LOGIN“Iya, kerjaan dia sekarang jauh lebih ringan. Tapi yang sebenarnya meringankan pekerjaan dia bukan kami, tapi Kak Reiki. Dia itu teman baiknya Kak Stefan. Begitu lulus kuliah, Kak Reiki langsung diajak bergabung ke Adhitama Group. Dia dijadikan tangan kanan Kak Stefan karena kemampuannya. Kak Stefan juga efisien dalam bekerja. Dulu nggak ada yang bisa menyaingi efisiensi dia kalau bahas soal pekerjaan. Tapi dia mulai bersantai sedikit. Setelah menikah dan membangun rumah tangga sendiri, dia lebih suka nempel sama Kak Olivia. Dia sudah nggak gila kerja lagi kayak dulu. Jadwal makan bareng sama klien juga jauh berkurang. Dulu dia selalu pulang malam, tapi sekarang dia pasti sudah di rumah sebelum jam sepuluh malam. Untungnya rekan bisnis kami semua bisa mengerti. Mereka sebisa mungkin cari waktu di siang hari untuk ketemu sama Kak Stefan.” Yohanna tersenyum mendengar Ronny bercerita tentang kakaknya. Dari matanya terlihat dia merasa iri. “Aku dulu nggak tahu kalau kamu anak keluarga Adh
Ini juga yang menjadi alasan mengapa Ronny menjaga kebiasaan untuk lari pagi setiap hari. Dia jarang sekali punya waktu berdua saja dengan Yohanna karena jadwal Yohanna sangat padat. Pagi-pagi Yohanna sudah harus berangkat kerja dan baru pulang larut malam. Ronny hanya ada kesempatan bertemu saat jam makan siang atau makan malam. Namun begitu, waktu makan Yohanna juga sangat singkat. Setelah makan, dia langsung mencari waktu untuk beristirahat. Ronny tentu saja tidak enak hati mengganggu waktu istirahat Yohanna. Maka itu, satu-satunya kesempatan dia bisa mengobrol santai dengan Yohanna adalah ketika sedang lari pagi bersama. Beruntung sewaktu masih di Mambera, Ronny juga sudah terbiasa lari pagi. “Selamat pagi, Yohanna,” sapa Ronny dengan wajah tersenyum seketika Yohanna mendekat. Yohanna sudah sedikit lelah karena dia sudah berlari cukup jauh. Dia berhenti begitu berpapasan dengan Ronny dan membalas sapaannya seraya berjalan mendekat, “Pagi.” Semenjak mengetahui bahwa ternyata Ron
Stefan pernah bilang, si bejat Lota ingin mencaplok usaha milik keluarga Pangestu dan menjadikan itu sebagai usaha pribadinya karena dia tidak bisa mewarisi semua aset milik keluarga Brata secara resmi. Dia tidak memiliki totem atau token milik pewaris asli. “Kak Samuel, aku nggak punya saran apa-apa yang membantu. Tapi seperti apa Kak Stefan bilang, kita percaya saja sama Nenek. Kakak cuma perlu menuruti perintah Nenek, dijamin nggak salah, deh. Kita sudah melewati masa-masa dikerjai Nenek.” Saat masih kecil, mereka sering dipermainkan oleh Nenek Sarah. Kakek dan Nenek selalu menasihati mereka, mereka mudah dirugikan oleh orang lain karena mereka masih belum cukup mandiri dan tidak memperhitungkan situasi dengan matang. “Kak Samuel, aku mau tidur lagi sebentar, habis itu olahraga. Habis olahraga aku harus siapin sarapannya Yohanna.” “Oke, tidurlah sana. Jangan sampai kecapekan.” “Aku nggak capek. Justru aku bisa dapat kesenangan di tengah kesibukanku.” “Asal kamu bisa masak, ma
Ronny tidak mengaku secara terang-terangan kalau sebenarnya dia juga suka mendengar gosip, apalagi kali ini datang dari kakaknya sendiri. “Bisa aku telepon?” tanya Samuel. “Bisa saja. Aku lagi sendiri di kamar. Kamar asramaku luas dan nyaman. Setiap bulan gajiku masuk tepat waktu. Tempat tinggal enak, makan juga enak. Keahlian memasakku bisa naik tingkat di sini.” “... kamu cuma peduli sama masak. Sudah beberapa bulan kamu di sana, ‘kan. Waktu tahun baru juga kamu nggak pulang. Kerjanya cuma masak disana.” “Dari awal kan aku memang ke sini untuk masak.” Samuel sedikit tersentak mendengar jawaban Ronny. Tepat sekali. Ronny mendengar kabar bahwa Yohanna sangat pemilih soal makanan, dan merasa sangat tertantang dengan itu. Sebelum Nenek Sarah mendesak Ronny untuk mendekati Yohanna, Ronny sudah lebih dulu berangkat ke Aldimo atas inisiatifnya sendiri. Sesekali Samuel mendengar kakak-kakak iparnya mengungkit Ronny. Mereka mengatakan Ronny setiap hari sibuk mendalami hobinya sehingga ti
Rubah menoleh ke belakang menatapnya. Setelah beberapa detik berlalu, dia pun berkata, “Terima kasih sudah mau mengembalikan barangku.” Ini adalah cara Samuel mengakhiri hubungan dia dengan Rubah. Samuel menatap mata Rubah dengan sangat dalam. “Lain kali jangan keluyuran tengah malam-malam, istirahat yang cukup.” Ini supaya Katarina tidak lelah di pagi hari dan harus bergantung pada kopi untuk bisa produktif. “Aku suka keluyuran tengah malam, sudah terbiasa. Sampai jumpa, Samuel,” ujar Rubah tersenyum tipis. Dia melambaikan tangannya pada Samuel. Lantas, Rubah membuka pintu dan dengan dengan sekejap menghilang dari pandangannya. Rubah tidak tergesa-gesa pergi mengambil kembali token miliknya, karena dia sudah tahu barang itu ada di Vila Permai. Sekarang Samuel masih ada di Harsa. Jika Rubah pergi ke Mambera di hari itu juga, Samuel tidak akan bisa menemukan Katarina di kantornya. Dengan begitu Samuel mendapat jawaban atas kecurigaannya selama ini. Lagi pula Vila Permai adalah temp
“Baik itu Katarina, Rubah, atau Nana, semua itu kamu, bukan?” “Sudah kubilang untuk yang kesekian kalinya, aku bukan Katarina,” kata Rubah dengan wajah dingin. “Samuel, kamu bodoh sekali, ya. Sampai sekarang kamu masih belum paham juga dan malah mengusik aku atau Katarina. Aku nggak akan mau menerima kamu yang suka mendua, begitu juga sama Katarina.” Bola mata Samuel yang hitam pekat itu terkunci ke arah wajah Rubah. Dia berkata, “Rubah, kalau kamu mengaku bukan Katarina, apa kamu berani hapus riasan dan buka topengmu itu, biar aku bisa melihat seperti apa wajah kamu yang asli?” “Apa kamu tahu gimana nasib mereka yang sudah melihat wajah asliku? Mereka harus mati! Kalau kamu mau mati, aku bisa kabulkan permintaanmu, tapi aku nggak mau jadi musuh keluarga Adhitama, jadi jangan maksa aku membunuhmu.” Malam ini Rubah hanya mengenakan selembar topeng kulit. Jika dia membuka topeng itu, maka wajah aslinya akan terlihat. “Berarti kamu memang nggak berani kasih lihat wajah aslimu, karena







