas.

"Aku akan membayar penuh untuk 50 kotak saat mengambil bubuk cabai 50 kotak bulan depan." jelas pak Andik. "Tolong... Jika ada barang bagus, berbagilah padaku lagi." jelas pak Andik tau ia harus berhubungan baik dengan Rama.

"Tentu saja...baiklah kalau begitu aku akan pamit pulang paman."

"Baik nak Rama..." kata pak Andik yg memang tidak tau status Rama adalah keluarga kerajaan.

Rama mengangguk, keduanya kemudian keluar dari ruang baca pak Andik.

Pak Wijaya, pak Suli dan Jaya menatap Rama penuh tanya sekeluarnya dari rumah pak Andik. Sesampainya di dalam kereta kuda Rama menyerahkan 1 batang emas besar kepada pak Suli, hasil panen cabainya.

"Ini 1 batang emas?!!"

Pak Suli yang tidak pernah memegang uang logam emas bahkan kini memiliki 1 batang emas besar. Tangannya bergetar hebat, bahkan ia menangis ketika melihat emas batangan itu. Mereka taunya Rama juga memegang 1 batang emas, padahal Rama memegang 6 batang emas dan 6 logam emas yang ia simpan di kotak penyimpanan onshop. Tempat teraman di zaman ini untuk Rama!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   Bab 149

    Andonesia, tahun 2075 Dunia hari ini mengalami kehancuran karena pengrusakan lingkungan oleh perusahaan maupun perorangan. Tapi, manusia tak peduli. Mereka justru berperang di bawah iklim yang berubah total dan tak sadar sebuah batuan besar dari langit menghantam bumi. Semua orang dalam keadaan panik, berlari tanpa tujuan. Bumi gelap seketika ketika kabut hitam aneh datang sementara listrik tengah padam. "Uuuhhh....!" Seorang pria tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, seolah-olah ia sudah tiduran terlalu lama. Pria itu menatap sekitarnya hingga akhirnya beradu pandang dengan perawat yang baru saja memasuki ruangannya dengan ekspresi terkejut. "Dokter Angel! Pasien nomor 10 akhirnya sadar." Perawat tersebut langsung mengabari seorang dokter cantik yang sedang menulis di ruangannya. Mendengar pasien dengan nomer 10 akhirnya sadar, Angel langsung mengikuti perawat yang tadi mengabarinya. "Klek!" Angel membuka pintu itu dan menatap pasien nomer 10 dan langsung

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 148

    "Dar!!" "Tuan Muda!" jerit Lilia. "Kau sangat berani!!" Baxia mengayunkan ekornya untuk menghantam Jenderal Kris, tubuh Jenderal Kris melayang jauh hingga menghantam badan kapal yang lain, ia mengeluarkan darah dan mati di tempat. 'Bagaimana dengan Tuan Muda?'tanya Lilia. 'Tenanglah baby, aku akan membawa Tuan kembali setelah memberi mereka pengajaran.' Baxia berbalik dan memperlihatkan aura yang sangat dominan serta mengerikan, seketika air laut di sekitar kapal Mamarika bergemuruh. "PULANGLAH DAN JANGAN KEMBALI!! ATAU AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DAN MENGHANCURKAN BANGSA KALIAN!" suara Baxia menggema hingga memekakkan telinga yang mendengarnya, sehingga mereka harus menutup telinga agar tidak terlalu sakit. Jenderal Sean mengangguk sembari menutup telinganya. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Baxia berbalik membawa tubuh Rama ke kapal mereka. Pasukan bayangan sudah menunggu Baxia dengan perasaan khawatir. Rama tidak sadarkan diri, saat diperiksa tidak ada tanda-tand

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 147

    "Fatta, apa kau berhasil menjalin kontrak dengan Naga?" tanya Rama ketika melihat Fatta dan Baxia datang setelah 2 hari berkelana dialam Hewan Spiritual. 2 hari berkelana di alam Hewan Spiritual sama dengan 2 minggu berlalu di alam manusia. Baxia dan Fatta tersenyum, seekor hewan seperti mahluk purba muncul di punggung belakang Fatta, bentuknya sepertinya dinosaurus dengan ukuran mini setinggi setengah meter. Melihat hewan Spiritual milik Fatta, spontan Jaya tertawa terbahak-bahak."Kau berburu Naga, tapi malah mendapatkan Saurus?hahaha...Hewanmu sangat lucu Fatta!" Melihat itu Fatta dengan wajah datarnya memberi perintah kepada Barats, nama yang ia berikan kepada Hewan Spiritualnya untuk menunjukkan bakat uniknya. "Barats, perlihatkan wujud aslimu!!" Barats melompat dari punggung Fatta, ia kemudian memperlihatkan bentuknya yang semakin membesar hingga sebesar Baxia, "RAAAAAOOOOWWWW!!!" Barats memperlihatkan aumannya yang keras di wajah Jaya, Jaya tak mampu berbuat apapun, ia h

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 146

    "Tuan Muda, apakah kau dari alam Hewan Spiritual?" tanya Fatta yang melihat Rama, Lilia dan Baxia datang bersamaan dari portal keluar alam Hewan spiritual. "Iya, ada apa? Apa ada masalah ketika aku pergi?" tanya Rama lagi, ia melihat ekspresi yang tidak biasa dari Fatta. "Tuan Muda, seharusnya kau mengajakku, aku juga ingin melakukan kontrak dengan Naga," sahut Fatta dengan ekspresi kecewa. Rama menghela napas lega, ia tak menyangka masalahnya seperti itu, ia bahkan sudah berpikiran yang tidak-tidak tadi. "Oho, aku bisa menemanimu!" kata Baxia, ia kemudian membuka kembali portal ke dunia alam Hewan Spiritual. Fatta kemudian menatap Rama dengan tatapan memohon untuk diizinkan pergi. "Baiklah, pergilah!" sahut Rama kemudian. "Terima kasih Tuan Muda," kata Fatta kemudian menghilang bersama Baxia di balik portal alam Hewan Spiritual. "Fatta itu termasuk manusia luar biasa, kekuatannya tidak seperti manusia biasa, apa mungkin dia manusia istimewa? Tapi tidak mudah menjalin kont

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 145

    Sesampainya mereka di alam Hewan Spiritual, Rama dan Lilia di sambut dengan hangat. Namun para Naga bingung dengan Naga mini yang mengikuti Rama dan Lilia. "Apa Lilia punya anak?""Setauku tidak, Lilia belum memasuki masa kawin,""Lalu kenapa ada bayi Naga?""Mungkin Lilia menemukannya dan kasihan padanya,""Kau benar, bisa jadi seperti itu, tapi bukankah kita para Naga tidak pernah menelantarkan bayinya?""Aaahh.... Kau benar juga, lalu bayi siapa itu?"Semua Naga mulai menebak siapa bayi Naga yang mengikuti Rama dan Lilia, bahkan Ketua Naga terlihat bingung dengan Naga kecil yang mereka bawa. Rama tersadar dengan tatapan aneh sedari tadi yang mereka terima. "Baxia, kau boleh mengubah wujudmu kalau di sini," kata Rama, sepertinya wujud Baxia yang menggemaskan membuat para Naga bertanya-tanya. Mendengar itu Baxia lalu berubah ke wujud asalnya, Naga yang tadinya lucu dan menggemaskan berubah menjadi Naga yang mendominasi, gagah dan sangat kuat. melihat tanda di wajahnya Ketua Naga l

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 144

    "Jadi apa nama untukku?" tanya Naga jantan yang telah menjalin kontrak dengan Rama itu, bahkan Lilia menatap dengan tidak percaya, bagaimana bisa 2 Naga menjalin kontrak dengan Tuan yang sama, bukan kah Tuan itu tidak akan mampu, tapi yang terjadi Rama terlihat mampu dan tidak kenapa-kenapa. "Kita sudah menjalin kontrak?" tanya Rama memastikan, ia memang merasa ada yang berbeda pada dirinya ketika menjalin kontrak dengan Naga jantan, tidak seperti ketika ia menjalin kontrak dengan Lilia. Bahkan Lilia tersadar, ada perubahan pada bulu putih di bagian wajah Naga jantan, bulu putih itu berkilau keemasan, di bagian sayap juga begitu, Namun ia masih berwarna biru muda, selain itu dan cahaya tadi tidak terjadi apapun kepada Naga jantan. "Apa yang kau lakukan kepada Tuanku?" tanya Lilia, ia khawatir Rama yang malah mendapat imbasnya. "Aku membagi kekuatanku padanya, aku tidak mungkin mencelakainya my love, jika dia mati kau dan aku akan mati juga," sahut Naga jantan, Lilia bersyukur atur

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status