Share

DP rumah baru

Bu Ajeng menimpali. "Walah, Nur, wajar kalau kamu gak kecewa berat, secara melepas pria hidung belang itu kan gak menyakitkan. Hihi."

"Ah, somplak!" Mbak Widya pergi dengan kecewa duduk lagi ke tempat asalnya tadi, sebelum nanti akan dipanggil ke ruang depan untuk ijab qobul. Sebentar lagi seserahan akan datang. Seharusnya aku diam saja di kamar sambil minum es jeruk, tapi itu bisa buat mereka berpikir kalau aku cemburu. Dan sekarang, aku bukannya cemburu, malah ingin melihat mereka berdua menikah dan nanti ada drama baru. Hahah.

"Eh, udah datang tuh tamunya. Ayok, ayok! Siap-siap Wid!" seru beberapa warga. Aku biar nanti langsung duduk saja di sana, sekarang biarkan saja penerimaan dan pembukaan di sana oleh Pak Rt. Seharusnya pakai toa, biar kedengaran sampai kampung seberang. Tapi ibaratnya ini hanya masih nikah siri. Tapi meski nikah siri tetap saja bermodal untuk suguhan nasi dan lauk. Untung saja yang keluar modal itu si Bang Panjul. Aku hanya penyedia tempat.

Aku bersantai dulu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status