“Aku hanya sedang tak ingin membahasnya sekarang.” Raut wajah malas tercetak jelas di wajah Raynar.“Aku hanya kamu mendengarkan apa yang kukatakan, aku tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari, Ray,” ucap Arunika mencoba menenangkan suaminya. “Duduklah, atau aku yang marah,” ancam Arunika kemudian.Raynar menoleh pada Arunika dan melihat wajah istrinya yang begitu kesal, akhirnya Raynar kembali duduk meskipun terpaksa.Arunika menghela napas pelan, lalu berkata, “Aku hanya ingin kamu mendengar penjelasan Nenek. Nenek menyembunyikan semua fakta itu, pasti ada alasannya. Urusan nanti kamu terima atau tidak, pikirkan terakhir. Aku hanya tidak mau kamu menjadi cucu yang durhaka, bagaimanapun selama ini, Nenek juga sayang dan melindungimu.”Raynar diam, tak merespon sama sekali perkataan Arunika.“Bagaimana kalau ke sana besok, sekalian aku memberitahu kabar soal rencana kuliah lanjutanku?” tanya Arunika mencoba membujuk.Raynar menatap Arunika, lalu dia menghela napas kasar dan akhirny
Raynar benar-benar pulang lebih awal hari itu. Sepanjang hari dia mencemaskan Arunika karena tiba-tiba saja memintanya pulang lebih awal.“Kamu pulang lebih awal, Ray,” sapa Dara ketika melihat Raynar datang.“Iya, Ma,” balas Raynar, “di mana Aru?” tanya Raynar kemudian.“Dia di kamar, baru saja naik,” jawab Dara sambil menunjuk ke lantai atas.Raynar mengangguk lalu pamit naik ke kamarnya lebih dulu. Raynar melangkah dengan perasaan cemas, apalagi Arunika tak menghubunginya sama sekali setelah memintanya pulang awal.Saat sampai di depan kamar. Raynar langsung masuk dan mencari keberadaan Arunika.“Aru,” panggil Raynar.“Aku di kamar ganti, Ray. Kamu baru pulang?”Raynar menoleh ke kamar ganti saat mendengar suara Arunika. Dia bergegas menyusul dan mendapati istrinya memunggungi pintu sedang memakai kimono piyama satin berwarna biru muda.“Kamu memintaku pulang cepat, jadi aku pulang cepat,” balas Raynar.Arunika membalikkan badan, senyum manis berhias di wajah imutnya itu.“Ada apa
Setelah dua minggu semenjak penangkapan Hendry, akhirnya Raynar pergi ke kantor polisi untuk bertemu langsung dengan pamannya itu.Proses hukum tetap berjalan, Raynar ke sana hanya untuk memastikan Hendry mendapatkan pelajaran di sana.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Hendry dengan tatapan dinginnya.Kedua tangan Hendry diborgol, saat masuk ke ruang kunjungan, pria itu juga berjalan pincang.“Bahkan setelah apa yang terjadi padamu, kamu masih bersikap angkuh,” ucap Raynar dengan tenang sambil menatap datar pada Hendry.Hendry tersenyum miring.“Sepertinya kamu memang tak menyesali perbuatanmu,” ucap Raynar lagi lalu mencondongkan tubuh ke depan, “baiklah, kalau begitu aku juga takkan mengasihinimu.”“Apa kamu datang hanya untuk menunjukkan kalau kamu sekarang berkuasa dan bisa menindasku, hah?” Hendry bicara dengan nada tinggi. Dia sangat geram melihat Raynar di sana.“Ternyata memang sependek itu pikiranmu,” balas Raynar tetap santai menghadapi Hendry. “Aku ke sini untuk mengawasi sam
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Arunika sudah diperbolehkan pulang, sedangkan Erik sudah diperbolehkan pulang sejak dua hari lalu.Arunika sudah berada di mobil menatap jalanan yang mereka lewati. Dia tersenyum lega akhirnya bisa melihat dunia luar yang sangat dirindukannya.“Apa kamu mau sesuatu? Kita bisa mampir dulu jika mau,” kata Raynar sambil menatap Arunika yang duduk di sampingnya.Arunika menggeleng pelan.“Aku mau segera pulang dan bertemu Mama. Dia pasti akan sangat lega jika melihatku sudah sehat,” ucap Arunika.“Sehat apanya? Kamu masih harus minum obat dan kontrol tepat waktu,” balas Raynar tetap tak terima dengan kalimat sehat yang Arunika lontarkan.Arunika menggelembungkan kedua pipi.“Tapi tetap saja, Ray. Aku sudah baik-baik saja dan tinggal masa pemulihan.”Raynar tak kuasa marah jika melihat wajah Arunika yang menggemaskan saat merajuk. Dia tersenyum sambil mengusap pipi Arunika, lalu menautkan jemari mereka dan menggenggamnya erat.Mobil ya
Raynar mengerjakan urusan pekerjaan sambil menemani Arunika. Beban pekerjaannya semakin bertambah, belum lagi tak ada Erik yang membantunya.“Sepertinya kamu akan sangat sibuk beberapa waktu ini,” ucap Arunika.“Setelah perusahaan Kakek stabil, aku akan menunjuk orang untuk mengelolanya. Aku tidak mungkin mengurus semua perusahaan sendirian,” balas Raynar yang bicara sambil fokus pada laptop, kemudian dia mengalihkan pandangan ke Arunika.“Ya, kamu bukan mesin. Mesin saja bisa panas kalau bekerja tanpa jeda,” ucap Arunika lagi.Raynar tersenyum melihat bibir Arunika sedikit cemberut, lalu kembali fokus ke pekerjaannya.Tommy datang ke ruangan Raynar dengan jas dan dasi yang sudah terlepas dari tubuhnya. Sepertinya dia memang tidak suka memakai pakaian formal itu.“Bagaimana?” tanya Raynar begitu melihat kedatangan Tommy.Arunika ikut menatap Tommy, dia bisa menebak ke mana arah pertanyaan Raynar.“Sudah dipastikan, bibi Anda mengalami gangguan jiwa. Mungkin banyak tekanan, apalagi men
Raynar sibuk mengurus perusahaan milik sang kakek sampai siang, banyak yang harus dilakukannya untuk memperbaiki kestabilan perusahaan itu.“Kami sudah menjadwalkan konferensi pers besok, Pak. Semoga dengan begini kondisi perusahaan bisa stabil dan pulih seperti sedia kala,” ucap salah satu staff CEO.“Siapkan semuanya dengan baik. Jika ada masalah langsung hubungi aku,” perintah Raynar sambil berdiri dari duduknya.Semua staff yang ada di ruangan itu mengangguk bersamaan.Raynar pergi meninggalkan ruangan itu karena harus kembali ke rumah sakit. Tommy berjalan mengikuti Raynar, lalu mereka masuk lift bersama.“Semuanya berjalan lancar karena para pemegang saham mendukung Anda,” ucap Tommy.“Mereka tidak mau rugi, karena itu memihakku karena mengambil peluang yang ada,” balas Raynar, “jika mereka menentangku, maka mereka hanya akan mereka akan menghadapi kebangkrutan.”Tommy mengangguk-angguk paham.Raynar dan Tommy sudah sampai di lobby. Beberapa staff yang melihat Raynar langsung m