“Kau akan membuat tato?” Dia segera berpaling, menengadahkan wajah sekadar menatap ayah sambungnya. Sedikit sadar bahwa pria itu terlihat tidak memiliki minat apa pun. Sejak awal hanya menemani Moreau sekadar memperhatikan beberapa hal, tetapi belum muncul sedikitpun kesiapan dalam menjatuhkan pilihan.
Setelah pelbagai desakan yang meluap bersamaan, dia tidak yakin akan benar – benar membuat tato, membiarkan tinta permanen masuk ke lapisan pigmen di kulitnya. Sedikit meringis membayangkan jarum yang bergerak dan menusuk – nusuk. “Aku pikir kau ingin menambah tato.” Sambil meneruskan, Moreau secara naluriah menyentuh contoh gambar burung yang terasa kasar di ujung jari. Ini menyenangkan. Lebih adil jika pada akhirnya dia hanya datang menemani Abihirt, meski sekarang mata kelabu pria itu mulai menatap penuh penilaian. “Kau tidak ingin punya tato sendiri?” Suara serak dan dalam ayah sambungnya terdengar begitu dekat. Moreau menelan ludah kasar, mendadak dapaSempat dimintai menunggu beberapa waktu di sini, tak membuat Moreau tersulut oleh keterpakuan. Memang tidak ada petunjuk ke mana Abihirt pergi setelah mereka menginjakkan kaki di mansion mentereng dan jauh dari pengetahuan Barbara; pria itu hanya mengantarnya supaya tetap diam di satu ruang begitu hampa. Hanya dilengkapi beberapa peralatan yang tidak begitu asing lagi usai mereka meninggalkan studio pembuatan tato. Perlu Moreau garis bawahi bahwa dia tak melakukan apa pun di sana. Paling tidak, mendapatkan tato di salah satu bagian tubuh. Mereka langsung pergi setelah urusan Abihirt selesai. Ya, ketika urusan pria itu selesai, sementara tidak terselip informasi di tempat ini mulai menunjukkan sesuatu secara spesifik. Moreau tidak mengerti bagaimana ayah sambungnya memiliki pelbagai alat pembuatan tato lengkap dengan bahan sekali pakai, dan pria itu masih mengajak pergi ke suatu tempat hanya untuk memperkenalkan beberapa hal, di mana Moreau dapat menduga – duga perangkat
Tidak tahu mengapa Moreau seolah terjebak, nyaris tak dapat mengatakan apa – apa sekadar menjatuhkan pilihan yang membingungkan. Masih menatap ragu pada klip di tangan Abihirt, tetapi kemudian pria itu mengambil tindakan sekadar menyentuh lengannya lembut. Menuntun supaya dia menurut; menjatuhkan bokong dengan tenang di kursi panjang, berbentuk agak bergelombang; persis seorang gadis patuh, lalu mengambil posisi telentang—setengah berbaring sambil menatap wajah Abihirt yang tak terbaca. “Kau bisa memintaku berhenti jika merasa sakit.” Tidak ada petunjuk spesifik tentang pernyataan tersebut. Moreau menelan ludah kasar menghadapi gerakan tangan yang terasa mulai mendekat. Seperti ada aliran listrik menyengat ketika tanpa sengaja kulit mereka bersentuhan. Perlahan Abihirt menyelipkan klip bercabang di antara puting-nya. Atmosfer masih terasa cukup menegangkan. Ujung jemari pria itu sempat mengusap puncak payudara yang mengeras. Menatap ke arah Moreau seakan – akan sed
“Mengapa kau jarang sekali tersenyum?” Lagi. Moreau kembali mengajukan pertanyaan. Yakin akan ada hal yang sangat disayangkan jika tak berusaha mengambil keputusan penuh tekad sekadar menggali bagian paling tersembunyi tentang ayah sambungnya. Abihirt tidak terlihat memiliki minat menjabarkan jawaban. Diam seperti patung yang sedang bekerja—membuka sarung tangan hitam setelah menegakkan tubuh dan menatap penuh pengamatan di wajahnya. “Sudah selesai.” Alih – alih memberi apa yang Moreau butuhkan. Abihirt justru mengatakan sesuatu—membuat dia tertegun sebentar. Sulit dipercaya bahwa akhirnya memiliki tato tersembunyi di dekat tulang rusuk. Sisa – sisa rasa nyeri masih berusaha menduduki tempat pada reaksi sensitif di saraf di tubuhnya, seperti menimbulkan kejut listrik. Lengan Moreau bergerak tentatif menyambut cermin yang Abihirt serahkan lebih dekat. Dia segera mengatur posisi duduk. Sempat terpaku terhadap pantulan alat penjepit puting di payudara
Tidak ada kesempatan sekadar membantah. Hanya dalam sekejap Moreau merasakan Abihirt telah mendesak supaya dia menelungkup di atas kursi bergelombang. Napas berat pria itu terdengar samar. Mereka seakan sedang berada berada di bawah ruang intimidasi—dengan Moreau harus menungging tinggi, sementara jemari yang bergerak kasar telah melucuti celana dan dalaman kain yang ketat dari pinggulnya. Dia menelan ludah kasar saat memalingkan separuh wajah ke belakang. Memperhatikan cara Abihirt tergesa menyingkirkan tali pinggang—pria itu tak selalu benar – benar ingin bertelanjang. Mungkin memang tidak di sini. Moreau tahu bahwa mereka hanya perlu melampiaskan hasrat yang nyaris meledak bersama. Kebutuhan primitif yang menjalar liar. Abihirt tidak mengatakan apa pun ketika pria itu memasukinya. Cukup kasar. Menghujam dengan keras, hingga Moreau berusaha untuk berpegangan pada sesuatu, walau pada akhirnya dia harus mengetatkan genggaman di sandaran sofa yang melengkung. Abih
Jemari tangan pria tersebut membentuk kepalan—menekan di permukaan kursi sekadar menahan bobot tubuh. Iris kelabu yang dalam menatap ke arahnya diliputi sorot mata penuh peringatan. “Kenapa harus memikirkan ibumu?” Suara serak dan dalam itu bertanya. Moreau tidak mengerti mengapa dia harus terjebak pada situasi yang tidak diinginkan. Benar – benar menyakitkan saat berusaha menarik kembali sesuatu—sudah terucap, dan dia tak berdaya sekadar mengakhiri situasi di antara mereka. “Karena dia ibuku.” Hanya itu. Berharap ada prospek untuk menghindari segala sesuatu yang terjadi, kemudian berakhir dengan baik. Malah tiba – tiba sebelah tangan Abihirt bergerak. Sengaja menyapukan ujung telunjuk di tulang pipi Moreau—perlahan menyingkirkan anak rambut yang berserak. “Dia pergi menemui Sam. Kau senang mendengarnya?” Lagi. Abihirt bertanya untuk memastikan. Untuk memberi tahu jika Barbara sedang melakukan pengkhianatan kotor yang sama. Semua itu segera menyad
“Kita baru saja bercinta, Sayang. Tapi kau terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat.” Samuel setidaknya sedang duduk bersandar dengan nyaman selama memperhatikan setiap tindakan Barbara saat wanita itu sedang mengenakan kembali pakaian yang bercecer di lantai kamar hotel. Dia sendiri sudah berpakaian lengkap. Persis hanya menunggu mereka melakukan percakapan setelah hasrat tak tertahan—butuh dilampiaskan secara cepat. Kebebasan bercinta. Seks penuh gairah. Samuel tak meragukan wanita bersuami itu, yang kini menatap ke arahnya dilputi napas berembus kasar. “Tidak tahu. Perasaanku tidak nyaman. Kadang – kadang aku selalu memikirkan kembali kata – kata Froy.” “Froy?” Sebelah alis Samuel terangkat tinggi. Nyaris tidak ada pembicaraan seperti ini dan tiba – tiba Barbara menjatuhkan bokong di pinggir ranjang. Wanita itu mendengkus sama kasarnya, kemudian menjawab, “Keponakan Abi.” “Baiklah. Lalu ada apa dengan keponakan suamimu?” Sedikit ras
Sebelah alis Barbara terangkat tinggi menafsirkan hal demikian sebagai suatu pembelaan. Dia mengerti Samuel. Tersisip kecemburuan saat dia akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama Abihirt, alih – alih mereka dapat melakukan pertemuan secara sembunyi – sembunyi. “Mengapa kau katakan itu?” tanya Barbara sarat nada sanksi. Tidak suka. Tak terima. Itu dua kombinasi yang menghanyutkan. “Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya. Sekarang biar kutanya, kau percaya tidak kepada Abi?” Masih dengan sesuatu yang benar. Namun, Barbara tidak pernah ingin pengkhianatan selama ini dibalas setimpal. Dia tak ingin berbagi. Tak ingin Abihirt bersama yang lain. Egois—memang. Tak akan ada yang dapat disandingkan terhadap keputusan ketika sudah berada di tangannya. Setelah ntah kali ke berapa mengembuskan napas kasar. Barbara akhirnya menambahkan jawaban. “Percaya. Tapi, kau tahu, kan, kalau Abi lebih muda dariku? Aku takut dia akan berpaling jika ada sesuatu yang salah denga
Ini memang menjadi pembicaraan serius. Tujuan Gloriya sudah dapat dipastikan. Namun, semua keputusan masih di tangan Abihirt. Moreau yakin ibunya tidak dapat berkomentar lebih banyak setelah serentetan pernyataan terungkap jelas di antara mereka. Gloriya bahkan menangisi puteranya setelah Froy diringkus di bandara oleh pihak kepolisian saat mencoba untuk melarikan diri—dengan pernyataan bahwa Abihirt juga ada di sana. Menyaksikan pelbagai peristiwa pemberontakkan tanpa berusaha mengambil andil mencegah rasa malu menjadi sesuatu secara bertingkat – tingkat. Sedikit yang tidak Moreau setujui adalah pernyataan Gloriya terdengar persis suatu tuduhan tentang ayah sambungnya; pria itu senang menyaksikan sang keponakan menghadapi masalah besar. Dia tak membela Abihirt karena mereka menjalin hubungan terlarang. Andai Froy tidak mengambil tindakan di luar batas atau sampai melampaui rasa hormat—mungkin masalah seperti ini tidak akan terjadi. Abihirt selama beberapa waktu
“Setelah mencoba untuk membunuhku. Kau pikir apa yang bisa dibicarakan lagi?” Desis suara Barbara menuntut banyak hal. Menunjukkan kemungkinan terburuk. Moreau meringis ketika wanita itu melakukan pergerakan dan jelas memberi beberapa dampak mengerikan. Ujung pisau yang tajam sudah menyentuh—sedikit menekan hingga dia harus menelan ludah kasar. Barbara sungguh akan berada di luar batas. Demikian yang Moreau sadari bahwa Abihirt juga memikirkan hal serupa. Pria itu terus menunjukkan gestur supaya Barbara tidak lepas kendali. Jarak tersisa di antara mereka nyaris bisa terbaca untuk situasi lebih memungkinkan, meski kemudian suara serak dan dalam Abihirt terdengar. “Kau tidak ingin bercerai, bukan begitu?” “Lalu apa? Seseorang yang datang di hidupku dengan tujuan membalaskan dendam. Kau pikir apa yang bisa kuharapkan jika ingin pernikahan ini terus berlangsung? Hidup di neraka menghadapi sikapmu yang selalu dingin? Pantas saja. Sekarang aku sudah mengerti mengapa kau terlihat cen
“Sepertinya kau benar. Sudah seharusnya kau sangat menyesal membesarkanku selama ini, karena aku mungkin akan mengatakan betapa hebatnya Abi di ranjang. Dia memberiku pengalaman yang sepertinya tidak kau dapatkan darinya.” “Kau menyebut sebuah tempat penuh dengan mainan seks. Ya, kau benar. Aku memang sering berada di sana. Kami melakukan banyak adegan seks dan itu menyenangkan bagiku. Kau tahu ... dia bilang dia sangat mencintaiku. Setelah menceraikanmu, kami mungkin akan menikah. Sekarang aku tidak keberatan lagi harus menerima statusnya sebagai mantan ayah sambungku. Kau dan aku sendiri tidak pernah memiliki hubungan darah. Kurasa itu bukan masalah besar.” Moreau tersenyum lebar, walau di dalam hatinya begitu banyak rasa sakit tidak terungkapkan. Dia hanya ingin membalas setiap kata – kata menyedihkan Barbara supaya itu menjadi harga lebih pantas, dan menyembunyikan semua yang saat ini masih tersisa adalah jalan pintas terbaik. Barbara mulai terpancing. Baguslah
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain
“Di sini sudah tidak aman, Moreau. Kau bisa tinggal di kediamanku selama yang kau mau.” Suara serak dan dalam pria itu terdengar persis setelah melewati ambang pintu kamar mandi. Sebelah alis Moreau terangkat tinggi sebagai respons pertama, kemudian bertanya, “Tinggal di kediamanmu? Bagaimana dengan ibuku?” “Aku menceraikannya.” “Menceraikannya? Bukankah kalian sepakat menghancurkan karier-ku?” “Aku tidak tahu kalau dia akan menyebarkan bukti perselingkuhan yang diambil dari kamarmu. Tapi satu hal harus kau tahu. Program itu khusus kubuat untuk mendiang ibuku. Aku bahkan belum tiba di sana sekadar mengetahui apakah acara yang kubuat berjalan dengan baik atau tidak. Ibumu melakukan sabotase, supaya aku tidak hadir tepat waktu dan dia bisa menyebarkan kebohongan. Kau tak seharusnya percaya apa yang dikatakan ibumu. Wanita licik itu berusaha merusak hubungan kita.” Hubungan kita .... Moreau menggarisbawahi pernyataan terakhir ayah sambungnya. Tidak a
Tersisa mereka berdua. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana Abihirt seperti memperhatikan wajahnya begitu lamat. Tidak ada peringatan, pria itu segera melangkahkan kaki menuju kamar, bahkan menjatuhkan tubuh Moreau sangat hati – hati untuk duduk di pinggir ranjang. Sekarang, Abihirt bersimpuh diliputi kebutuhan menerawang ke penjuru kamar. Moreau mengernyit. Sedikit heran menyadari ayah sambungnya seperti mendapat sesuatu, kemudian pria itu berjalan ke arah nakas—mengambil sebuah benda asing; bukan kepunyaan Moreau, apalagi Juan. “Kamera kecil.” Suara serak dan dalam Abihirt seperti bergumam. Itu jelas membuat Moreau berpikir lamat. Samuel mendesak supaya dia menuntun pria tersebut menuju kamar. Apakah mungkin? “Kurasa, dia ingin mengirimkan bukti rekaman kepada ibumu.” Sepertinya, metode analisis Abihirt bekerja lebih cepat. Moreau mengakui itu terdengar masuk akal. Hanya merasa tak yakin mengapa ibunya melakukan hal demikian. “Boneka