Bersenang-senanglah Cassandra, suatu saat nanti aku juga akan menghancurkan kebahagiaanmu dan Randa. Sama seperti kamu memporak-porandakan hidupku dulu.DiraCassandra mematung, tak habis pikir dari mana Dira bisa mendapatkan nomor teleponya. Lalu, apa maksudnya ancaman ini? Apakah gadis itu akan berusaha membongkar semua rahasianya kepada Alfian agar pernikahanya hancur. Tidak, Cassandra tak akan membiarkan hal itu sampai terjadi. Ia akan melakukan sesuatu untuk menghentikan niat Dira.Wanita cantik itu kembali beranjak dari ranjang, menuju ke kamar mandi dan memutuskan untuk menuntaskan sendiri hasratnya kemudian berganti dengan piyama dan merebahkan diri sembari memeluk tubuh sang suami."Aku sangat mencintai kamu, Mas!" bisik lembut Cassandra yang mungkin tak akan terdengar oleh telinga Alfian yang sudah terlelap sedari tadi.******Keesokan harinya Cassandra terbangun, wanita itu terkejut mendapati sang suami yang sudah tak ada di sampingnya. Namun, semua itu segera terjawab sete
Alfian yang baru saja dibuat kesal oleh Dira memilih untuk segera menyelesaikan proposalnya. Tak sabar menanti jam makan siang yang bersamaan dengan waktu meetingnya. Lelaki itu tetap yakin, jika Cassandra akan datang bersama Randa.Akhirnya saat yang ditunggu telah datang. Sekarang sudah waktunya makan siang, Dira juga sudah menunggu Alfian di lobby untuk menuju ke sebuah restoran tempat mereka akan melakukan pertemuan dengan perusahaan Randa. Gadis itu kembali menunjukan senyum mengejek kala sang sahabat datang dengan wajah datar."Are you ready for kecewa?" tanya Dira dengan pandangan mengejek."Ibu Dira Anindita, tolong berhenti mengejek saya. Saya yakin tidak akan kecewa, bisa kita berangkat sekarang? Karena saya sudah sangat rindu dengan istri saya yang cantik jelita." Wajah Alfian kini benar-benar masam, baginya candaan dari Dira sama sekali tak lucu.Keduanya melangkah menuju mobil Dira yang sudah menunggu bersama dengan sopir kantor di depan lobby. Tak ada percakapan di sepan
Seperti hari-hari yang sudah mereka lewati sebelumnya, Cassandra dan Randa baru saja menyelesaikan permainan mereka di ruangan kerja Randa saat sore mulai datang. Namun, Cassandra yang hendak pergi ke kamar mandi tiba-tiba merasakan pusing yang luar biasa, kepalanya terasa begitu berdenyut hingga memilih untuk kembali menghenyak di ranjang dengan tubuh polos."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randa dengan wajah panik karena melihat raut pias wanitanya.Cassandra masih terus memegangi kepalanya yang semakin terasa berputar, "Kepala aku pusing banget, Mas. Bisa tolong bantu aku ke kamar mandi nggak?"Randa mengangguk, dengan sigap lelaki itu membantu wanitanya untuk membersihkan diri. Tak lupa memakaikan baju dan juga mengeringkan rambut Cassandra. Apalagi jam pulang kantor juga telah tiba, pasti sebentar lagi Alfian akan datang untuk menjemput sang istri."Cassandra, sekarang kamu bereskan make upmu sendiri ya. Aku tidak ingin suamimu curiga jika kamu keluar dengan wajah yang masih berantak
Bu Yuni yang memang sudah merasa tak sabar untuk segera melihat hasil tes kehamilan sang menantu segera mendekat. Menghampiri Cassandra yang masih menyembunyikan benda mungil itu di balik punggungnya. Wanita itu tak mengerti, harus bahagia ataukah harus sedih setelah melihat dua garis merah yang tergambar jelas pada benda mungil di tangannya."Sayang, bagaimana hasilnya? Garis dua atau garis satu? Ibu sudah penasaran sekali." Suara lembut Bu Yuni membuyarkan segala lamunan wanita cantik itu. Dengan tangan gemetar, Cassandra menyerahkan tespek di tanganya kepada sang ibu mertua.Seketika rona kebahagiaan tergambar jelas di wajah yang mulai menunjukan garis keriput karena termakan usia. Alfian ikut mendekat, penasaran dengan hasil tes kehamilan sang istri."Bagaimana, Bu? Apakah Cassandra benar-benar hamil?" tanya Alfian pada sang ibu yang masih memandangi benda mungil di tanganya seraya menyunggingkan sebuah senyuman."Lihat Alfian, ada dua garis merah. Ini tandanya Cassandra benar-ben
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar