LOGINDemi kejayaan dan kelangsungan dinasti, Qin Feiling tetap harus memasukkan pemilihan selir baru ke dalam jadwal. Kemungkinan besar, seleksi ke dua sejak ia naik takhta akan digelar dalam setengah tahun ke depan. Qin Feiling sendiri tidak terlalu tergila-gila pada wanita. Ia bisa saja tidak mengunjungi istana belakang selama sepuluh hari atau setengah bulan. Para selir pun sudah terbiasa dengan sikap dinginnya, dan sebagian besar bahkan sudah enggan bersaing demi perhatian. Suasana Harem selama lima tahun ini cukup damai dan tenang. Namun siapa sangka, di saat menjelang seleksi ini, sang Permaisuri—demi mengamankan posisinya karena sedang mengandung—justru membawa adik tirinya masuk ke istana dan mengangkatnya sebagai Selir Jia Pin (Selir Tingkat Rendah). Mengingat hal itu, hati Selir Shu terasa tidak nyaman. Sejak awal ia tak menyukai sikap Permaisuri yang penuh kepura-puraan. Ia melirik kursi kosong di antara para selir dan dengan tajam menyindir. "Yang Mulia Permai
"Puih! Benar-benar tidak tahu diri! Apa kamu masih pantas atas perhatian dan kasih sayang yang di berikan oleh Sang Permaisuri selama ini? Lelaki milik Permaisuri pun berani kamu jamah. Sungguh tak tahu malu!" Tak sedikitpun ia menunjukkan rasa hormat pada Zhou Lingge, bahkan berani menghinanya terang-terangan. Qiao'er sampai pucat saking marahnya, ia langsung menegur keras, "Berani sekali! Tidak boleh bersikap kurang ajar pada Yang Mulia Selir!" Namun Qiu Hui hanya mencibir, tak menaruh sedikit pun hormat pada Qiao'er. Sejak dulu dia memang merendahkan Zhou Lingge. Menurutnya, seorang perempuan seperti itu—berwajah genit dan hanya anak selir—pantasnya hanya menjadi selir rendahan. Tak disangka, perempuan rendahan seperti Zhou Lingge justru bisa naik ke atas, menjadi Selir Jia Pin kesayangan Kaisar! Selain merasa tak adil untuk Permaisuri, dalam hati Qiu Hui pun menyimpan rasa iri. "Hari ini adalah jadwal seluruh selir dan wanita istana menyapa Sang Permaisuri, semua sud
Di dalam istana Yuanchen, lampu minyak nyaris menyala sepanjang malam. Malam itu, air beberapa kali diminta. Qiao'er hampir tak tidur semalaman, setia menunggu di ruang luar hingga fajar menyingsing. Lingkaran hitam tampak jelas di bawah matanya, wajahnya terlihat sangat letih. Hidup macam apa ini? Sepertinya sang Nyonya telah 'dihabisi' habis-habisan oleh Kaisar semalam. Suara tangis dari dalam kamar sesekali terdengar sepanjang malam. Baru menjelang pagi semuanya tenang. Kaisar benar-benar menakutkan! Qiao'er sangat khawatir pada Zhou Lingge. Ia melirik Kasim Liu yang sedang bersandar di sisi pintu, tampak setengah terlelap. Ia memberanikan diri dan berbisik, "Apakah Kaisar memang selalu segan menahan diri?" Kasim Liu langsung tersentak bangun, terkejut mendengar keberanian Qiao'er yang berkata demikian. Ia langsung menegurnya, "Berani sekali! Urusan Kaisar bukan untuk kau komentari!" Namun kemudian, ia bergumam pelan, mengatakan bahwa biasanya Kaisar sangat ding
Tubuh Zhou Lingge sudah hancur tak berdaya. Suaranya serak saat terisak, "Itu.... itu dikirim oleh pelayanku, Qing Ying. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Dia bilang itu kiriman dari Han Mubai." "Bagaimana mungkin Qing Ying bisa masuk ke dalam istana?" "Sepertinya dia dibawa masuk oleh kakak perempuan Permaisuri. Aku tidak tahu maksud Kakak apa. Sekarang aku sudah menjadi Selir Yang Mulia, mana mungkin aku masih menjalin hubungan dengan orang luar? Tapi dia justru membiarkan Qing Ying datang, bahkan membawa giok itu dan datang mencariku. Uuuh... Yang Mulia, aku sungguh tidak tahu apa-apa. Mohon jangan marah lagi." Ia terlihat begitu rapuh, memeluk pinggang sang Kaisar dengan erat, menangis seperti anak kecil. Genggaman tangan Qing Feiling di lehernya perlahan melemah. Amarah dan kekejaman dalam dadanya ikut menguap. ia menunduk, memandangi bekas merah di leher wanita itu—bekas dari jari-jarinya sendiri—dan sorot matanya pun sedikit bergetar. Lalu ia menunduk lebih jauh,
Selir Liu sedang bersukacita menanti amarah sang Kaisar jatuh ke pada Zhou Lingge. Namun tak disangka, disaat berikutnya matanya terbelalak, wajahnya penuh ketidakpercayaan. Kaisar yang seharusnya marah, justru kembali merangkul Zhou Lingge erat-erat, menariknya ke dalam pelukannya. Qing Feiling memeluk pinggangnya erat, lalu menggenggam tangan Zhou Lingge dengan lembut. Ia menundukkan kepala, memandangi telapak tangan yang memerah itu. Lalu bibirnya terbuka tipis, dan ia meniup lembut ke arah luka bengkak itu. Selir Liu seperti berubah menjadi patung. Ia terpaku di tempatnya! Tubuh Zhou Lingge juga menegang, ia terkejut menatap Qin Feiling. Tiupan hangatnya seperti sehelai bulu halus yang menyapu telapak tangannya. "Sakit sekali, ya?" Suara pria itu rendah dan dalam, mengalun di telinganya seperti Matra yang menggoda. Zhou Lingge mengangguk. "Sakit sekali!" "Benar-benar bodoh. Kenapa kamu harus turun tangan sendiri? Tidak bisa menyuruh pelayan saja?" Nada marah te
Qing Ying, dulu aku menganggapmu sebagai saudara perempuan sendiri. Tapi kau justru menghianatiku demi ambisimu sendiri, memilih berpihak pada sang Permaisuri. Sejak kau melangkah ke dalam Istana Yuancheng sambil membawa surat dan giok itu, hubungan kita tak lagi seperti saudara atau Tuan dan pelayan yang saling mempercayai. Jadi, jangan salahkan aku jika hatiku kini menjadi sekeras batu." Qing Ying sudah tak punya tenaga untuk melawan. Tubuhnya lemas, ambruk ke lantai. Zhou Lingge menatapnya dari atas, tanpa sedikitpun belas kasihan di matanya. "Aku hanya akan bertanya sekali lagi. Surat dan giok itu, apakah kau yang membuatnya?" "Kalau kau masih bungkam, maka akan kupotong lidahmu dan kuberikan pada anjing! puluhan tamparan tadi cukup untuk memberimu pelajaran tentang bagaimana sikapmu sekarang, jadi jangan pernah mengira aku hanya menakut-nakutimu saja. Kesempatan sudah kuberikan. Jika kau tidak menghargainya, maka jangan salahkan aku kalau harus bersikap kejam." Ia melem







