“Oke.”Adiknya ingin makan mie kuah dengan jeroan, jadi Odelina pun memasak dua mangkok mie kuah dengan jeroan.Dia tidak suka ketumbar, jadi hanya mangkuk adiknya yang diberikan ketumbar.“Mienya sudah siap.”Odelina memanggil adiknya untuk datang dan menyajikan mie yang sudah dimasak.Olivia menghentikan pekerjaan di tangannya, pergi mencuci tangannya, lalu pergi mengambil semangkuk mie itu.Mereka duduk di meja. Olivia mengeluarkan ponselnya seperti biasa, bersiap untuk membaca berita sambil makan mie.“Makan dulu. Kenapa main ponsel? Simpan ponselnya.”Odelina tidak mengizinkan Olivia memainkan ponselnya sambil makan seperti ini.“Aku hanya melihat-lihat.”Setelah mengatakan itu, Olivia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya dengan patuh.“Mulai sekarang, kamu nggak boleh main ponsel sambil makan.”“Oke.”Olivia tidak bisa melawan kakaknya. Selain itu, makan sambil main ponsel memang bukan kebiasaan yang baik.“Kak, apa Kakak benar-benar nggak akan pergi ke pesta bersa
Dia dan Olivia tidak punya banyak hal untuk dibicarakan.Dan dengan kehadiran Olivia, Daniel dan Odelina juga tidak bisa mengobrol banyak.Setelah Odelina memasak sarapan untuk Daniel, mulai banyak pelanggan yang berdatangan.Namun, mereka semua datang untuk makan pangsit kukus, sehingga karyawan yang akan menghidangkannya untuk mereka. Odelina tidak perlu melakukannya sendiri.Dia jadi bisa duduk kembali ke posisi semula dan melanjutkan makan mie.“Kak Daniel.”Suara panggilan itu langsung mempengaruhi nafsu makan Daniel.Odelina dan Olivia memandangi wanita cantik yang membuka pintu kaca dan berjalan masuk. Olivia tidak mengenal Cherly, tapi Odelina pernah melihat foto wanita itu. Melihat wanita itu, dia merasa wanita itu lebih cantik dari foto.Cocok sekali dengan Daniel.“Bu Cherly, mau sarapan?”Odelina meletakkan sumpitnya dan berdiri lagi untuk menyambut tamu.Cherly memalingkan wajahnya dari Daniel dan memandang Odelina. Dia telah melihat Odelina beberapa kali secara diam-diam,
Cherly tidak marah.Dia dan Daniel sudah lama saling kenal, tapi jarang berkomunikasi, bahkan bisa dibilang hampir tidak pernah berkomunikasi.Pria ini tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Itu normal.“Bu Cherly, ini sarapanmu.”Setelah memasak sarapan yang dipesan Cherly, Odelina membawakannya dan menaruhnya di depan Cherly, lalu tersenyum dan berkata kepada wanita itu, “Bu Cherly, silakan makan.”Cherly menjawab dengan senyuman.Odelina pun kembali ke tempat duduknya.“Kak, sejak kapan kamu mengenal wanita itu?” tanya Olivia pada kakaknya dengan suara rendah.“Mamanya Pak Daniel pernah lewat dan masuk untuk duduk di sini. Waktu lagi mengobrol denganku, dia memberitahuku bahwa dia ingin menjodohkan Bu Cherly dengan Pak Daniel. Dia juga memperlihatkan foto Bu Cherly padaku. Makanya aku mengenalinya.”Odelina juga menjawab adiknya dengan suara rendah, lalu berkata lagi dengan pelan, “Kulihat, mereka sangat cocok. Menurutku, Bu Cherly juga orangnya sangat baik, nggak angkuh seperti p
Di toko sibuk sekali, sementara di sisi lain Stefan baru saja bangun. Seperti biasa, tanpa membuka mata, dia berguling ke samping dan mengulurkan tangan panjangnya, mencoba untuk memeluk istri tercintanya. Namun, dia hanya memeluk angin.Baru setelah itulah dia membuka matanya.Benar saja, Olivia sudah tidak ada di kamar.Dia melihat langit di luar. Matahari sudah terbit tinggi.Dia pun berguling lagi dan mengambil ponselnya dari sisi meja samping tempat tidurnya untuk melihat waktu.“Sudah jam sembilan!” Dia langsung mendudukkan diri.Dia belum pernah bangun sesiang ini, bahkan di akhir pekan sekalipun.Dia mungkin pulang terlalu larut tadi malam.Usai mandi dalam waktu sesingkat-singkatnya, dia berganti pakaian, dan sengaja memilih pakaian yang dibelikan Olivia untuknya.Saat membuka pintu, dia melihat Bi Lesti sedang duduk di sofa sambil menggendong kucing dan menonton TV. Mendengar suara pintu terbuka, Bi Lesti menoleh ke arahnya, lalu berdiri dan berkata sambil tersenyum, “Den Ste
Olivia membungkuk dan meraih kucing itu.“Non, pergilah bujuk Den Stefan dulu. Den Stefan baru bangun tidur dan belum makan apa-apa.”Bi Lesti juga tidak berdaya melihat majikannya tiba-tiba marah.Kalau dia tidak pindah kerja di sini, dia tidak akan tahu majikan mudanya itu ternyata memiliki sisi yang seperti itu.Sambil mengelus kucing, Olivia bertanya pada Bi Lesti, “Bi Lesti, Bibi harus kasih tahu aku kenapa dia marah supaya aku bisa membujuknya. Aku benar-benar nggak melakukan apa-apa.”Bi Lesti berkata pelan, “Sepertinya Den Stefan marah karena Non Oliv keluar pagi-pagi sekali. Ini akhir pekan dan Den Stefan bisa beristirahat di rumah. Dia berharap Non Oliv bisa menemaninya.”Olivia berkata, “.... Aku hanya pergi membantu kakakku. Meskipun ini akhir pekan, banyak pabrik yang nggak libur dan karyawannya masih harus kerja. Jadi, restoran kakakku tetap sibuk. Aku keluar pagi-pagi sekali, tapi pulangnya juga masih pagi. Ini bahkan belum jam sepuluh pagi.”Dia tidak pernah menyangka S
“Kapan Nenek pulang? Aku sangat merindukannya.” Olivia merindukan hari-hari ketika Nenek tinggal di sini.Bi Lesti berkata, “Waktu aku teringat dan mau mengingatkan Non, sudah terlambat. Non sudah membuka pintu dan masuk.”Olivia menghela napas lagi. “Aku akan mencuci tanganku.”Dia mencuci tangannya dua kali dengan disinfektan, lalu pergi ke kamar tempat dia tidur sebelumnya. Dia mengambil satu set pakaian bersih dari lemari, mengganti pakaiannya, kemudian kembali ke kamar tidur utama.“Sayang, aku mencuci tanganku dua kali dengan disinfektan dan mengganti baju. Aku jamin nggak ada bulu kucing di tubuhku,” ujar Olivia, berjalan ke belakang Stefan dan melingkarkan lengannya di pinggang pria itu dari belakang.“Sayang, maafkan aku. Aku benar-benar lupa kalau aku sedang menggendong kucin itu tadi. Sebenarnya, mereka sangat lucu. Kamu yang memberikannya padaku. Karena kamu yang kasih, jadi aku sangat menyayanginya. Kamu pikir, deh. Kalau aku memberimu rumput, kamu juga akan menyukainya.
“Jangan bilang kita semua punya urusan sendiri-sendiri. Nanti kalaupun kita sudah pensiun, juga nggak bisa menjamin kita bisa saling melihat satu sama lain setiap kali bangun tidur.”Pasti ada yang bangun duluan, lalu yang satu lagi bangun lebih lambat.Stefan tahu keinginannya itu tidak masuk akal.“Bi Lesti bilang kamu belum makan. Kamu pasti lapar. Ayo keluar, makan. Aku akan menemanimu.”Perkataan Olivia membuat Stefan tidak bisa berkata apa-apa. Stefan juga sadar sikapnya itu tidak masuk akal, jadi dia tidak mempermasalahkannya lagi dan mengambil inisiatif untuk mengubah topik.Jangan sampai mereka jadi bertengkar lagi karena masalah ini diperpanjang.“Oke,” jawab Stefan, lalu melepaskan istri tercintanya dari pelukannya.Olivia menariknya keluar kamar.Bi Lesti sudah menyiapkan sarapan Stefan di meja makan.Stefan suka ngambek, tetapi selalu mengalah dan menurut pada istrinya.Bi Lesti sama sekali tidak khawatir sarapan yang dimasaknya akan dibuang sia-sia.“Kenapa kamu nggak mem
Olivia sekali lagi menyadari bahwa dirinya sangat beruntung. Meskipun pria yang dinikahinya terkadang suka ngambek, suaminya ini sangat baik padanya dan tidak akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Dia juga tidak perlu khawatir suaminya ini akan selingkuh.Alasan utamanya adalah keluarga suaminya ini sangat baik. Jarang sekali ada keluarga kaya yang berpikiran terbuka dan toleran seperti Keluarga Adhitama.Dia ingat Nenek Sarah pernah memberitahunya bahwa dia telah menyelamatkan Nenek, jadi Nenek tidak akan mengenalkan cucu nakal kepadanya.Namun, sebenarnya, semua cucunya sangat baik.Stefan adalah cucu pertama, makanya neneknya mempertimbangkan pria itu terlebih dahulu.“Yanti sudah memilih calon menantu untuk Pak Daniel, yaitu Bu Cherly. Orangnya muda dan cantik, juga terlihat cerdas. Sikap dan tutur katanya juga membuatnya terkesan percaya diri dan elegan, yang menunjukkan bahwa dia berasal dari keluarga kaya. Wanita yang bisa disukai Yanti nggak mungkin wanita yang nggak ber
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu