Kejadian yang dialami Aiden contohnya. Saat itu Shella sedang sibuk menyaksikan pertunjukan tanpa memperhatikan anaknya. Akibatnya, Aiden diculik orang. Ketika sadar, Aiden sudah dibawa jauh oleh si penculik.Andi, Rita, Shella dan Roni semua datang ke tempat kejadian. Hanya Yenny yang tidak datang karena dia tidak akur dengan kakak iparnya. Yenny juga tidak menyukai Aiden. Dia beralasan, tidak ikut datang. Namun sebenarnya Yenny takut.Dia takut menghadapi Odelina dan Olivia yang mungkin akan mencurigainya. "Russel, sini,Tante gendong," seru Amelia mengajak dengan ramah. Russel selalu menyukai tante cantik.Dia dengan senang hati berjalan menuju Amelia dan merentangkan kedua lengannya. Amelia menggendong Russell dengan penuh kasih sayang.Amelia bertanya lembut, "Legonya belum jadi?” Russel menggeleng dan menjawab dengan suara menggemaskan, "Om Daniel nggak ada waktu ngajarin aku. Kalau Om Daniel ngajari aku, pasti aku bisa,” Ibunya pun tidak ada waktu untuk mengajari Russel.Ame
"Betul, Olivia. Kami benar-benar mau berterima kasih sama kamu kemarin. Kalau bukan karena kamu, mungkin Aiden dan Russel …," sahut Rita yang juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Olivia.Olivia menjawab, "Nggak perlu berterima kasih, Tante, Shella. Kemarin kalian sudah berterima kasih. Russel ‘kan keponakanku juga. Tentu saja aku pasti akan melindunginya.”Aiden juga seorang anak kecil. Olivia tidak bisa hanya diam saja saat melihat anak-anak berada dalam bahaya. Pada saat-saat seperti itu, siapa pun pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya."Nggak, nggak. Kami tetap harus berterima kasih sama kamu. Oliv ada waktu nggak? Kami mau ajak makan," Shella tersenyum sambil bertanya, "Ajak kakakmu juga. Kami pengin banget ngajak kalian berdua makan. Oh iya, juga dua pengawalmu di luar sana. Aku juga mau berterima kasih secara langsung sama mereka.”"Tante, nggak perlu ngajak makan segala. Itu mereka, Pak Didin, Pak Suhe, sini masuk sebentar," panggil Olivia kepada kedua pengawalnya
Setelah menyebarkan berita palsu kepada seluruh desa bahwa Rocky bukanlah anak kandung keluarga Hermanus, Adi merasa rumor yang telah mereka sebar sudah cukup. Maka, hari ini dia bergegas untuk mencari Olivia."Ngapain kalian datang ke sini, hah?” tanya Rita kasar. Dia masih ingat sikap Adi yang sudah menerima uang puluhan juta darinya tapi malah melakukan wanprestasi. Ketika dia meminta uangnya kembali, Adi justru menolak membayar.“Kamu datang ke sini untuk merusak nama baik Olivia lagi, ‘kan?”Rita tahu keluarga Hermanus sering membuat keributan. Dia dan suaminya bahkan mengatai keluarga Hermanus benar-benar tidak tahu malu. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, mereka mendapatkan sejumlah uang ganti rugi yang nilainya sangat besar. Namun, mereka malah mengusir Odelina dan Olivia dari rumah mereka, dan membuat kedua bersaudara itu tidak punya tempat tinggal.Mereka bahkan tidak pernah memperdulikan Olivia dan Odelina sedikit pun. Di sisi lain, mereka mengambil alih properti milik ora
"Lihat saja, Istrimu itu sudah dapat karmanya. Sekarang dia sakit. Kena kanker, ‘kan? Nggak mungkin bisa sembuh itu. Bentar lagi juga mati. Lebih baik cepat mati saja lah dia. Minta maaf sama anak dan menantumu,” ejek keluarga Pamungkas dengan kata-kata tajam. Adi sangat marah sampai rasanya ingin sekali dia memukul orang.Andi dan Roni menghadang. Adi tidak berani menyerang.Adi menunjuk-nunjuk Rita, "Apa urusanmu, heh? Kamu siapa? Urusan keluarga Hermanus nggak ada hubungannya sama keluarga Pamungkas macam kalian.”"Kalau anak perempuan sudah menikah, itu sudah pisah dengan keluarga. Mereka saja yang nggak tahu malu minta warisan. Kalian juga nggak kasih warisan ke anak perempuan, ‘kan? Masih seenaknya bilang keluarga kita nggak bener. Ngaca dong, Ngaca!” lanjut Adi.Shella menjawab dengan lantang, "Heh, aku menikah sama suami yang berada, punya rumah, mobil. Kami juga punya tabungan sendiri. Aku sendiri yang kasih warisan ke adik laki-lakiku, paham kamu?” "Sudah deh, kamu nggak usa
Shella pergi ke luar menghampiri mobil Bobby. Dia menusuk keempat ban mobil dengan pisau. Setelah selesai, Shella membersihkan pisau dan meletakkannya kembali di dapur.Sebelum keluarga Pamungkas pergi, Shella berkata pada Olivia, "Aku yang nusuk ban mobilnya. Kalau mereka mau minta ganti rugi, suruh mereka datang cari aku, Shella.”"Olivia, kami nggak ganggu kamu lagi, deh. Kami pulang dulu, ya?” kata Rita sambil pergi.Setelah mereka pergi, Amelia melepaskan genggamannya pada Russel dan kaget menemukan bahwa Russel sudah tertidur di pangkuannya. Dia dengan geli mengatakan kepada Olivia, "Ternyata Russel tidur."Olivia mengambi Russel dari pangkuan Amelia dan meletakkannya di tempat tidur, kemudian menyelimuti Russel. "Aku memang nggak begitu suka sama keluarga Pamungkas. Tapi hari ini mereka ada gunanya juga,” kata Amelia dengan senang.Junia tertawa, "Itulah yang disebut penjahat mengalahkan penjahat."Olivia juga tersenyum, "Nenek Russel merasa kesal karena kakekku mencuri uang d
“Kring … kring … kring….”Ponsel Olivia terdengar berdering.Perempuan itu mengira bahwa telepon tersebut berasal dari suaminya. Olivia mengulurkan tangan mengambil ponselnya, ternyata tebakannya benar, itu adalah telepon dari Stefan.“Suamiku menelepon,” ucap Olivia kepada dua orang saudara perempuannya.Junia langsung memberi ruang kepada Olivia dan menyingkir ke salah satu rak buku dan mengambil sebuah novel yang belum selesai dibacanya.Amelia tertawa dan berkata, “Aku juga sudah seharusnya pulang, kalau sudah nggak ada masalah lagi dengan kontrak ini, besok aku akan mengutus orang untuk bertemu Kepala Desa dan menandatangani kontrak. Kalau sudah tandatangan kontrak, maka proyek kita ini sudah bisa dimulai.”Olivia tertawa dan mengangkat teleponnya.“Istriku.”Stefan sengaja memikat istrinya dengan menggunakan suaranya yang hangat dan lembut.Sebaliknya, Olivia tidak tahan mendengar suara Stefan yang seperti itu. Sambil bergetar menahan tawa, perempuan itu berkata, “Stefan, kamu ma
“Emm, mereka datang untuk berterima kasih kepadaku. Kakekku lagi-lagi membawa Om yang paling besar dan juga yang nomor dua, bersama kedua orang sepupuku untuk datang ke sini. Lalu kedua keluarga itu pun kembali bertengkar, Shella dan Mamanya membawa sapu mengusir mereka semua pergi, ban mobil Bobby lagi-lagi bocor gara-gara perbuataan Shella.”Stefan tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Akhirnya keluarga Pamungkas membuat suatu hal yang bisa dibilang baik.”Olivia menimpali dengan tawanya.“Mungkin maksud kedatangan Kakekku ke sini untuk memberitahu aku, bahwa Papaku bukanlah anak kandung mereka dan meminta kita menyerahkan hak warisan tersebut. Kalau kami nggak mau menyerah, mungkin Kakek akan mencoba jalur negosiasi dengan kami, sehingga tanpa perlu melewati pengadilan bisa mendapatkan hak warisan tersebut, bukankah itu sangat baik?”Kalau Bobby ingin mencoba bernegosiasi dengan dirinya, maka Olivia siap bernegosiasi dengan mereka.Akan tetapi kalau yang diinginkan Bobby dan Kakekny
“Emm, dia bilang siang ini ada rapat makan siang.”“Kalau begitu kamu bilang saja nggak jadi pergi, kita berdua nggak pernah makan dan jalan-jalan bersama di luar, Stefan masa masih tega berebutan denganku.” ucap Dewi dengan santai.Orang-orang di luar sana selalu mengatakan bahwa hubungan Olivia dengan mertuanya tidak bagus. Setiap kali Olivia pergi ke perjamuan atau pesta, pasti selalu bersama nenek Yuna. Ketika pulang ke rumah, perempuan itu juga tidak pernah menemani mertuanya, bahkan menantu dan mertua itu tidak pernah makan atau melakukan aktivitas bersama di luar rumah.Dewi juga tidak ingin menanggapi semua gosip-gosip umum tersebut, bagaimana hubungannya dengan menantunya, Dewi mempunyai perhitungan sendiri.Namun setiap kali dirinya keluar dan bermain kartu dengan teman-temannya, pasti mereka selalu menanyakan hal ini, hingga membuat Dewi merasa tidak senang.Dewi pun tidak jadi bermain kartu dan langsung mencari menantunya. Dirinya ingin mengajak menantu perempuannya ini unt
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu