Kini, Albert telah kembali dari kantor cabang dan masuk kembali ke kantor pusat Pratama Group. Dengan bantuan ibunya, dia juga berkenalan dengan seorang putri dari keluarga terpandang. Keduanya pun mulai berpacaran. Albert tahu betul hanya jika dia berpacaran dan menikah, Stefan baru benar-benar menurunkan kewaspadaan dan tidak memusuhinya lagi.“Terakhir kali Oliv temani suaminya ke pesta, dia lihat Albert. Mereka sempat saling sapa dengan sungkan, begitu saja sudah buat Stefan kesal. Ma, lain kali kalau Albert datang ke rumah kita, Mama diam-diam kasih tahu dia kalau Oliv sudah hamil, jadi dia nggak perlu khawatir lagi. Bilang ke dia langgeng-langgeng sama pacarnya, kita semua tunggu undangannya.”Sejak awal, Junia menentang perasaan adik sepupunya terhadap Olivia. Karena dia tahu Albert memiliki perasaan terhadap Olivia ketika Olivia sudah menikah dengan Stefan. Selain itu, Olivia juga hanya menganggap Albert sebagai adiknya sendiri. Olivia sama sekali tidak memiliki perasaan lebih
Kali ini giliran Junia yang terdiam. Dia hanya bisa mengatakan kalau dia dan Reiki memang berjodoh. Reiki bilang Junia sangat lucu. Pria itu juga terkesan dengan tindakannya baring di tengah pesta ulang tahun orang lain. Oleh karena itu, saat Stefan memperkenalkan Junia padanya, Reiki dengan senang hati pergi kencan buta dengan Junia.“Oliv jauh lebih baik dari aku. Keluarga suaminya sangat berpikiran terbuka. Selain itu, Stefan juga orang yang tegas di rumah. Ada dia dan Nenek Sarah yang melindungi Oliv, hidupnya nggak akan banyak berubah karena kehamilannya. Dia masih bisa melakukan apa pun yang dia mau. Beda denganku, aku mau jaga toko buku saja harus Reiki bantu aku hadapi kekesalan mama mertuaku. Aku bilang ingin ikut Oliv dan Amelia pergi lihat ladang sayur yang kami sewa, malah bilang jauhlah, nanti aku capek, ujung-ujungnya nggak bolehkan aku pergi.”Sebenarnya perjalanan ke sana hanya memakan waktu satu jam lebih. Kalau jalan tidak macet, bisa sampai di sana dalam waktu satu
“Kamu juga jangan banding-bandingkan dirimu dengan Olivia. Olivia bisa ilmu bela diri, kondisi fisiknya lebih baik dari kamu. Dia dan kakaknya juga sudah mengalami banyak penderitaan. Dia bisa lakukan banyak hal tanpa mengeluarkan banyak tenaga. Junia, manusia harus bisa berpuas diri dan bersyukur baru bisa hidup bahagia. Jangan selalu bandingkan diri dengan orang lain. Kalau terus banding-bandingkan dengan orang lain, yang kesal juga kamu sendiri.”Setelah mendengar perkataan ibunya, rasa kesal di hati Junia seketika menghilang. Dia mengangguk dan berkata, “Aku mengerti, Ma. Aku nggak akan bandingkan diri dengan Oliv lagi. Seperti yang Reiki bilang, dia bisa berikan kehidupan yang nyaman bagiku. Aku nggak perlu kerja keras dengan perut buncit seperti orang lain.”“Benar, kebaikan Reiki padamu sudah nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Mertuamu juga sangat baik padamu. Mereka perlakukan kamu seperti anak kandung mereka sendiri. Hamil sepuluh bulan, suasana hatimu harus tetap t
Karena bajunya kotor dan tali tas sekolahnya putus karena kelahi dengan teman-temannya, makanya Olivia tidak berani pulang ke rumah kontrakan. Dia takut kakaknya akan merasa sedih kalau tahu soal itu.Saat itu, Odelina sedang duduk di bangku SMA. Jadwal belajar yang padat sudah memberinya banyak tekanan. Mereka juga tidak punya banyak uang di rumah. Setelah orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan, uang santunan yang mereka terima dibagi-bagi oleh kakek dan nenek mereka. Hanya tersisa sedikit untuk mereka berdua.Sang kakak bilang mereka harus hidup hemat, agar uang yang sedikit itu cukup untuk mereka menyelesaikan pendidikan mereka sampai kuliah. Oleh karena itu, Olivia merasa kakaknya harus mengeluarkan uang untuk membelikan tas sekolah baru lagi jika tahu tasnya yang sekarang rusak. Olivia tidak berani pulang karena harus mengeluarkan uang lagi. Untung saja, Junia, teman sekelas yang selalu baik pada Olivia membawa Olivia pulang ke rumahnya.Grace terkejut ketika mendengar penjel
“Ma, Mama mau antar ke Oliv sekarang?” tanya Junia sambil mengunyah apel.“Tentu saja antar ke sana sekarang. Kamu mau makan malam di rumah? Aku antar barang dulu ke tempat Olivia, nanti pulang waktunya pas untuk siapkan makan malam.” Grace membuka pintu dan masuk ke dalam mobil sambil bertanya pada putrinya.“Firdaus, kamu temani aku sebentar. Nanti kamu bantu aku bawa barang ke atas.” Grace mengajak suaminya.Firdaus terkekeh dan berkata, “Kamu nggak ajak aku, aku juga bakal ikut kamu.”Firdaus membuka pintu kursi samping pengemudi lalu masuk ke dalam mobil. Dia mengucapkan beberapa kata pada putri dan menantunya. Kemudian, keduanya langsung pergi.Reiki berdiri di tangga depan pintu rumah. Dia melihat mertuanya menyiapkan begitu banyak barang untuk Olivia, bahkan langsung mengantarkannya ke tempat Olivia. Reiki pun berkata pada istrinya yang kembali setelah menutup pintu pagar, “Barang yang Mama kasih ke Olivia nggak kurang dari barang yang kasih ke kita.”“Aku sudah berteman dengan
“Bu Amelia.”Suara Bram yang familiar datang dari depan. Amelia dan Jonas yang sedang dalam suasana hati baik seketika berharap memiliki ilmu sihir. Hanya dengan berkata “berubah”, mereka langsung berubah jadi berada di rumah tanpa harus menghadapi wajah arogan Bram yang selalu tersenyum.Bram benar-benar arogan. Dia melihat Jonas di samping Amelia, keduanya bahkan bergandengan tangan dengan erat, terlihat sangat mesra. Namun, Bram tetap saja mengganggu kemesraan mereka.Wajah Jonas seketika menjadi muram. Dia bersyukur tetap ikut Amelia pulang lebih dulu meskipun ibunya memintanya untuk tinggal lebih lama. Kalau dia membiarkan Amelia pulang sendirian, pasti Amelia dijemput oleh Bram. Padahal Bram jelas-jelas tidak tulus pada Amelia, tapi dia terus mengganggu Amelia. Dia terus memberikan hadiah kepada Amelia setiap hari. Tidak hanya itu, setiap kali Amelia keluar kota, dia akan mengantar Amelia ke bandara, menjemput Amelia di bandara ketika Amelia pulang. Rasanya dia lebih rajin antar
“Nggak masalah kalau Pak Jonas nggak mau ikut mobilku, aku mengerti. Aku datang ke sini untuk jemput Bu Amelia, Pak Jonas sekalian saja. Tapi kalau Pak Jonas nggak mau sekalian dijemput, silakan cari cara lain untuk pulang.”Bram selalu bicara sambil tersenyum. Namun di telinga Jonas, setiap kata yang dia ucapkan seakan penuh dengan duri, membuat hati Jonas terasa sesak.“Koper di tangan Pak Jonas punya kamu, kan? Yang warna pink, seharusnya punya kamu. Hanya perempuan yang suka warna pink,” tanya Bram kepada Amelia.Usai berkata, Bram berjalan ke depan Jonas dan mengambil koper dari Amelia dari tangan pria itu. Kemudian, dia membawa koper ke bagian belakang mobil. Dia mengangkat koper itu dengan mudah, lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah menutup pintu bagasi, dia tersenyum dan berkata kepada Amelia, “Aku sudah buat reservasi di Mambera Hotel, juga sudah pesankan makanan untuk kamu. Sampai di sana tinggal makan. Selesai makan, kamu mau pulang juga boleh. Mau jalan-jalan
Setelah berpikir sejenak, Bram tersenyum lagi dan berkata, “Tapi bisa dimaklumi. Olivia sudah menikah dengan Stefan selama setahun. Banyak orang di luar bilang kalau Olivia nggak bisa punya anak. Sekarang dia sudah hamil, semua orang jadi lega. Wajar saja semua orang merasa senang.”Jonas menimpali, “Kalau suatu saat Pak Bram jadi papa, juga akan ada banyak orang yang turut berbahagia.”Bram memiliki penyakit aneh yang biasa disebut apatis. Jika dia tidak bisa bertemu dengan perempuan yang bisa membangkitkan hasratnya, dia tidak akan pernah bisa menjadi pria sejati, seperti seorang kasim, apalagi jadi seorang ayah.Kata-kata Jonas sebenarnya sangat menusuk hati. Untung saja, Bram orang yang toleran dan berpikiran terbuka. Meskipun dia benar-benar sakit, dia tidak peduli. Lagi pula penyakit itu tidak membuatnya mati. Paling buruk dia akan melajang seumur hidup. Bram merasa melajang juga cukup nyaman.Bram tertawa pelan, “Kalau aku ada kesempatan jadi papa, aku nggak tahu orang lain sena