Akan tetapi, Amelia tidak akrab dengan Bram, mereka pun jarang berinteraksi. Bisa-bisanya Bram berkata kalau dia datang menjemput Amelia.Hal ini membuat Amelia sangat terkejut sehingga dia mematung di tempat seakan tidak tahu caranya melangkahkan kakinya.“Bu Amelia, bunga ini untukmu.”Jonas datang menjemput Amelia sambil membawa bunga, Bram juga datang dengan membawa bunga. Siapa suruh Bram terjerat Yogi, bahkan bertaruh dengannya. Dia kalah dari Yogi, oleh sebab itu dia harus membantu Yogi lepas dari kekangan Yuna.Bram pura-pura memiliki perasaan terhadap Amelia, itu cukup untuk membuat Jonas jadi tegang dan stres, tapi juga membuat Yuna takut untuk menjodohkan mereka seperti menjodohkan Yogi dan Amelia.Lagi pula, Yuna juga tidak bisa mengetahui keberadaan Bram. Jadi bagaimana dia bisa menjodohkan Bram dan Amelia? Selain itu, Yuna juga tidak akan berani berharap Bram akan menjadi menantunya. Yuna tahu betul putrinya tidak akan cocok dengan Bram.Bram menyodorkan buket bunga ke ta
Demi menyembuhkan Bram, ayah Bram telah pergi ke mana-mana untuk mencari gadis yang sepuluh tahun lebih muda dari Bram, lalu menyuruh Bram pergi kencan buta dengan gadis-gadis itu. Lihat gadis mana yang bisa membuat Bram tertarik, maka sang ayah akan menyuruh Bram mengejar gadis itu.Gadis yang sepuluh tahun lebih muda dari Bram, yang berarti tahun ini baru berusia 24 tahun, masih sangat muda.Bram sama seperti Daniel, bujangan yang lebih tua di kalangan kelas atas Kota Mambera. Daniel lebih tua satu atau dua tahun dari Bram.Ahli spiritual kepercayaan Sarah yang memberitahu ayah Bram. Orang yang bisa mengubah Bram menjadi pria sejati adalah seorang gadis yang sepuluh tahun lebih muda dari Bram. Namun, dia tidak memberitahu nama atau seperti apa penampilan gadis itu. Jadi, ayahnya hanya bisa mencari semua gadis yang berusia 24 tahun.Bram sama sekali tidak memercayai hal ini. Apakah benar-benar ada ahli spiritual sehebat itu?Bram mengulurkan tangannya untuk menarik Jonas. Jonas pun me
Jonas tersenyum getir, “Pak Bram, kelakuanmu buat aku lebih takut daripada langit runtuh.”“Seperti yang aku katakan tadi, aku hanya ingin kejar Bu Amelia, bersaing secara adil dengan Pak Jonas. Pak Jonas, kamu juga harus berusaha lebih keras. Kalau aku benar-benar mendapatkan hati Bu Amelia, Pak Jonas hanya akan menderita. Bagaimanapun juga, aku punya kelebihan yang nggak dimiliki Pak Jonas. Aku penduduk Kota Mambera.”Jonas, “....”Meskipun Bram tidak sungguh-sungguh menyukai Amelia, dia justru merasa hal ini menarik. Bagus juga untuk menghabiskan waktu ketika dia bosan.“Ayo pergi.”Jonas dan Amelia mengikuti Bram. Amelia menghibur Jonas, “Nggak peduli apa maksud Pak Bram, dia nggak benar-benar suka sama aku. Kamu nggak usah khawatir.”“Mana bisa aku nggak khawatir? Yogi sudah lama diam-diam saja, sekarang muncul lagi Pak Bram. Tante segitunya nggak suka sama aku?” Jonas merasakan tekanan yang berat karena bertambahnya saingan cinta yang kuat.Jonas bahkan curiga kalau Bram adalah s
Pelayan pergi membuka pintu gerbang. Dua mobil itu pun masuk ke halaman vila keluarga Sanjaya.Yuna dan Tiara hanya mengenali mobil Jonas, tapi tidak mengenali mobil Bram. Jangankan mobil Bram, mereka bahkan sangat jarang bisa melihat Bram. Setelah pria itu turun dari mobil, Yuna dan Tiara berjalan mendekat, Yuna baru menyadari kalau salah satu pria itu adalah Bram.“Selamat sore, Tante.” Begitu Bram melihat Yuna datang, Bram langsung menyapanya sambil tersenyum lebar.“Pak Bram.” Yuna tersenyum, “Angin apa yang membawa Pak Bram ke sini? Tamu langka ini, silakan masuk.”“Sekalipun Tante nggak undang aku masuk ke dalam rumah, aku juga akan masuk dan minta segelas air tanpa malu-malu.”Bram berbalik dan mengambil buket bunga yang mau diberikan ke Amelia dari dalam mobil. Buket bunga yang dipegang Amelia sekarang adalah buket pemberian Jonas. Jonas juga sudah mengambil koper Amelia lebih dulu, tidak perlu bantuan Bram.“Tante, Kak.”Jonas mengabaikan sikap ramah Yuna terhadap Bram, dia te
Yuna tidak berani percaya dengan kata-kata dan tindakan Bram. Bram bilang dia menyiapkan buket bunga itu untuk Amelia! Apa-apaan ini!Setelah Bram melakukan semua itu, dia mengabaikan reaksi semua orang dan berkata pada Yuna, “Tante, aku masuk dan minta segelas air, ya. Sebentar lagi aku harus pergi.”Yuna baru sadar. Terlepas dari apa maksud Bram, dia harus mengundang pria itu ke dalam rumah terlebih dahulu. Tiara sendiri yang menuangkan segelas air hangat untuk Bram.Yuna dan Tiara duduk bersama, menatap Bram yang sedang minum air hangat dengan santai. Pada saat Jonas dan Amelia masuk, Yuna dan Tiara pun menatap keduanya. Pokoknya, tatapan mereka tertuju pada ketiga orang itu secara bergantian.Yuna seorang senior, Bram juga menghormatinya. Yuna tidak tahan untuk menanyakan masalah ini sampai jelas.“Pak Bram, apa maksudmu tadi? Kenapa kamu bisa pulang bersama Amelia? Kamu bilang kamu siapkan buket bunga itu untuk Amelia?” tanya Yuna.“Aku tahu Amelia kembali dari perjalanan bisnisny
Bram meletakkan gelas airnya ke atas meja, lalu memberitahu Yuna kalau dia akan pergi. Setelah itu, dia pun berdiri dan beranjak pergi. Pada saat melewati Jonas, dia bahkan menepuk bahu Jonas.Jonas segera berkata pada Yuna, “Tante, aku antar Pak Bram keluar dulu.”Jonas ingin mengetahui apa yang sebenarnya Bram ingin lakukan. Yuna tidak berkata apa-apa. Jonas menyerahkan koper kepada Amelia, lalu berbalik dan mengikuti Bram keluar rumah.Begitu sampai di luar, Jonas bertanya pada Bram, “Pak Bram, aku tahu kamu nggak benar-benar ingin kejar Amelia. Boleh beritahu aku alasan Pak Bram lakukan semua ini?”Bram menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Jonas, “Untuk saat ini aku belum bisa beritahu kamu. Tapi Pak Jonas, kalau kamu nggak berusaha keras dan mendapatkan Amelia secepat mungkin, mungkin saja benar-benar akan ada orang yang datang merebut Amelia dari kamu. Kalau kamu bisa tunangan dengannya, kamu pun nggak perlu khawatir lagi.”Jonas tertawa getir, “Kamu kira aku nggak
Bram sedang membantu Yogi menghindari masalah, jadi Yogi tentu saja harus membantunya tanpa syarat.Tanpa perlu Bram mengingatkannya, Jonas pun tidak akan menyebarkan hal ini. Karena tidak ada gunanya baginya jika kabar ini menyebar. Dia berdiri di depan pintu vila keluarga Sanjaya sambil melihat mobil Bram yang telah pergi menjauh.Tunggu perayaan 100 hari keponakannya tiba, Jonas harus kembali dan meminta bantuan orang tua, kakak dan kakak iparnya, minta mereka turun tangan membantu. Pada awalnya Jonas ingin mengandalkan ketulusan dan perasaannya untuk perlahan-lahan membuat Yuna menerimanya.Jonas juga pernah berkata pada kakaknya kalau dia tidak takut akan kesulitan. Selama perasaannya dan Amelia tulus, suatu hari nanti Yuna akan bisa menerima kenyataan.Jonas juga merasa dalam hal mengejar istri harus mengandalkan diri sendiri. Dia tidak mau meminta bantuan orang tua dan saudaranya, kecuali benar-benar diperlukan.Sampai saat ini Yuna masih tidak mau menerima Jonas, yang berarti a
Begitu melihat Jonas masuk, Yuna langsung memasang wajah datar dan tidak berkata apa-apa. Jonas merasa suasana di ruangan itu berbeda. Dia tahu saat dia mengantar Bram keluar, Amelia dan ibunya bertengkar lagi.Namun, Jonas pura-pura tidak tahu. Dia berjalan kembali ke sisi Amelia dan berkata pada Yuna, “Tante, Pak Bram sudah pulang.”Setelah mengerutkan bibirnya, akhirnya Yuna menjawab, “Oke, kamu ada tanya apa maksudnya?”“Pak Bram nggak mengatakan yang sebenarnya.” Jonas menjawab dengan jujur, “Pak Bram minta kita rahasiakan hal ini. Jangan sampai Pak Ardian tahu, kalau nggak nanti dia datang melamar.”“Kamu benar-benar jujur. Dia ngomong apa, kamu pun ngomong apa. Kamu nggak takut Pak Ardian datang melamar dan aku terima lamarannya?” ujar Yuna.“Ma.” Amelia segera menjelaskan, “Aku hanya mencintai Jonas. Kami berdua saling mencintai. Sekalipun Pak Ardian datang melamar, aku juga nggak akan setuju. Siapa yang setuju, dia saja yang nikah.”Yuna, “....”Amelia mengeluarkan ponselnya d
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu